Pertama yang Audriana lihat adalah cahaya terang yang terasa menusuk matanya, hingga membuatnya kembali terpejam.
"Audriana... ini aku. Ayo bukalah matamu, Baby." Suara berat yang disertai usapan lembut di kepalanya serta kecupan di keningnya itu tak pelak membuat manik bening Audriana kembali terbuka.
"Jaxton?" guman lirih gadis itu dengan tatapan sayu menatap seraut wajah tampan yang menatapnya dengan sorot cemas.
"Ya, ini aku." Jaxton menggenggam jemari lentik yang dingin itu dengan perasaan lega yang luar biasa. "Syukurlah kamu sudah sadar."
Audriana mengerjap pelan. "Haus," ucapnya dengan suara lemah.
Jaxton cepat-cepat mengambilkan minum untuk kekasihnya. Dengan bantuan sedotan, Audriana memiringkan kepalanya untuk menyedot air di dalam gelas hingga tandas tak bersisa. Jaxton mengelap sisa air di bibir Audriana dengan ibu jarinya, lalu menaruh gelas yang sudah kosong itu di atas nakas.
Lelaki itu kembali duduk di kursi di samping brankar, lalu meraih jemari Audriana untuk dikecup. "Apa yang kamu rasakan? Apa ada yang terasa sakit? Katakan saja, karena aku sudah memerintahkan seluruh dokter spesialis di rumah sakit ini agar bersiaga hanya untukmu."
'Berlebihan sekali', batin Audriana dalam hati, namun ia hanya memberikan senyum tipis kepada Jaxton. Tiba-tiba ia teringat kilasan momentum sebelum dirinya tak sadarkan diri. Momen yang membuat wajah cantik itu semakin memucat dan gemetar.
"A-apa yang terjadi dengan... Mas Bagas?" Audriana terlihat gugup, ia takut akan semakin drop ketika mengetahui kenyataan yang sebenarnya, karena bagaimana pun Bagas adalah bagian dari masa lalu dimana mereka pernah merajut kenangan manis bersama.
Raut wajah Jaxton berubah kelam ketika mendengar kekasihnya menyebut nama si brengsek yang telah menculik Audriana. Seketika lelaki itu pun membuang muka, berusaha meredam kecemburuan yang membuatnya menyesal karena tidak sekalian saja membunuh si Bagas!
"Dia mengalami koma," sahut Jaxton setelah terdiam beberapa saat. "Luka-lukanya cukup parah setelah tertembak saat upaya penyelamatanmu."
Audriana tercenung mendengar penuturan Jaxton. Jadi, apakah mimpi tadi adalah sebuah pertanda? Di dalam mimpi, Bagas meminta maaf padanya. Mungkinkah itu artinya ia hendak 'pamit'?
"Baby, jangan berpikir terlalu jauh, oke? Kamu harus segera pulih." Jaxton mengecup pipi Audriana yang terasa mulai menghangat.
"Apa yang terjadi denganku?" Tanya Audriana seraya menatap lekat manik zamrud Jaxton yang terlihat berkilau diterpa cahaya lampu kamar.
"Kamu mengalami shock hebat akibat efek obat bius dosis tinggi yang mengakibatkan emosi tidak stabil," tutur Jaxton lembut. "Ketika aku menemukanmu yang sedang bersembunyi di bawah ranjang, kondisimu sudah memprihatinkan sekali. Kamu mengalami sesak napas parah dan akhirnya tak sadarkan diri."
Satu bulir air mata jatuh dari manik bening Audriana. "Aku ingat sekarang," ucapnya sambil terisak. "Saat itu aku sangat ketakutan sekali, Jaxton. Aku mengira...aku mengira akan mati... huhuhuuu...."
Jaxton buru-buru melepaskan sepatunya untuk naik ke atas brankar. Dengan hati-hati, ia menarik bahu Audriana dan mendekapnya. "Ssh... Baby, sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Maafkan aku yang datang terlambat sehingga membuatmu ketakutan."
Usapan lembut jemari kokoh di punggungnya itu membuat tangis Audriana sedikit mereda. Aroma laut bercampur feromon yang sangat jantan yang terhidu dari tubuh Jaxton selalu berhasil membuat Audriana merasa nyaman.
"Berjanjilah kalau kamu tidak akan pernah meninggalkanku, Jaxton," ucap gadis itu di tengah isaknya.
"Aku tidak memiliki siapa pun. Aku hanya memilikimu," gumannya lirih seraya memejamkan mata, karena Jaxton sedang menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil di wajahnya.
"Aku milikmu seorang, Audriana Camelia." Jaxton mendekap erat tubuh berlekuk indah yang kini sedang terbaring lemah itu. "Dan kamu pun adalah milikku untuk selamanya."
***
Jaxton menatap dingin pada sesosok lelaki tambun yang sedang terduduk berlutut di atas lantai dengan napas terengah-engah. Darah segar terlihat mengalir dari hidung dan mulutnya yang sobek.
Sekujur tubuhnya penuh luka, dan kedua tangannya berada dalam belenggu rantai yang mengikat erat pergelangan tangannya.
Geovan yang sedang berdiri di samping Tuannya, ikut mengawasi lelaki yang sudah tertangkap dan sedang menjalani penyiksaan ala 'Jaxton Quinn' yang mengerikan.
Namun ini adalah hal yang pantas lelaki itu dapatkan, setelah banyak kejahatan yang telah ia perbuat.
"Jadi kau masih belum menyerah, hm?" Suara berat itu mengalun pelan namun sangat menusuk.
"Sudah kubilang kalau aku tidak tahu menahu mengenai alasan Lisa ingin melenyapkanmu!" Teriaknya putus asa. Rasa sakit di sekujur tubuh membuatnya gemetar hebat.
"Ah, baiklah kalau begitu, Wiryawan. Sepertinya kau lebih memilih mati dalam cara yang paling menyakitkan." Jaxton mengalihkan tatapannya kepada Geovan yang sejak tadi hanya diam tak bergeming.
"Hercules belum waktunya makan?" Tanya Jaxton, yang dibalas dengan anggukan oleh Geovan.
"Bagus. Kalau begitu batalkan daging rusa untuknya. Ada 'daging' yang lebih fresh dan lebih enak untuk disantap oleh peliharaanku itu."
Jaxton menyeringai ketika ia kembali menatap lelaki yang sekarang terlihat pucat pasi itu. "Aku tak sabar ingin mengenalkanmu dengan Harimau Benggala temanku, Wiryawan. Kurasa kalian akan sangat cocok satu sama lain," ungkapnya dalam tawa kejamnya yang terdengar membahana.
***
"Maafkan saya, Tuan Jaxton."
Jaxton mendengus dan menatap tajam pada maid yang kini sedang berlutut di hadapannya. Sebuah pistol menempel tepat di tengah keningnya, yang dipegang oleh Geovan. Ajudan Jaxton Quinn itu hanya tinggal menunggu aba-aba dari Tuannya, maka peluru yang berada di dalam pistol akan segera bersarang di tulang kepala Windi yang terlihat pasrah.
"Kata maaf saja tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula, Windi. Apa kau tahu betapa kecewanya aku padamu, hm?! Fuck!! Aku bahkan mempercayakan Audriana padamu!" Jaxton menggebrak meja kerjanya dengan keras dan dengan mata yang berkilat-kilat dipenuhi amarah.
Rasanya ingin sekali ia menghancurkan semua orang yang ingin merebut Audriana darinya, dan membuat Audriana menderita.
"Saya tahu kesalahan saya tak termaafkan, namun saya juga terpaksa melakukan itu, Tuan. Wiryawan telah menyekap adik saya, satu-satunya keluarga yang saya miliki di dunia ini." Windi pun terisak pelan. "Saat itu saya sangat ketakutan Wiryawan akan menyakiti atau bahkan membunuh adik saya."
"Kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku, hah!! Apa kau kira aku tidak bisa menyelamatkan adikmu?!"
Windi menunduk dalam-dalam. "Saya panik, Tuan. Wiryawan merekam suara jeritan adik saya dan mengirimkannya ke nomor ponsel saya..." isaknya sambil mengelap air mata yang luruh membasahi wajahnya dengan punggung tangan.
Jaxton mendesah gusar. Dia kesal sekali dengan pengkhianat seperti Windi, namun di sisi lain ia juga kasihan karena adiknya yang masih berusia sekolah itu ternyata telah diperkosa oleh si biadab Wiryawan. Bahkan hingga membuat gadis itu mengalami trauma.
"Kau tahu jika aku sangat membenci seorang pengkhianat, bukan?" Tegas Jaxton dengannsuaranya yang dingin. "Apa pun alasannya, pengkhianat tetaplah pengkhianat."
Windi mengangguk pasrah. "Saya siap jika Tuan ingin memberikan hukuman."
"Bagus, kalau begitu cepat angkat kaki dari sini sekarang juga dan temui adikmu di rumah sakit. Kau kuberi cuti dua minggu plus gaji untuk merawatnya. Dan semua tagihan rumah sakit sudah kubayar."
Windi seakan bermimpi mendengar perkataan Jaxton yang sangat mengejutkan. Alih-alih membunuhnya, Tuannya itu malah memberinya begitu banyak hadiah istimewa yang tak ternilai, yaitu memaafkan.
"Tu-Tuan??"
"Pergilah sebelum aku berubah pikiran."
Sebenarnya Windi ingin sekali mencium kaki Tuannya sebagai ucapan terima kasih, namun gestur Geovan menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi. Maka tanpa menunggu lebih lama, pelayan itu pun bergegas berlalu setelah berkali-kali mengucapkan terima kasih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...