"Kau tidak akan keberatan jika kita berdiskusi sembari aku bercinta dengannya, bukan?"
***
**Flashback beberapa saat sebelumnya**
"Jadi kamu tidak mau menurut dan masuk ke dalam kamar? Kenapa? Apa kamu berharap bertemu dan bersapa mesra dengan 'Mas Bagas', hm?" Olok Jaxton dengan sengaja menyebut Bagas dengan panggilan yang biasa digunakan Audriana untuk lelaki itu.
Sepeninggal Geovan yang baru saja permisi dengan dalih hendak memanggil Bagas, Jaxton pun langsung mengkronfrontasi Audriana yang menolak saat ia menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar yang berada di ruang CEO. Kamar yang biasa ia gunakan untuk beristirahat.
"Aku tidak mau masuk kamar bukan karena itu! Tapi karena sikapmu yang sudah benar-benar keterlaluan!" Tandas Audriana tak kalah kesalnya.
"Kamu terlalu berlebihan dengan tidak memperbolehkan semua orang menatapku, juga aku yang menyapa Geovan sambil tersenyum saja seakan jadi masalah yang besar."
"Itu memang masalah besar bagiku! Aku tidak suka, Audriana. Kuulangi, aku tidak suka wajah dan senyummu dinikmati oleh lelaki lain selain diriku!"
Audriana memejamkan mata dan mengurut pelipisnya yang mulai terasa pening. Debat kusir ini tidak akan pernah ada ujungnya, dan tidak akan ada penyelesaiannya kecuali dia yang sepertinya harus mengalah. Meskipun rasanya tak rela karena ia merasa tidak bersalah.
"Aaahkk!!"
Gadis itu terkesiap kaget dan sontak kembali membuka kedua matanya ketika merasakan sebuah benda kokoh yang menabrak dan mengungkung tubuhnya.
Audriana membuka mata, dan melihat Jaxton yang sudah menempelkan tubuhnya erat di tubuhnya, begitu erat hingga angin pun tak bisa melintas di antara mereka.
Tatapan netra hijau itu begitu menusuk manik bening Audriana, penuh makna dan arti yang mendalam namun sayangnya tak terbaca.
"Jaxton?"
"Aku memaafkanmu," ucap Jaxton tiba-tiba dan menyebalkan seperti biasa. Siapa juga yang mau minta maaf??
Audriana hanya bermaksud ingin mengalah, namun bukan meminta maaf!
"Oke, kalimatnya akan kuganti," tukas Jaxton buru-buru ketika melihat Audriana yang ingin meledak marah.
"Aku TIDAK AKAN menyetubuhimu hingga delapan ronde nanti malam, jika kamu mau menurutiku sekali saja untuk saat ini."
"Haaah...," desah lelah Audriana dengan wajah bosan. "Jika tidak bersikap arogan, pasti main ancam. Lama-lama aku bisa tak tahan kalau kamu selalu seperti ini, Jaxton."
Jaxton mencengkram dagu Audriana dan mendongakkan wajah cantik itu ke arahnya.
"Kamu harus tahan, Audriana Camelia. Bertahanlah, karena diriku yang ada dihadapanmu ini sesungguhnya juga sedang berjuang, untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik bagimu."
Suara maskulin yang mengalun serak serta sorot damba dari mata zamrud Jaxton itu telah menyihir Audriana. Ucapan Jaxton itu ada benarnya juga. Lelaki itu jauh lebih baik dalam memperlakukan dirinya akhir-akhir ini, bukankah hal itu memang sebaiknya diapreasiasi?
Gadis itu pun hanya bisa pasrah ketika Jaxton memagut lembut bibirnya, memberikan sesapan kuat penuh hasrat.
"Jaxton..." Audriana menahan bahu kokoh itu ketika Jaxton memeluk tubuhnya erat untuk memperdalam ciuman mereka.
"Ini di kantor," ucap gadis itu memperingatkan.
"Fuck with that. Kiss me again, Baby."
"No." Dengan tegas, Audriana mengalihkan wajahnya ke samping. "Kamu harus bekerja, Jaxton. Ingat, sudah tiga hari kamu cuti. Kasihanilah Geovan yang kelihatannya begitu tersiksa menggantikanmu," tutur Audriana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...