Audriana yang tertidur karena kelelahan menjadi pemandangan yang begitu indah bagi Jaxton. Baru kali ini ia memandangi wanita yang sedang tertidur dengan senyum yang terlukis di bibirnya seperti orang sinting.
Apa bagusnya orang yang sedang tidur? Tidak ada, kecuali orang itu adalah Audriana Camelia.
Gadis yang secantik boneka ketika ia terbangun, dan seindah bidadari ketika terlelap.
Tiba-tiba Audriana bergerak mengubah posisi tidurnya. Bibir merah alami itu merekah, menggumankan sesuatu yang tidak jelas dan tertawa kecil sesudahnya.
"Apa yang kamu impikan, Baby?" Jaxton menggesekkan hidungnya di pipi halus kuning langsat itu. "Apa kamu memimpikan aku? Hm, kuharap kamu memimpikan kita," bisik Jaxton.
Tunggu dulu. KITA??
Tiba-tiba ada sesuatu yang serasa menggelitik perut lelaki itu, ketika tanpa sengaja telah mengucapkan satu kata yang bermakna komitmen, hal yang paling ia hindari seumur hidupnya.
Jaxton menyugar rambut kecoklatannya seraya tertawa kasar. Ya, dulu ia memang sangat anti dengan komitmen. Ia bahkan benci dengan kata itu, dan berharap kata itu musnah dari peradaban manusia.
Tapi... entah kenapa rasanya kata 'komitmen' tidak semenjijikkan dulu lagi baginya. Bahwa ada rasa penasaran dan ingin mencoba mencari makna dari kata yang dulu selalu ia hindari.
Apakah ini semua karena Audriana?
Jaxton menatap lekat wajah cantik yang terlelap itu, dan membayangkan jika suatu saat ia tidak melihat Audriana yang sedang terlelap seperti ini.
Tidak, ia tidak rela jika itu terjadi. Audriana akan terus menjadi miliknya.
Persetan dengan komitmen atau apa pun yang mendasari hubungan mereka, Jaxton akan terus mempertahankan gadis ini di sisinya!
***
Audriana merasa bahagia hari ini. Seharian Jaxton mengajaknya jalan-jalan berkeliling pantai, menaiki jetski, snorkeling, bahkan diving.
Audriana belum pernah mengalami semua itu, dan ia sangat antusias ketika bisa menyelam ke dasar laut dan melihat keindahan dunia yang penuh warna itu. Wajah cantiknya bersinar bahagia, meskipun tak ada seulas make-up pun yang melapisi kulit wajahnya.
Kecantikannya yang alami tanpa polesan itulah salah satu hal yang membuat Jaxton tak bisa mengalihkan pandangannya sedetik pun darinya.
Cuaca yang mulai panas di siang hari membuat dua sejoli itu memilih untuk rebahan santai di atas hammock yang berayun pelan. Semilir angin yang bertiup di antara dahan-dahan pohon membuat suasana sejuk dan menenangkan, dilatari oleh suara deburan ombak.
Jaxton menunduk, memandangi Audiriana yang tiduran sambil memeluknya di dalam hammock yang berayun pelan.'
"Lelah?"
Audriana menggeleng, tapi sedetik kemudian ia mengangguk. "Lelah tapi senang," ucapnya sambil nyengir, mengkonfirmasi kode gestur tubuhnya barusan yang membuat Jaxton bingung.
"Bagaimana jika kita liburan setiap minggu?" Cetus Jaxton lagi tiba-tiba, membuat Audriana mengernyitkan kening dan menatap lelaki berkulit putih bersih di depannya.
"Liburan setiap minggu?" Ulang Audriana yang merasa aneh.
Jaxton mengangguk dengan penuh semangat. Netra hijau cemerlangnya terlihat berkilau-kilau diterpa sinar mentari Maldives yang terik.
"Kamu yang akan menentukan tujuan liburannya. Sebutkan saja, aku pasti akan mengabulkannya selama tempat itu masih terletak di bumi," seloroh lelaki itu sambil terkekeh pelan.Jemarinya yang sedari tadi menyusuri punggung Audriana, membuat gadis itu geli namun ia diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...