"Aku ingin sekali mencobanya, Audriana. Sekarang."
***
Audriana tak mampu menolak mata hijau cemerlang itu, atau wajah yang menyorot teduh itu, karena semua menyiratkan pendambaan yang begitu besarnya hingga membuat Audriana diam terpaku.
Ia tak menolak ketika Jaxton menurunkan hot pants putih tipis yang menutupi bagian bawah tubuhnya, juga tak menolak ketika Jaxton membaringkan tubuh polosnya di atas meja makan serta memberikan kecupan di setiap senti kulit halus kuning langsat miliknya.
"Bolehkah aku melakukannya?"
Bahkan permintaan itu pun diucapkan dengan sangat lembut.
Audriana maupun wanita mana pun di dunia ini, tentu saja tidak akan dapat mengabaikan seraut wajah yang sangat tampan, tubuh yang luar biasa, aroma lautan yang menguar dari kulit yang putih bersih, serta suara maskulinnya yang menghipnotis itu.
Semua yang ada di dalam diri Jaxton saat ini begitu menggelitik naluri femininnya yang membutuhkan sosok maskulin yang menguarkan aura kental kejantanan.
Audriana pun akhirnya hanya bisa mengangguk tanpa mampu mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya yang tecekat, sebagai persetujuan atas permintaan yang tak biasa itu.
Jaxton tersenyum, dan Audriana pun kembali terpukau. Di matanya, Jaxton kini terlihat semakin tampan.
Ataukah memang dia sebenarnya memang sudah tampan, namun semua itu tertutupi oleh sikapnya yang kejam dan tak berperasaan?
"Ahkk!"
Audriana tersadar dari lamunannya dan memekik kecil saat merasakan sesuatu menyentuh dadanya. Saat ia melirik, ternyata Jaxton sedang menaruh potongan zucchini melingkari bulatan indahnya.
Audriana pun mengernyit bingung. Kapan Jaxton mengiris zucchini?
Ketika ia melihat lebih jauh, ternyata Jaxton sedang memegang sebuah mangkuk. Audriana tak bisa melihat isi mangkuk itu, namun Jaxton kini mengeluarkan irisan tomat dari dalam mangkuk dan menaruhnya di sepanjang perut datarnya.
"Apa Marzia yang mengiris itu semua?" Tanya Audriana penasaran, mengikis keheningan diantara mereka.
"Uh-hum. Sebelum jogging, aku menyuruhnya untuk mengiris beberapa sayuran serta buah-buahan," sahut Jaxton sambil tersenyum.
"Ahh... jadi begitu. Anda rupanya sudah merencanakan hal mesum ini sejak tadi, bukan begitu Mr. Quinn?"
"Aku sudah merencanakannya sejak semalam, Baby. Tapi terlalu malas untuk memasak dan mengiris-iris semua bahan makananya," aku Jaxton enteng yang membuat Audriana terkekeh pelan.
Jaxton kini mengambil irisan lemon dan menatanya di sepanjang kaki kiri Audriana, lalu irisan buah kiwi di kaki kanannya.
Lelaki itu memundurkan tubuh sembari mengamati hasil kerjanya yang masih setengah selesai. Perpaduan warna-warna cerah putih, hijau, merah dan kuning yang menghiasi kulit Audriana bagaikan sebuah taman bunga yang indah dan membuatnya terpesona.
"Cantik," gumannya sambil menyeringai penuh hasrat.
Jaxton mengambil piring yang berisi macaroni and cheese, lalu mengambil sesendok demi sesendok. Ia menuangkan seluruh isi dalam sendoknya ke atas dada Audriana, lalu ke bagian taman surgawinya.
Audriana mengigit bibir ketika merasakan macaroni and cheese yang masih terasa hangat itu bersentuhan dengan kulitnya. Ini adalah pengalaman pertama bagi Audriana yang masih polos, sehingga ia tidak bisa menafsirkan segala rasa yang berkecamuk di dalam dirinya.
Tidak, ralat.
Sejak ia bertemu dengan Jaxton, ia baru merasakan semua pengalaman pertama bersama lelaki itu. Jaxton-lah yang mengenalkannya pada sesuatu hal yang abstrak seperti gairah, bercinta, dan hal-hal baru lainnya seperti nyotaimori ini.
"Kurasa sudah cukup," suara serak Jaxton terdengar menggema di telinga Audriana.
Jakun lelaki itu terlihat naik-turun, menandakan seberapa kuatnya ia berusaha menahan gairah untuk menyerang Audriana.
"Aku ingin memakanmu sekarang, Baby. May I?"
Lagi-lagi lelaki itu meminta ijinnya untuk mulai melakukan apa yang menjadi tujuan nyotaimori ini, dan lagi-lagi Audriana hanya mengangguk tanpa suara.
Audriana memekik kaget ketika Jaxton langsung melompat dan menerjang ke atas tubuhnya yang berbaring di atas meja.
"Fuck with all this bullshit!" Cetus Jaxton dengan napas yang sudah memburu karena hasrat yang telah berkobar hebat di dalam dirinya.
"Aku akan melahapmu dengan sangat nikmat, Baby."
Audriana merintih lirih ketika Jaxton langsung menjilat macaroni and cheese di dadanya. Rasanya begitu berbeda ketika dirinya menjadi 'piring' hidup seperti ini.
Aroma keju, susu, buah-buahan dan lainnya membuat sensasi yang tak dapat dilukiskan, serta menambah gairahnya yang telah dinyalakan oleh Jaxton.
Jaxton terus menjilat dan mengunyah hampir semua yang ada di tubuh Audriana.
Ketika makanan yang menutupi dadanya telah habis, lelaki itu pun tak berlama-lama untuk menghisap kuat puncak dada merah muda itu dan menggigitnya pelan.
Audriana menundukkan kepalanya untuk dapat melihat apa yang dilakukan Jaxton selanjutnya.
Lelaki itu mengambil satu persatu irisan tomat yang ada di perut Audriana dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Ia memakan semuanya dengan mata yang terpejam penuh nikmat.
Ketika akhirnya ia sampai di bagian tubuh bawah Audriana, dengan tidak sabar Jaxton pun langsung melebarkan kaki gadis itu, membuat irisan lemon dan kiwi yang berada di kakinya berjatuhan ke atas meja dan beberapa terhempas ke lantai.
Jaxton mengeluarkan suara geraman yang menegakkan bulu kuduk Audriana, ketika netra hijau zamrudnya meanatap penuh nafsu pada belahan surga yang membuatnya tak tahan. Sedetik kemudian ia pun melahap rakus bagian itu seperti binatang buas yang menyantap mangsanya.
"Ja-Jaxton! Ahhkk!!" Audriana tak sanggup lagi menahan gairah yang sudah memuncak ketika Jaxton dengan beringas menyapukan lidahnya ke setiap titik gairah pada inti tubuhnya.
"Keluarkan, Audriana. Aku ingin menghirupmu."
Suara berat dan seksi membuat sesuatu bergejolak di dalam perut Audriana, sebuah gelombang yang bergulung-gulung menghantam dirinya dan membuatnya jatuh terhempas dalam kenikmatan.
Jaxton menyambut antusias ketika akhirnya gadis itu squirting, lalu menyedot semua cairan itu hingga tak bersisa setetes pun.
"Uuuuh..." Audriana hanya bisa meringis nikmat saat bibir lelaki itu menempel melingkari celah sempitnya.
Suara tegukan itu terdengar begitu menggairahkan dan tanpa sadar gadis itu pun menjeritkan nama lelaki yang membuatnya melayang ke nirwana.
Jaxton melepaskan mulutnya dari milik Audriana dengan suara decapan nikmat. Dahaganya kini sedikit terpuaskan, namun sama sekali belum usai.
Ia mengangkat kaki Audriana dan mengecup satu-persatu jemari kaki gadis itu.
"Bahkan jari kakimu pun menggemaskan," pujinya sambil menggigit gemas betis jenjang Audriana.
"Baby, semua yang ada pada dirimu sangat cantik, sangat manis dan menggairahkan. Aku tak akan pernah puas menikmati dirimu, Audriana Camelia."
"Mmmhh..." Audriana hanya mengeluarkan gumanan pelan. Seluruh tulangnya masih merasa lemas setelah orgasme dahsyat yang meluluh-lantakkan itu. Namun netranya awas ketika melihat Jaxton yang mulai menanggalkan satu-persatu baju olah raganya.
"Boleh aku mencobanya?" Audriana menunjuk malu-malu pada batang keperkasaan Jaxton yang telah mengacung tegak dan terlihat sangat keras.
Jaxton sedikit terkejut dengan permintaan Audriana yang sama sekali tidak ia duga. Gadis polos itu terlihat merona saat mengucapkannya, dan itu membuat Jaxton semakin gemas.
"Apa kau yakin, Baby?" Jaxton mengecup bibir ranum itu sekilas sambil menyunggingkan senyum.
"Uhm... iya. Aku cuma penasaran rasanya seperti apa," sahutnya dengan wajah polos yang membuat Jaxton terkekeh pelan.
"Mulai sekarang, benda ini adalah milikmu, Baby. Jadi lakukan apa pun yang kamu mau."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...