46. Terluka/Tergoda

381 8 3
                                    

"Baby, kamu mau kemana?"

"Jangan mengikutiku!" Teriak Audriana yang sudah keluar dari dalam mobil diikuti oleh Jaxton. "Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya, Jaxton. Please. Biarkan aku sendiri!"

"Baby, jangan berkata seperti itu. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian," mohon Jaxton dengan wajah yang sendu. Keterusterangannya tentang siapa dan bagaimana dirinya di masa lalu membuat Audriana shock. Gadis itu sempat terdiam selama beberapa menit dengan wajah kosong, yang membuat Jaxton cemas.

"Aku hanya butuh sendirian, Jaxton. Aku perlu... memikirkan semua ini." Audriana menatap lelaki tampan bertuxedo di hadapannya dengan tatapan nanar. "Aku perlu berpikir ulang tentang... kita," lirihnya.

"Tidak! Tidak, Baby! Jangan PERNAH berpikir ulang tentang kita!" Sentak Jaxton dengan napas memburu. Ketakutan akan kehilangan Audriana membuat tubuhnya tiba-tiba gemetar tak terkendali.

"FINE!! Kamu bilang butuh waktu sendiri, bukan?? Akan kuberikan apa pun yang kamu mau, Audriana. Tapi aku mohon, kembalilah. Kembalilah padaku jika kamu sudah merasa sanggup untuk memaafkanku untuk masa laluku yang kacau."

Audriana terdiam untuk beberapa waktu, sebelum kemudian ia berkata, "bukan salahmu untuk apa yang telah terjadi di masa lalu, Jaxton. Hanya saja... mungkin aku yang tidak bisa menerimanya. Entahlah."

Audriana menelan ludahnya ketika mengingat cerita Jaxton tentang masa remajanya yang liar dan menyimpang bersama ibu tirinya. Itu terlalu berlebihan untuk jiwanya. Bagaimana mungkin ada seorang anak yang tega menyakiti ayahnya sendiri dengan selingkuh bersama ibu tirinya?

Ibu tiri yang ternyata adalah orang yang berada di rumah sakit jiwa ini! Dia gila, karena rasa cintanya yang berlebihan kepada anak tirinya sendiri!

Jaxton merasa setiap senti kulitnya bagai diiris oleh ribuan silet mendengar pernyataan Audriana. Ia tahu bahwa resiko gadis itu tak bisa memaafkan dirinya atas masa lalu sangatlah besar, namun di sisi lain Jaxton ingin jujur kepada wanita yang ia cintai. Audriana berhak untuk tahu semuanya, meskipun pada akhirnya dia terlihat sama terlukanya dengan Jaxton.

"Lalu apa maumu, Audriana? Katakan saja, selama itu bukan permintaan untuk berpisah, akan kukabulkan semuanya."

Dua insan manusia itu saling bertatapan dengan sorot yang begitu sulit diartikan. Ada kepedihan, penyesalan serta keraguan yang sekarang menjadi jarak yang terbentang begitu lebar di antara kedua hati mereka.

Sanggupkah mereka tetap bertahan dengan ini semua?

"Aku ingin pulang," ucap Audriana pada akhirnya. "Tapi bukan pulang ke rumah mewahmu, Jaxton. Aku ingin berada di tempat tinggalku sebelum kita bertemu."

Jaxton mengangguk. "Baik. Kita akan tinggal di sana jika memang itu kemauanmu."

"Sendiri, Jaxton," kembali Audriana berucap. "Aku ingin pulang sendiri. Aku ingin kembali menjalani kehidupanku yang dulu, kehidupanku sebelum bertemu denganmu."

***

"Kau harus membayarnya... dengan tubuhmu."

Dengan mulut melongo serta mata yang membelalak lebar antara percaya tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, Kania pun langsung menyilangkan kedua tangan menutupi dadanya.

"Pak Geovan! Saya benar-benar tidak menyangka kalau Anda ternyata sepert ini!" Pekiknya emosi. Matanya terlihat berkaca-kaca penuh rasa kecewa. Jujur ia mengira ajudan dari bosnya itu adalah seorang lelaki terhormat yang menghargai wanita, namun sepertinya ia telah salah mengira.

"Lalu apa bedanya Anda dengan Tuan Beno yang menganggap hutang dibayar dengan diri saya? Anda benar-benar--aaduh!!"

Kania memekik sakit saat Geovan tiba-tiba saja menjentik keningnya gemas.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang