59. Lagi-Lagi Seperti Ini

742 36 2
                                    

Melalui pantulan lift yang membawa Claudia turun untuk menuju lobi, dia menatap penampilannya yang hari ini sangat kacau.

Sejak bekerja Claudia tidak fokus pikirannya berkelana kemana-mana untuk menyiapkan dirinya saat berhadapan dengan Hasan, karena sudah pasti dilantai bawah Hasan menunggunya.

Claudia juga sudah memantapkan dirinya untuk berbicara dan mengakhiri semuanya saat ini juga. Claudia merasa perpisahan ini sama seperti sebelumnya tapi kali ini mungkin benar-benar akhir, Claudia tidak tahu juga dia terlalu pusing untuk memikirkan akhir yang terasa sangat abu-abu untuk dirinya dan Hasan.

Pintu lift akhirnya terbuka dan dengan langkah yang terasa begitu berat Claudia berjalan menuju lobi dan benar saja baru beberapa langkah berjalan Hasan langsung menghampirinya dengan wajah yang cukup serius.

"Kita perlu bicara." Hasan langsung menarik tangan Claudia, tapi Claudia berusaha menahan tarikan Hasan, hal itu membuat Hasan menatap Claudia dengan tatapan tajamnya.

"Kita bicara di cafe dekat sini." Claudia mulai berjalan mendahului Hasan menuju sebuah Cafe disamping kantornya hal itu berlawanan arah dengan tarikan Hasan sebelumnya.

Claudia rasanya tidak sanggup berada dalam tatapan tajam Hasan. Dia jadi bingung harus bagaiamana memulai semua pembicaraan yang jelas akan menyakiti mereka berdua.

Claudia berjalan tanpa menatap ke arah Hasan, dia berusaha untuk membuat hatinya teguh pada keputusan. Claudia membisikan keyakinan untuk dirinya sendiri bahwa semua yang akan dia lakukan adalah yang terbaik untuk semuanya.

Hasan memilih tempat duduk yang berada diujung yang tidak terganggu oleh orang lain, Claudia duduk dihadapan Hasan yang sejak tadi menatapnya penuh tuntutan pertanyaan.

"Kamu bisa jelasin sekarang semuanya sama Aku Di, Panji mengancam kamu lagi?" Hasan ternyata masih bisa berkata dengan nada yang lembut kepada Claudia sangat jauh dari ekspresi kesal yang sepertinya coba dia tahan.

"Enggak." Jawab Claudia berusaha setenang mungkin.

"Kamu gak perlu takut Di, inget ada aku. Kamu gak perlu kembali lagi sama dia, kita bisa selesaikan masalah ini tanpa perlu kamu kembali sama Panji."

"Aku gak takut, Mas Panji gak mengancam aku apapun. Semua yang aku lakukan itu atas kemauan aku." Rasanya sangat berat Claudia mengucapkan semua kebohongan ini.

"Tatap mata aku saat kamu bicara Di, Aku tahu kamu bohong."

"Aku enggak bohong."

"Lalu? Semua ini apa? Kamu memangnya udah lupa dengan apa yang udah dia lakukan sama kamu?" Hasan menatap Claudia dengan wajah yang masih sulit percaya, akan semua yang Claudia ucapkan.

"Aku gak lupa, tapi aku sudah memaafkan Mas Panji, Aku sadar setiap manusia pasti tidak luput dari kesalahan." Hasan terdiam.

"Oke aku gak masalah kamu yang memang sudah memaafkan dia, tapi untuk kembali lagi dengan dia. Jangan bercanda Di. Aku tahu dia pasti mengancam kamu sesuatu."

"Sudah aku katakan Mas Panji gak mengancam apapun, aku kembali lagi sama dia karena memang aku mulai sadar bahwa ini memang yang terbaik."

"Yang terbaik dari mana? Jawab aku kamu memang mencintai dia? Kamu yakin untuk menghabiskan sisa hidup kamu sama Dia? Disini kita yang saling mencintai kenapa kamu gak mau memperjuangkan kita?" Hasan sedikit meninggikan suaranya.

"Setidaknya jika aku bersama Mas Panji tidak akan ada yang dibenci diantara kita. Karena setelah aku pikir-pikir jika aku sama kamu kembali bersama, kita akan dibenci oleh keluarga besar kamu begitupun keluarga aku. Maaf banget aku gak bisa menerima kebencian keluarga besar kamu itu, aku tidak sekuat kamu Hasan. " Claudia menyesal menggunakan alasan itu untuk membuat Hasan menjauh karena setelah ucapan Claudia selesai Claudia dapat melihat wajah terkejut Hasan.

Belum Usai (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang