Bagas mengusap pelan pipi dan dagunya yang lebam dan sedikit bengkak. Pukulan dari suami Lisa yang bernama Henry itu cukup telak mengenai wajahnya sebelum ia sempat mengelak.
Huh. Untung saja ia juga sempat membalas dengan memukul bagian ulu hati lelaki itu dan juga menendang tungkainya.
Masih terngiang bentakan lelaki itu yang menuduhnya selingkuhan istrinya, namun Bagas dengan tegas menolak predikat itu. Ia mengatakan kalau Lisa tidak pernah mengaku kalau telah menikah, dan Lisa pula yang lebih dulu menggodanya.
Setelah itu Henry pun pergi begitu saja, diikuti oleh Lisa yang menangis terisak-isak di belakangnya. Hah. Dasar air mata buaya. Bagas tidak yakin kalau wanita itu akan berubah bahkan setelah kejadian seperti ini. Sekali rubah tetaplah rubah,
"Maaf Pak Bagas, Anda dipanggil oleh Pak Geovan di ruang CEO," ucap seorang wanita muda yang juga merupakan sekretaris Bagas. Pintu ruang kerja Bagas yang sedang dalam posisi terbuka, membuatnya bisa langsung masuk tanpa perlu mengetuk terlebih dulu.
Bagas mendesis kesal. Masalah Lisa dan suaminya yang memergoki mereka pasti telah sampai di telinga ajudan Jaxton Quinn itu. Sial! Padahal tadinya dia hanya ingin sedikit bermain-main saja. Siapa yang akan menyangka kalau termyata suaminya Lisa sudah berada di kantor ini untuk bertemu dengan istrinya.
"Baik. Tolong cover semua panggilan yang masuk, Monique. Dan sampaikan kepada Pak Charlie untuk memimpin rapat hari ini karena saya berhalangan hadir," perintahnya kepada sekretarinya yang mengangguk mengiyakan.
Bagas menyambar ponselnya yang berada di atas meja dan sejenak mengutak-atik benda itu. Beberapa saat kemudian ia pun tersenyum, dan menaruh alat komunikasi itu di dalam saku jasnya.
Bagas menyusuri koridor menuju lift dengan santai. Ia menekan tombol 37, posisi lantai dimana ruang CEO berada. Tak ada rasa takut atau cemas sedikit pun yang tergambar dari sorot wajahnya, meskipun ia tahu kalau Geovan akan memarahinya habis-habisan karena perkara Lisa..
Tapi ia tahu dan sangat yakin kalau ia tidak akan dipecat, tentu saja hal itu karena ia memiliki bargaining power, yaitu sebuah informasi yang sangat penting untuk Geovan.
Sesampainya di depan ruang CEO, Bagas langsung dipersilahkan oleh sekretaris CEO untuk masuk ke dalam, karena ia memang telah ditunggu oleh Pak Geovan.
Lelaki itu pun membuka pintu seraya menyapa. "Selamat siang, Pak--"
BUUGH!!!
Sebuah bogem mentah melayang dan bersarang di ulu hati Bagas yang serta merta membuatnya tersungkur.
"Ternyata kau masih saja belum sadar posisi, ya?"
Suara itu membuat Bagas yang terduduk di lantai sambil menahan sakit di perutnya pun sontak mendongak. Ia melihat Geovan yang duduk di kursi CEO menatapnya dengan tajam. Bagas merasakan kerah bajunya ditarik, lalu wajahnya dipukul oleh seorang lelaki berbadan besar hingga ia kembali terjatuh ke atas lantai.
"Berbuat tak senonoh di dalam ruangan kerja, dengan sesama staf Quinn Entertainment, juga dengan istri orang lain." Geovan membacakan semua tingkah mesum Bagas.
"Bejat sekali kelakuanmu, Bagaskara! Tiga larangan sekaligus telah kau langgar. Sepertinya kau harus merelakan tiga tulangmu untuk dipatahkan untuk tiga pelanggaran yang telah kau perbuat, yang telah mencoreng nama Quinn Entertainment!"
"Geovan! Kau harus mendengarkan aku dulu!" Pinta Bagas dengan napas megap-megap menahan sakit. "Aku memiliki informasi yang cukup penting untuk kau ketahui!"
Geovan sedikit menggerakkan tangannya kepada pengawal yang hendak kembali menghajar Bagas, hingga akhirnya lelaki besar itu pun membatalkan niatnya dan hanya berdiri saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...