9. Penyesalan

1.1K 32 0
                                    

Audriana merasakan tubuhnya seakan melayang.

Aroma tajam rempah-rempah bercampur kayu-kayuan yang maskulin, yang sejak kemarin terasa familier ini terus menyapa hidungnya. Tubuhnya yang berayun-ayun bagai berada dalam buaian tak juga membuat kedua matanya yang terpejam itu bergerak membuka.

Ia terlalu lelah.

Melayani nafsu bejat Jaxton Quinn yang seakan tak ada akhirnya itu, membuat Audriana pada akhirnya bahkan tak mampu menggerakkan kedua pahanya yang gemetar untuk berdiri.

Hingga akhirnya makhluk bejat yang telah menggunakan tubuhnya sebagai pelampias nafsu itu pun menggendongnya turun dari dalam mobil sejak di parkiran VIP, menuju lift khusus CEO menuju ke lantai 37.

Setelah berkali-kali menggagahi Audriana di dalam mobil yang melaju di jalan tol hingga puas, akhirnya Jaxton pun memerintahkan supirnya untuk bergerak menuju Gedung Quinn Entertainment.

Waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi ketika mereka tiba di gedung itu, telah melewati satu setengah jam dari jam kerja yang seharusnya.

Jaxton berjalan dengan sangat santai keluar dari dalam lift VIP menuju ruang kerjanya, dengan Audriana yang masih berada di dalam gendongan ala bridal di dadanya.

Gaun putih sebatas lutut yang dikenakan gadis itu telah robek dan hancur tak berbentuk akibat ulahnya, sehingga Jaxton pun hanya membungkus tubuh sensual itu dengan sebuah selimut tebal berwarna biru yang, memang tersedia di dalam mobilnya.

"Selamat siang, Mr. Jaxton," Geovan berdiri di depan pintu menyambut Bosnya yang kini telah berada di hadapannya. Ajudan terpercaya Jaxton itu pun tak pelak melirik penasaran ke arah Audriana yang berada di dalam dekapan si Mr. CEO.

"Singkirkan pandanganmu dari wanitaku, Geo. Kecuali kau memang sudah bosan hidup!" Hardikan penuh amarah itu sontak membuat Geovan gelagapan dan cepat-cepat menundukkan wajahnya. Sebenarnya ia hanya penasaran dengan seorang gadis yang bernama Audriana Camelia, gadis yang telah membuat bos besarnya ini tak lagi meminta wanita-wanita jalang kelas tinggi untuk menghangatkan ranjangnya.

Jujur saja, Geovan justru ingin berterima kasih kepada Audriana. Karena berkat keberadaan gadis itu, dirinya tidak perlu lagi kesulitan mencari wanita untuk Jaxton, terutama karena Jaxton tidak pernah mau bercinta dengan wanita yang sama.

Sepertinya Audriana memiliki efek yang sangat besar bagi bosnya itu. Geovan dapat melihat kilat kecemburuan di balik mata hijau zamrud Jaxton ketika ia tak sengaja menatap Audriana--hal yang sama sekali tidak pernah terjadi karena selama ini Jaxton tidak pernah peduli pada wanita mana pun, meskipun secantik apa pun.

Dan apa tadi katanya? Wanita-nya? Oh My God. Bagaimana mungkin pria paling hedon yang ia kenal sekaligus juga yang paling anti dengan segala bentuk komitmen, tiba-tiba saja menyebut Audriana sebagai 'wanitanya'?

"Maafkan saya, Mr. Jaxton. Saya tidak bermaksud memandangi Nona Audriana," sahut lelaki itu dengan wajah yang masih menunduk.

Dengusan kasar menguar dari mulut Jaxton yang menipis gusar. Ia tidak suka jika Geovan atau siapa pun memandangi Audriana. Ia tidak rela wajah cantik dan tubuh gadis ini dinikmati oleh mata lelaki lain! Hanya dirinya yang boleh, tekad Jaxton bulat.

"Apa Bagas ada di dalam ruangan?"

Geovan mengangguk. Dia pun mengangkat kepalanya namun kali ini menatap lurus ke wajah Jaxton.

Seringai miring yang tercetak di bibir Jaxton terurai dengan jelas, bagaikan perpaduan malaikat dan iblis yang menyatu dalam satu raga. "Bagus. Ini akan sangat menarik," tukasnya sambil terkekeh pelan.

"Batalkan semua rencana rapat hari ini, dan siapkan pesawat menuju ke pulau pribadiku sekitar satu jam lagi. Tolong kau handle semua urusan kantor selama dua hari, Geo." Jaxton melirik Audriana yang terlihat masih pulas karena kelelahan di dalam dekapannya.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang