10. Sekutu

683 11 0
                                    

"Uuhh..."

Audriana melengkungkan tubuhnya yang telah polos hanya terbalut keringat. Kedua tangannya yang dibelenggu borgol yang menyatu dengan kepala ranjang, terus bergerak-gerak tak terkendali hingga menimbulkan gesekan luka lecet di pergelangannya.

"Aaakkh....!!"

Jeritan Audriana yang terdengar sangat merdu di teinga Jaxton itu membuat sudut bibir pink pucatnya tersenyum. Netra hijau cemerlangnya memandangi gadis yang sedang menggelinjang bagai cacing kepanasan di atas ranjang.

Sebuah vibrator dengan setelan getaran paling tinggi menancap di dalam lubang sempit Audriana, bergetar dengan suara dengungnya yang erotis. Tentu saja ini semua merupakan ulah Jaxton.

Audriana tak berdaya untuk melepas alat bantu seks sialan itu dari bagian bawah tubuhnya, karena kedua tangan dan kakinya terborgol di ranjang merah menyala yang berada di dalam sebuah ruang rahasia.

Sudah tiga puluh menit Jaxton hanya diam tegak berdiri di samping ranjang, melihat wanitanya yang cantik itu menggeliat-geliat karena getaran dahsyat yang disebabkan oleh temannya, Cranky the Vibrator.

Audriana cantik sekali.

Jaxton tak bisa untuk tidak terpesona pada kecantikannya, terutama ketika sedang diterjang gairah seperti ini.

Tubuh indahnya semakin terlihat menggiurkan ketika dilapisi butiran keringat yang semakin membuat kulit kuning langsat itu berkilau-kilau menggoda. Wajah bak boneka itu merona jingga, dengan napasnya yang mengalun manis dan menderu.

Hasrat Jaxton yang selalu bangkit setiap kali berada di dekat Audriana, tentu saja membuatnya ingin sekali segera menerjang tubuh menawan itu dan menggempurnya dengan liar hingga puas.

Namun untuk kali ini Jaxton memilih peran sebagai penonton. Ia hanya berdiri dan mengamati bagaimana Audriana telanjang dan bergairah mencapai puncak kenikmatannya hingga berkali-kali.

"Hentikaan... aah... haah... aku mohon..." lirih permohonan yang lolos dari bibir merah merekah itu akhirnya membuat Jaxton mulai goyah. Sebenarnya ia tidak berniat untuk menyentuh Audriana kali ini, namun semua yang ada di dalam diri wanitanya itu terlalu menggoda untuk diabaikan begitu saja.

Jaxton menerjang bibir merekah Audriana yang membuatnya lapar. Kecupan erotisnya membungkam jeritan-jeritan Audriana yang memohon agar Jaxton melepaskan vibrator itu dari inti tubuhnya.

"Sebut namaku," titah Jaxton seraya membelai taman surgawi Audriana yang telah basah karena berkali-kali diterjang orgasme. "Sebut namaku dan memohonlah."

"Aaaakk!" Tubuh Audriana menegang dan matanya terpejam, ketika ia kembali mencapai puncaknya untuk entah yang keberapa kali karena Jaxton menggenggam vibrator yang masih menancap di celah sempit itu lalu memutar-mutarnya ke kiri dan kanan.

Jaxton menghirup napas Audriana yang terputus-putus, lalu menggigit dagu lancipnya dengan gemas. Satu tangannya masih memutar-mutar vibrator dengan gerakan yang semakin lama semakin kuat.

"Aa-aku mohon, Jaxton! Hentikaaan!" Audriana tak tahan lagi. Kesadaran dirinya yang semakin menipis membuat kedua matanya terasa berkunang-kunang. Entah sampai kapan penyiksaan ini berakhir!

Jaxton mengulum puncak dada Audriana yang menegang kencang lalu menghisapnya keras-keras. Decakan lidahnya yang melahap bulatan kenyal itu terdengar di antara dengung vibrator yang masih saja menyala.

Perlahan ia menarik benda itu keluar dari lubang Audriana yang memerah karena gempuran tanpa henti dari alat yang terus bergetar hebat itu. Erangan lega menguar dari bibir Audriana yang sedikit terbuka, dengan menampakkan barisan gigi seputih pualam.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang