Audriana terbangun dengan mata yang masih sayu karena mengantuk, karena semalaman Jaxton terus menggempurnya hingga dini hari menjelang, dan membuat gadis itu pun menjadi lemas tak bertenaga.
Dasar monster seks gila!
Namun bibir merah merekah alami itu tak dapat menyembunyikan senyum ketika mengingat bagaimana Jaxton memandikannya setelah mereka bercinta, lalu kemudian mereka tidur bersama sambil berpelukan sepanjang malam.
Ah, kenapa lelaki itu bisa berubah sedrastis ini sih??
Gadis itu menguap lebar, lalu membuka selimutnya dan turun dari tempat tidur. Ia mengikat asal rambutnya yang panjang ke atas kepala, menyisakan helai-helai anak rambut halus yang terjatuh dengan lembut di pipinya.
Audriana hanya mengenakan gaun tidur putih yang menampilkan bahunya yang mulus dan pahanya yang jenjang. Sejenak ia mengernyit ketika tidak mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.
Sepertinya Jaxton sudah lebih dulu bangun dan telah keluar dari kamar.
Audriana kemudian memutuskan untuk ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka serta sikat gigi. Setelahnya ia pun berjalan keluar kamar.
Aroma wangi keju langsung terhidu di penciumannya ketika melangkah keluar. Apa Jaxton yang sedang memasak? Karena setahu Audriana memang tak ada seorang pun di pulau ini kecuali mereka berdua.
Audriana terkejut ketika menemukan wanita asing paruh baya yang sedang sibuk berkutat di dapur.
"Halo," sapanya kemudian sembari tersenyum ramah.
Wanita itu pun menoleh, dan membalas dengan senyuman hangat.
"Halo, Nona Audriana. Perkenalkan nama saya Marzia. Ah, mungkin ini sedikit terlambat, tapi selamat datang di Maldives!" Ucapnya dalam bahasa Indonesia yang fasih.
"Terima kasih." Audriana menarik kursi makan dan duduk sembari mengamati wanita itu. "Bahasa Indonesia Anda fasih sekali," pujinya.
"Suami saya orang Indonesia asli, Nona. Dia adalah karyawan dari Mr. Jaxton Quinn, yang juga bertugas menjaga villa ini," tutur Marzia sembari mengangkat masakannya yang sudah matang dan menuangkannya ke atas piring datar.
"Tadi Mr. Quinn meminta dibuatkan macaroni and cheese, bagaimana dengan Anda, Nona? Katakan saja Nona mau sarapan apa. Saya bisa masak semua masakan Indonesia."
"Aku bisa memakan apa saja, Marzia. Tak masalah," sahut Audriana seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh penujuru dapur terbuka yang langsung berhadapan dengan ruang tamu.
"Uhm... dimana Jaxton?"
"Tadi Mr. Quinn pamit untuk berolahraga. Biasanya jika beliau datang ke pulau ini, hampir setiap pagi ia jogging selama kurang lebih satu jam," tutur Marzia penuh semangat. "Saya sendiri tinggal di pulau lain, dan hanya akan datang untuk memasak dan bersih-bersih. Mr. Quinn lebih suka menyendiri di pulau ini tanpa ada seorang pun yang akan menemaninya."
Audriana pun sontak mengangkat wajahnya yang penasaran. "Jadi, dia selalu sendirian di pulau ini?"
Marzia mengangguk. "Anda adalah orang sekaligus wanita pertama yang ia bawa ke Voalla Bay Atol," sahutnya dengan menyebut nama pulau ini.
Suara pintu depan yang terbuka dan langkah kaki yang menyertainya membuat perhatian Audriana sontak beralih kepada sosok tinggi penuh keringat yang berjalan ke arahnya.
Jaxton tersenyum simpul sambil mengusap wajah dan rambutnya yang basah, lalu dengan santainya menundukkan tubuh untuk mengecup bibir merah Audriana yang telihat lezat di matanya.
"Morning, Beautiful. Tidurmu nyenyak?" Suara maskulin itu terdengar lembut dan menggoda. Membuat telinga Audriana tergelitik dengan wajah yang merona, karena sadar kalau masih ada Marzia di sana yang mencuri-curi pandang ke arah mereka dengan tersenyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...