39. Penyelamatan

293 12 1
                                    

Ponsel yang berada di dalam kantung seragam maid milik Windi pun bergetar, memandakan adanya sebuah panggilan masuk. Dengan sigap, wanita itu pun mengangkatnya.

"Halo?"

"Halo, Windiarti." Suara kekehan keji sekonyong-konyong terdengar dari seberang sambungan telepon.

"Aku sudah melakukan sesuai perintahmu, brengsekk!! Sekarang lepaskan adikku!" Tanpa basa-basi, Windi pun langsung menyambar gusar.

Tawa kejam itu kembali berkumandang. "Aku akan melepaskan adikmu, segera setelah bosku keluar dengan selamat dengan membawa Nona cantik itu, Sayang! Sabarlah, dan bantu bosku agar bisa keluar dari gerbang!"

Windi menoleh ke arah pagar besi setinggi lima meter yang ia tahu dialiri oleh listrik bertegangan tinggi serta penjagaan yang sangat ketat.

"Aku sudah mengatur semuanya. Bosmu dan Nona Audriana akan keluar dari sini dengan selamat. Ingat, aku minta kau agar segera bebaskan adikku dan jangan pernah kau berani menyentuhnya, Wiryawan!"

Terdengar keributan di bagian gerbang sebelum pintu gerbang besi itu perlahan membuka. Beberapa orang terlihat berdiri menghalangi kuda berbulu emas yang berderap kencang ke arah mereka.

"Jangan tembak! Ada Nona Audriana di atas kuda itu!" Teriak seseorang, yang membuat para pengawal mengurungkan niatnya untuk menembak si pengendara kuda yang membawa kekasih Tuan mereka.

"Kejar mereka menggunakan motor! Jangan sampai lolos!" Kepala pengawal di kediaman Jaxton Quinn pun memberikan perintah.

Suara deru motor mulai terdengar di belakang Bagas dan Audriana yang masih berada di atas kuda.

"Mas Bagas! Tolong hentikaan!!" Jerit Audriana ketakutan. Ia bergelayut di dada Bagas sembari mencengkram kain kemeja lelaki itu erat-erat. Seluruh tubuhnya gemetar hebat.

"Aku akan mengeluarkanmu dari penjara Jaxton Quinn, Dri. Mulai saat ini kamu bebas! Aku yang akan menjaga kamu, Sayang."

"Kamu gila, Mas! Tolong hentikan ini semua dan pulangkan aku ke rumah Jaxton!" Jerit Audriana lagi. Di satu sisi ia ingin sekali berontak dan memukuli Bagas, namun di sisi lain ia juga takut jatuh. Jadi yang bisa Audriana lakukan hanyalah menutup mata, berpegangan erat, dan menjerit-jerit ketakutan.

Beberapa meter di belakang mereka terlihat lima buah motor yang mengejar dengan posisi yang semakin dekat. Namun tiba-tiba saja Bagas menarik tali kekang kuda itu dan membelokkannya naik ke atas trotoar.

Suara-suara letusan keras pun terdengar saling bersahut-sahutan di belakang mereka, membuat Audriana kembali menjerit kaget.

"A-apa itu?" Tanyanya bingung.

Bagas menyeringai miring. "Itu adalah taktik. Rekanku menyebarkan ranjau paku di sepanjang jalan ini. Itu sebabnya kita pindah ke trotoar."

Kuda berbulu emas itu kembali berlari dengan kencang meninggalkan para pengawal yang terlempar dari motor jauh di belakang mereka.

Hingga akhirnya Bagas pun menghentikan laju kuda itu dan bergerak turun dengan tangkas. Ia menarik paksa tubuh Audriana yang terus berontak dari atas kuda, dan membawanya memasuki sebuah mobil yang menunggu mereka sejak satu jam yang lalu.

"Cepat jalan!" Perintah Bagas kepada sang supir, yang tak lain adalah Wiryawan--kaki tangannya.

Wiryawan pun segera tancap gas dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat persembunyian yang telah ia persiapkan sebelumnya.

***

Audriana yang telah diberikan obat bius oleh Bagas, kini terlihat jauh lebih tenang dan tertidur sangat lelap.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang