Seumur hidupnya hingga berusia 24 tahun, Audriana tidak pernah sama sekali terlibat dalam masalah besar. Ia lebih suka hidup yang damai dan nyaman, serta sealalu menjauhkan diri dari pertikaian dan orang-orang yang toxic.
Namun entah apa dosanya di masa lalu, hingga kini Audriana telah terjebak di dalam cengkeraman seorang raja iblis dari neraka yang bernama Jaxton Quinn.
Yang sejak dua jam yang lalu tak hentinya mengobrak-abrik tubuhnya dengan liar, hingga kesadaran Audriana pun kini sudah mulai berada di ambang batas karena lelah dan menahan sakit. Ruang makan megah ini adalah saksi bagaimana Jaxton tak henti-hentinya terus memompa dirinya ke dalam tubuh Audriana.
Setiap hujaman kuat dari tubuh kokoh Jaxton yang dipenuhi otot itu pun ikut membawa rasa nyeri baru yang dahsyat bagi Audriana.
"Hentikan... tolong... jangan lakukan itu..."
Rintihan lirih Audriana itu bukannya membuat Jaxton menghentikan aksi bejatnya, melainkan semakin membuatnya bersemangat untuk memacu tubuh sensual Audriana lebih kuat lagi. Bagi lelaki itu, ratapan yang keluar dari bibir manis Audriana adalah lagu dengan nada yang sangat indah.
Jaxton menunduk, sedikit menindih tubuh Audriana yang masih tergeletak polos di atas meja makan untuk mengamati bagaimana cairan bening yang luruh di wajahnya terlihat sangat menakjubkan.
Jaxton menjulurkan lidahnya, untuk menjilati air mata berkilau itu dengan serta mencecap rasanya yang asin, namun terasa sangat lezat di lidahnya.
"Aku menyukainya," guman serak Jaxton dengan napas yang terengah. "Semua yang ada di dirimu sangat nikmat, kelinci kecil. Aku akan menyimpan dirimu... uuuhh... untukku sendiri..."
Membayangkan hari-harinya yang monoton kini akan dipenuhi oleh kehadiran tubuh Audriana yang senikmat surga, membuat Jaxton seakan hidup kembali setelah sekian lama dirinya seperti terkubur dalam aktvitas sehari-harinya yang melelahkan.
"Audriana Camelia..." tanpa sadar Jaxton telah mengucapkan nama itu dengan penuh damba dari segenap jiwa raganya, di antara hujaman-hujaman keras ke tubuh Audriana.
"Kamu milikku, kelinci kecil! Aaaagghhh! Ssssh...."
Serbuan orgasme maha hebat pun seketika menerpa Jaxton, membuat tubuhnya menggigil karena hampir tak sanggup menahan kenikmatan yang telalu dahsyat untuk diterima oleh tubuhnya.
Hanya bersama Audriana ia bisa merasakan orgasme yang seluar-biasa ini.
Jaxton mencabut senjata pusakanya yang masih menegang dan mengkilap basah, lalu merebahkan dirinya di atas meja di samping Audriana, setelah puas memuntahkan cairan inti gairahnya yang meluap-luap bagai air bah ke dalam tubuh gadis itu.
Tidak seperti percintaan dengan wanita-wanita lain sebelumnya, Jaxton menyukai bagaimana pusat gairahnya berkedut di dalam rahim hangat Audriana, dengan sperma yang mengalir deras di dalam sana.
Ia tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya, karena Jaxton tidak pernah ingin mendapatkan drama dari para wanita yang ia tiduri dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Tidak, spermanya terlalu berharga untuk bercampur dengan ovum para wanita jalang itu.
Namun itu bukan berarti ia menginginkan Audriana hamil. NO!!
Ia hanya menyukai perasaan hangat dan nyaman saat berada di dalam tubuh Audriana.
Gawat. Kalau begini, ia harus menanamkan kontrasepsi ke dalam rahim gadis ini. Segera. Karena Jaxton masih sangat-sangat menginginkan tubuh Audriana untuk ia tiduri sesuka hati.
Fuck! Bahkan hanya dengan memikirkan hal itu saja sudah membuat bagian bawah tubuh Jaxton kembali tegak menjulang dengan perkasa!
Lelaki itu menolehkan wajahnya ke samping ketika merasakan pergerakan dari Audriana. Secarik seringai iblis terlukis di bibir pink pucat Jaxton ketika melihat bagaimana Audriana berusaha untuk turun dari meja dengan seluruh tubuh yang gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...