49. Pejalanan Kereta

1.1K 64 6
                                    

Setelah sampai di stasiun, ternyata Hasan dan Claudia masih memiliki cukup banyak waktu sampai kereta mereka datang dan berangkat, sehingga mereka masih sempat  membeli makanan untuk diperjalanan. Setelah membeli beberapa makanan dan minuman, Claudia dan Hasan mulai masuk ke area tempat menunggu kereta.

Claudia merasa perasaan yang cukup mendebarkan karena ini untuk pertama kalinya dia naik kereta dengan perjalanan yang lumayan jauh. Belum lagi Claudia masih diliputi perasaan bimbang dengan kejadian yang dia alami tadi.

Claudia menatap Hasan yang sedang duduk disebelahnya, Hasan saat ini hanya membawa sebuah tas ransel yang tidak terlalu besar dia sekarang tengah bertelepon dengan Ersa, membicarakan tentang masalah tadi.

Claudia menatap sudut bibir Hasan yang terluka, semua itu karena ulah Panji, Claudia masih ingat jelas gimana wajah marah Hasan tadi, cukup menakutkan.

Claudia tidak membayangkan bagaimana nasibnya sekarang jika tidak ada Hasan, dia masih bisa merasakan ciuman kasar Panji dan semua cengkraman pada tubuhnya. Hal itu masih terasa sangat menakutkan untuk Clauida.

Saat ini Claudia dia merasa sedikit mual saat mengingat Panji yang memaksanya untuk berciuman. Rasanya sesak dia ingin menangis datang kembali karena ingatan tentang tadi muncul. Claudia tidak lagi menatap ke arah Hasan dia menunduk sambil meremas tas kecilnya, Claudia berusaha untuk menahan agar tidak menangis dan mencoba menghilangkan semua rasa takut itu. Tapi rasanya sulit semuanya kembali terlintas jelas didalam pikirannya saat ini.

Hasan saat ini mulai menyadari bahwa Claudia sedang tidak baik-baik saja. Hasan kemudian memutuskan sambungan teleponnya kemudian dia menggeser tubuhnya untuk lebih dekat dengan Claudia.

Hasan langsung merangkul bahu Claudia dan mengusapnya dengan pelan mencoba untuk memberi ketenangan. "Kamu gapapa kan?" Hasan menatap Claudia dengan tatapan cemasnya.

"Aku gapapa." Claudia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, Claudia tidak ingin terlihat lemah didepan Hasan.

"Ersa tadi ngabarin aku, Panji dibawa ke klinik. Petugas keamanan nahan dia untuk sementara dan sekarang semua keputusan ada di kamu. Kamu mau membawa kasus ini ke jalur hukum atau enggak?" Ucap Hasan dengan lembut tangan Hasan yang bebas kini memegang tangan Clauida mencoba untuk memberikan kenyamanan.

"Aku pengen Panji dilepasin aja, aku gak mau semuanya jadi masalah besar, aku takut karena kalau sampe aku bikin Panji dipenjara dia gak akan tinggal diem. Aku udah gak mau ada hubungan apapun sama dia, Walaupun aku gak yakin Panji akan lepasin aku gitu aja setelah semua ini. Aku takut Hasan, aku bingung harus ngapain?" Claudia sungguh sangat takut saat ini dengan Panji, Claudia merasa Panji tidak akan tinggal diam setelah semuanya. Bahkan diliat dari Panji yang berani untuk melakukan hal yang sudah hampir termasuk kedalam pemerkosaan, Claudia jadi tahu Panji adalah orang yang nekat.

Dia bilang tidak ingin melepas Clauida dan Panji memang tidak akan melepaskannya begitu saja.

"Kamu gak perlu takut, ada aku. Aku gak akan biarin dia nyentuh kamu barang seujung kuku pun. "

"Dia akan semakin marah kalau tahu kamu melindungi aku. Dia dan keluarganya gak suka sama kamu."

"Pokoknya mau bagaiamanapun aku akan melindungi kamu dan terus berada disisi kamu."

"Hasan aku rasa kamu gak perlu sampai segitunya, aku gak mau kamu semakin di benci. Bukannya sejauh ini kamu udah lumayan berhasil buat keluarga besar kamu nerima kamu."

"Aku gak perduli dengan pendapat keluarga besar aku, aku udah biasa dibenci jadi gak masalah yang penting kamu aman."

"Tapi aku gak mau kamu dibenci, aku mau kamu mendapatkan perlakuan baik dari mereka."

Belum Usai (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang