50. Syahdu

377 9 0
                                    

"Jaxton, aku bisa naik tangga sendiri. Tolong jangan berlebihan!" Audriana hanya bisa menghela napas lelah melihat calon ayah dari anak mereka yang memaksa menggendongnya menaiki tangga menuju pesawat.

"Dokter sudah bilang kalau semester awal kehamilan ini kamu tidak boleh terlalu lelah, Baby. Dan menurutku, menaiki tangga seperti ini sangat berpotensi membuatmu kelelahan," tukas Jaxton.

"Itu cuma TANGGA. Dan tidak terlalu tinggi pula! Justru yang berpotensi membuatku kelelahan itu ya serangan dari kamu setiap malam," balas Audriana lagi.

Jaxton mengerang kesal. "Please jangan ingatkan aku lagi tentang hal itu, Audriana." Lelaki itu terlihat merana karena Dokter Kandungan telah mengingatkannya untuk menunda berhubungan intim dulu selama trisemester pertama karena kondisi kehamilan di tiga bulan awal yang masih rentan.

"Karena Dokter melarang kita bercinta, maka mulai detik ini aku akan melakukan apa pun untuk mengobati rasa rinduku. Seperti mencium bibirmu kapan dan dimana pun aku mau atau menggendongmu, misalnya. Jadi jangan protes ya, Pretty Mommy?!" Seru Jaxton sambil mengecup bibir ranum Audriana dengan gemas.

Lelaki itu mendudukkan calon ibu dari anaknya ke kursi pesawat, lalu dengan telaten memasangkan seat belt serta mengulurkan sebuah headset. "Kamu mau menonton film atau mendengarkan musik?"

Audriana tiba-tiba menguap. Sejak awal kehamilan ini dirinya memang lebih mudah mengantuk dibandingkan sebelumnya. Wanita itu menyandarkan kepalanya di lengan kekar Jaxton dengan manja. "Kalau mau kamu yang nyanyi, boleh?" Pintanya penuh permohonan.

Jaxton terkekeh ringan. "Tapi suaraku tidak sebagus suara kamu."

"Tapi aku suka dan mau dengar kamu menyanyi," cetus Audriana bersikeras.

"Oke-oke... hm, kamu mau mendengar lagu apa?"

"Apa saja. Tapi harus yang romantis!"

Jaxton kembali terkekeh dan mengecup kening Audriana lembut. "Oke, siap. Dengarkan ya?" Lelaki itu pun mendehem pelan sebelum mulai menyanyikan rangkaian kata dalam alunan nada yang lembut.

Suaranya yang maskulin membuat lagu pop itu terdengar lebih jantan, namun anehnya tidak merusak efek romantisme yang dihasilkan.

"Can I call you 'Baby'? Can you be my friend?"

"Can you be my lover up untill the very end?"

"Let me show you love, oh I don't pretend."

"Stick by ny side even the world is giving in."

"Oh, don't... Don't you worry. I'll be there whenever you want me."

"I need somebody who can love at my worst."

"No, I'm not perfect, but I hope you see my worth."

"Cause it's only you nobody new, I put you first."

"And for you, girl, I swear I'll do the worst..."

Audriana pun tersenyum dalam lelap yang mulai menjemputnya. Suara Jaxton adalah buaian terindah yang memberikan sebuah kedamaian syahdu yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

Entah ini bagian dari efek kehamilannya atau tidak, tapi Audriana merasakan kehangatan yang mengalir di setiap sudut relung hatinya, sebuah perasaan cinta mendalam yang telah tersampaikan dari Jaxton kepada wanita pujaannya.

Jaxton mengecup lembut ubun-ubun kepala Audriana yang telah nyenyak menempel di lengannya. "Tidurlah, Baby," bisik lelaki itu. "Aku akan selalu menjagamu dan anak kita."

Ketika pesawat telah berhasil lepas landas dengan sukses, Jaxton pun perlahan membuka seat belt Audriana, lalu dengan hati-hati menggendongnya menuju kamar pribadi yang memang tersedia untuk sang CEO beristirahat.

"Ya ampun, baru tahu kalau Mr. Quinn itu ternyata romantis sekali!" Guman Kania sambil menyurut air mata terharunya dengan tisu. Sejak tadi pemandangan antara Jaxton dan Audriana dapat ia lihat dengan jelas karena tempat duduk mereka yang memang bersebrangan.

Gadis itu melirik Geovan yang terlihat tidak terpengaruh dengan situasi penuh aroma cinta yang tersebar di udara itu. Lelaki berparas tampan itu masih duduk diam dengan wajah datar dan tetap berkutat dengan laptopnya.

Kania pun mencebik. Padahal tadi pagi mereka sempat berada di situasi yang 'mendebarkan' ketika terbangun dalam ranjang yang sama dan Kania hanya mengenakan panty di tubuhnya, namun Pak Geovan yang lebih dingin dari igloo eskimo itu sepertinya tidak merasakan apa pun.

"Ssst... Pak!" Kania yang iseng karena tidak punya teman mengobrol di pesawat pun menyikut pelan lengan Geovan. "Awal mula Audriana dan Mr. Quinn bertemu itu seperti apa, sih? Cerita dong, Pak. Pasti sangat romantis, ya kan?" Celetuk Kania penasaran.

Geovan yang mendengarnya hanya mendengus pelan seraya melemparkan lirikan tajam kepada gadis di sebelahnya. "Itu bukan urusanmu."

'Duh, susah banget sih diajak ngobrol?' Kania pun akhirnya hanya bisa bersungut dalam hati.

"Ngomong-ngomong, gimana rasanya habis nyupang anak perawan, Pak? Ini kulit leher dan dada saya masih terasa cenat-cenut loh. Tanggung jawab ah!" Celetuk Kania asal.

Geovan yang saat itu sedang menyesap minuman kaleng pun seketika tersedak dan terbatuk-batuk. Hampir saja ia menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya.

Tiba-tiba seorang pramugari cantik dengan sigap mendatangi Geovan dan memberikan sebuah sapu tangan beraroma bunga dan seulas senyum manis.

"Silahkan gunakan sapu tangan saya, Pak Geovan," sapa si pramugari itu ramah, namun Kania bisa melihat jelas kerlingan menggoda dari sorot matanya.

'Ish, kenapa sih Pak Geovan banyak yang suka?? Harusnya kegantengannya itu kan hanya hanya untukku,' batin Kania yang terkikik sendiri dengan kehaluannya yang hakiki.

"Ah, terima kasih. Tapi tidak usah," tolak Geovan sopan, dan memilih mengambil tissue di tangan Kania, bekas air mata terharu ketika melihat kemesraan Jaxton Quinn dan Audriana.

"Oh. Oke." Si Pramugari itu pun kembali tersenyum meski Geovan menolaknya. "Ada hal lain yang bisa saya bantu, mungkin?"

"Tidak, terima kasih," sahut Geovan dingin dengan kembali memusatkan perhatian kepada laptopnya.

"Aduhh!!" Kania mengaduh pelan ketika si pramugari itu telah pergi dan Geovan tina-tiba saja menjentik keningnya.

"Sudah kubilang jangan suka mengungkit yang terjadi tadi pagi," guman Geovan sambil mendelik. "Atau kau mau kutagih biaya vas bunga mahal yang sudah kau pecahkan?"

Kania kembali mencebik. Ah, hutangnya kepada Geovan semakin menumpuk saja! Setelah 300 juta untuk menebusnya dari Tuan Beno yang mau menjadikannya istri kelima, kini bertambah pula 1 milyar karena Kania melempar vas bunga langka dari Dinasti Ming milik Geovan.

"Bapak mending nikahi saya saja deh," celetuk Kania asal. "Biar sekalian hutang saya dibayar kontan seumur hidup, hehee..." cengirnya yang dihadiahi pelototan kesal dan dengusan kasar dari Geovan.

Tak berapa lama kemudian, pesawat pun akhirnya tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Mereka semua dijemput oleh dua mobil. Jaxton, Audriana, Kania dan Geovan berada dalam satu mobil SUV, sedangkan enam orang pengawal berada di dalam mobil lain.

Mobil yang membawa mereka pun akhirnya sampai di sebuah hotel mewah yang mungkin lebih tepat disebut resort atau villa.

Kania tercengang melihat keindahan arsitektur bernuansa alam khas Bali yang membuat perasaan nyaman. Hotel yang terletak di atas tebing yang menjorok di pantai itu membuat para pengunjung bisa memandang landscape pantai dari ketinggian seraya berendam di infinite pool.

"Ah, kereeen!!" Pekik Kania dan Audriana yang sama-sama sedang asik memandangi situasi di sekitarnya.

Jaxton yang sedang berbincang dengan Geovan pun tak pelak tersenyum. Ia mengucapkan sesuatu kepada Geovan sebelum menghampiri wanita pujaannya.

"Geo??"

Lelaki itu terkejut ketika seorang wanita cantik berambut seleher yang familier tiba-tiba menyapanya.

"Ya ampun! Kukira tadi salah lihat!" Seru wanita itu dengan tanpa ragu memeluk hangat Geovan. "Apa kabarmu?"

Geovan menatap wanita dari masa lalunya itu dengan hati yang tak menentu. "Belinda??"

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang