13. Terpencil

1K 14 0
                                    

Audriana terbangun dari lelapnya ketika merasakan kecupan-kecupan lembut yang menghujani kulit punggungnya yang telanjang.

Posisinya yang tidur telungkup, belum juga berubah sejak beberapa jam yang lalu ketika Jaxton menghujaninya dari belakang. Karena kelelahan, Audriana pun tertidur setelahnya.

"Hai, Baby."

Audriana terkikik geli ketika Jaxton menjulurkan lidahnya untuk menggelitiki bagian dalam daun telinganya.

"Jaxton, stop! Haha... geli!!!"

Dengan satu sentakan, lelaki itu pun membalikkan tubuh sensual yang selalu membuatnya tergila-gila hingga kini mereka pun saling berhadapan satu sama lain.

Jaxton memandangi Audriana lekat tanpa putus dengan netra hijau cemerlangnya yang penuh damba.

Ia tidak tahu jika ternyata dirinya bisa memperlakukan seorang wanita dengan lembut tanpa mengurangi kepuasan dahsyat yang ia peroleh ketika bercinta.

Dan bonusnya, Jaxton juga bisa melihat senyuman Audriana. Yang ternyata berkali lipat jauh lebih cantik dari tangisan ketakutannya.

Jaxton menyentuh pipi Audriana dan membelainya dengan lembut. Lihatlah, gadis itu malah memejamkan matanya dan tersenyum sembari menggesek-gesekkan pipinya di telapak tangan Jaxton.

Sangat menggemaskan.

"Sepertinya aku yang salah," ucap Jaxton membuka suara.

"Aku selalu memanggilmu kelinci kecil, karena kamu selalu saja ketakutan. Tapi sekarang julukan itu akan kuganti dengan kucing kecil, karena aku baru tahu kalau kamu bisa semanja ini," goda lelaki itu sembari mengerlingkan matanya kepada Audriana.

Gadis itu tertawa pelan dan mencubit perut kotak-kota Jaxton yang keras.

"Siapa yang tidak akan takut denganmu, Jaxton? Apa kau sudah lupa kalau kau sudah menculik dan memaksakan kehendakmu padaku? Ish. Menyebalkan."

Jaxton menarik tubuh menawan itu mendekat hingga Audriana kini berada dalam dekapannya. Sebetulnya ia ingin meminta maaf, namun kata itu sulit sekali keluar dari mulutnya.

Jaxton tidak pernah meminta maaf kepada siapa pun, egonya yang terlalu tinggi takkan pernah mengijinkan mulutnya untuk berkata seperti itu.

"Ngomong-ngomong, ini sebenarnya dimana sih?" Audriana yang sebelumnya merasa tenang dalam dekapan Jaxton pun kembali bersuara dengan serak.

Ia mulai mengantuk lagi, karena aroma laut dari tubuh kekar Jaxton entah kenapa membuatnya ingin kembali memejamkan mata dan terlelap.

Jaxton mengecup puncak kepala Audriana dan mengelus rambut panjang gadis itu yang berantakan namun sangat seksi.

"Kita berada di pulau pribadiku," sahutnya singkat.

"Um-hum. Dimana itu?" Tanya Audriana lagi dengan mata yang mulai terpejam.

"Namanya Voalla Bay Atoll."

Sontak kedua mata bening beriris hitam milik Audriana pun terbuka lebar-lebar mendengar nama yang sangat asing di telinganya. Gadis itu pun mendongakkan wajahnya untuk menatap Jaxton.

"T-tunggu. Maksudmu, kita bukan lagi berada di Indonesia??"

Jaxton terkekeh pelan dan mengecup bibir merah merekah yang sedang terbuka itu.

"Kita sedang berada di Maldives, kucing kecilku."

Kesiap kaget pun lolos dari bibir Audriana yang semakin terbuka lebar karena melongo.

"Ma-Madives?? Ta-tapi... bagaimana aku bisa sampai di sini?!"

"Hei, tenang. Tak ada yang perlu ditakutkan, Baby." Jaxton memagut bibir Audriana karena sudah tidak sanggup lagi menahan gemas melihat benda kenyal menggiurkan itu yang selalu basah dan merekah.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang