14. Rencana

688 12 3
                                    

Audriana menata meja makan dengan menaruh piring berisi beberapa potong sandwich daging asap dan telur goreng. Ia juga menuangkan dua gelas jus jeruk dari kemasan karton yang diambilnya dari kulkas, juga beberapa potong buah anggur dan kiwi.

Setelah semua dirasa sempurna, gadis itu pun hendak menghempaskan dirinya di kursi makan di samping Jaxton, namun ia malah memekik kaget. Belum sempat bokongnya menyentuh kursi, dua lengan besar itu mendadak menangkap pinggang Audriana dan mengangkat tubuhnya dengan begitu mudah seakan dirinya tak lebih berat dari selembar kertas.

"Duduklah di sini." Suara maskulin itu mengalun di leher Audriana yang dikecup Jaxton, setelah lelaki itu mendudukkan Audriana di pangkuannya.

"Dan suapi aku."

Audriana mendelik sebal. Jaxton memang bersikap jauh lebih lembut dari sebelum-sebelumnya, namun sebenarnya sikap seperti itu malah menimbulkan debaran aneh pada jantung Audriana. Ia juga jengah karena selalu dipandangi lekat sebegitu rupa dari manik hijau cemerlang lelaki itu, seperti orang yang sedang kelaparan sedang memandangi makanan terlezat yang pernah ia makan.

Meskipun enggan, namun pada akhirnya Audriana pun menyuapi Jaxton dengan potongan-potongan sandwich.

"Mmmh... enak," puji Jaxton setelah menghabiskan potongan sandwich yang pertama. Mulutnya sengajw dibuka lebar-lebar, antusias menerima potongan roti isi selanjutnya.

Audriana tertawa kecil melihat Jaxton yang makan dengan rakus seperti orang kelaparan. "Kamu suka?"

Jaxton mengangguk sambil mengunyah dengan mulut penuh, membuat Audriana tersenyum senang. Gadis itu ikut mengunyah sandwich, berganti-gantian sembari menyuapkan Jaxton. Bahkan tanpa sadar Audriana membersihkan ujung bibir Jaxton yang sedikit belepotan saus dengan jarinya dengan gerakan yang luwes, seakan ia telah terbiasa melakukannya.

"Aku ingin jalan-jalan," cetus Audriana tiba-tiba. Sebuah senyum manis merekah di bibirnya. "Pulau ini indah sekali! Apa benar ini milikmu pribadi?" Tanyanya penasaran.

Jaxton berdecak pura-pura tersinggung. "Jadi kau tidak percaya??"

"Yaaa~ gimana ya? Aneh saja. Aku tidak pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki pulau pribadi," jujur Audriana.

"Itu karena kau tidak pernah bertemu seseorang yang sekaya diriku," cemooh Jaxton dengan lagak sombong.

Audriana mencebik dan memutar kedua bola matanya. "Ya~ ya~ Terserahmu sajalah Tuan Jaxton Quinn!"

Jaxton tergelak dan menggigit pipi Audriana dengan gemas. Kemudian ia menelesupkan hidungnya yang mancung ke leher Audriana untuk mengendus aroma kulit kuning langsat dan menyesapnya dengan penuh nikmat.

"Dari tadi aku ingin sekali memakanmu lagi, Baby. Ayo kita ke kamar," bisiknya penuh gelora. Satu tangannya berada di dada Audriana yang masih terbungkus selimut, meremasnya dengan lembut.

"Ah..."

Audriana memejamkan kedua matanya dengan tubuh yang menggelenyar, merasakan bibir Jaxton yang masih asik bermain di lehernya dan jemarinya yang hangat meremas dadanya.

"Tapi... kita baru saja melakukannya setengah jam yang lalu," protes kecil gadis itu dengan wajah yang mulai merona malu dengan reaksi tubuhnya sendiri terhadap rangsangan Jaxton.

"Tapi aku ingin lagi." Jaxton meraup bibir manis dan lembut bagaikan cotton candy itu dengan rakus.

Audriana meringis dalam hati. Sebenarnya ia masih sangat lelah setelah percintaan panas yang terakhir kalinya, namun lelaki ini sangat pintar memancing gairahnya hingga kembali muncul ke permukaan.

Audriana memekik pelan ketika Jaxton tiba-tiba saja berdiri dan menggendongnya ala bridal. Kedua tangan gadis itu pun otomatis terulur memeluk leher Jaxton untuk menjaga keseimbangannya.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang