23. Mabuk

561 11 0
                                    

Audriana masih mematung.

Pertanyaan yang barusan diucapkan oleh Jaxton itu membuatnya menjadi mempertanyakan kinerja pendengarannya. Apa ia tidak salah dengar??

"Audriana? Apakah kamu mau jadi kekasihku?" Ulang Jaxton lagi dengan nada yang sepertinya mulai tidak sabar, karena keterdiaman gadis itu yang terlalu memakan waktu.

"Eh? Umm... itu... " Audriana mendadak menjadi gagap. Rasanya aneh sekali menjawab pertanyaan seperti itu dari seorang Jaxton Quinn.

Apakah dia bersungguh-sungguh?

Bukannya apa-apa, hanya saja rasanya Audriana masih sulit untuk percaya dengan ketulusan Jaxton yang memintanya menjadi kekasih.

Dia itu seorang CEO Quinn Entertainment, yang benar saja!

Meskipun awal pertemuan mereka lebih pantas disebut aksi penculikan, pelecehan, dan  pemaksaan kehendak, namun Audriana harus mengakui juga jika akhir-akhir ini ia merasakan sebuah perasaan asing yang tidak pernah ia kira akan ia rasakan kepada Jaxton.

Perasaan yang disebut... nyaman.

"Baiklah, karena kau diam saja maka akan kuanggap jawabannya adalah 'ya'," tukas Jaxton yang mulai jengkel dengan keplin-planan Audriana. Apakah memang sesulit itu menerima dirinya sebagai kekasih? Padahal banyak sekali wanita-wanita yang menginginkan untuk berada di posisi Audriana saat ini.

Dan mereka hanya berakhir menjadi teman ranjang Jaxton, tanpa ada pertemua kedua, apalagi komitmen.

Untuk pertama kalinya Jaxton merasakan hal yang berbeda dengan Audriana. Jika ia sangat bosan bercinta untuk kedua kalinya dengan wanita lain, beda halnya jika bercinta bersama Audriana.

Jaxton tidak akan pernah merasa cukup. Ia selalu haus dan selalu ingin mencecap kulit kuning langsat beraroma apel itu. Hasratnya tidak pernah padam, selalu berkobar hebat bahkan hanya dengan mendengar desah napas Audriana.

Sementara itu, Audriana hanya bisa diam untuk memproses apa yang sedang terjadi, hingga akhirnya sebuah sendok berisi nasi biryani beserta potongan daging kambing telah berada di depan bibirnya.

"Buka mulutmu," ucap Jaxton sambil menatap bibir Audriana dengan seksama.

"Aku bisa makan sendiri, Jaxton. Tidak perlu disuapi," omel Audriana. Saat ia hendak merampas sendok itu dari tangan Jaxton, tiba-tiba saja lelaki memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya.

"Hei!! Itu kan makananku!" Protes gadis itu kesal.

"Kau terlalu lama. Plin-plan," ledek Jaxton sambil mengunyah dengan nikmat. "Hm, ternyata nasi biryani ini enak juga."

"Memangnya kau tidak pernah memakan nasi biryani sebelumnya?" Tanya Audriana penasaran.

Jaxton menggeleng. "Baru kali ini aku mencoba masakan India."

"Oh ya?" Guman Audriana dengan dahi mengernyit.

"Um-hm. Aku memilih Indian cuisine untukmu. Kau menyukai makanan dari India, bukan?"

Raut terkejut tampak jelas dari wajah cantik Audriana. "Dari mana kau tahu?"

Jaxton terkekeh pelan melihat bagaimana mata bening beriris hitam itu membelalak lebar dengan sempurna. Menggemaskan sekali.

"Aku tahu hampir segalanya tentangmu, Audriana Camelia," ungkap Jaxton sembari melukis senyum misterius di bibirnya.

"Haha. Kau pasti bercanda kan, Mr. Quinn?" Manik bening Audriana menyipit skeptis menatap sosok maskulin di sampingnya yang mengunyah makanan dengan santai.

"Tidak, aku serius."

Audriana berdecih dan memutar kedua bola matanya. "Yaaa~ yaa~ terserah kau sajalah."

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang