Chapter 15 : Bagaimana Kalau Aku Bilang Iya?

521 58 11
                                    

Sinar matahari saat siang hari musim gugur tidak terik, tetapi membuat orang merasa malas.

Anginnya berembus lembut dan membawa beberapa helai daun yang rontok masuk ke koridor, jatuh di sebelah pemuda yang duduk sendirian di dekat jendela.

Si pemuda mengenakan jubah sewarna putih bulan dengan lengan pakaian yang sempit dan saku ganda. Ia berpakaian rapi dari kepala hingga ujung kaki, tetapi tidak mengenakan ikat kepala.

Auranya penuh aura kutu buku, dan wajahnya yang sedikit pucat memberi orang kesan yang sedih.

"Menurutku, ayo kita bertanding lagi. Lagian, tak ada yang bisa kita lakukan di sini." Pemuda yang berbicara itu tidak tinggi, tetapi bentuk tubuhnya bulat sekali, dan perutnya sudah membuncit di usia muda.

"Kau masih tidak yakin setelah dikalahkan olehku? Tak peduli berapa kali aku bertanding denganmu, aku, tuan muda ini, lebih baik dalam berkuda dan memanah. Jangan ketakutan dan jatuh dari kudamu saat kau menemui seekor kelinci nantinya." Si pemuda tinggi yang dikelilingi semua orang menjawab setelah tertawa sarkas selama beberapa saat.

"Waktu itu kecelakaan! Tunggu dan lihat saja, bahkan jika aku bertemu seekor harimau kali ini, aku juga akan membunuhnya!" Wajah si pemuda pendek memerah dan ia buru-buru membela diri.

"Baiklah, kalau begitu ayo pergi."

Orang-orang yang menonton dan mendengarkan pun mencemooh, kemudian mengelilingi kedua orang yang bertaruh dan berjalan keluar bersama-sama.

Ketika ia sudah akan melangkah keluar dari pintu, si pria tinggi berhenti dan melihat ke arah orang yang sedang membaca dengan tenang di dekat jendela.

"Hei, apa kau mau ikut bersama kami?"

Pemuda itu pun mengangkat matanya ketika ia mendengar suara itu, mengesampingkan bukunya, dan berkata dengan gaya yang santai, "Terima kasih atas kebaikanmu. Aku tidak berbakat, tidak bisa berkuda dan memanah, aku tidak akan menunjukkan keburukanku."

"Hei, kau tidak tahu siapa dia? Bagaimana mungkin ia merendah untuk bergabung dengan kita?"

"Benar, kan? Itu semua karena kita tidak cukup beruntung dan memiliki seorang putri sebagai tunangan kita."

"Siapa suruh kau tidak tebal muka seperti dirinya?"

....

Menghadapi olok-olokan semua orang, ekspresi pemuda itu tidak berubah sama sekali, dan ia masih memasang senyum tipis di wajahnya.

Pemuda jangkung itu memberinya tatapan dingin, mengibaskan lengan pakaiannya, dan dengan cepat berjalan keluar. Setelah melihat ini, yang lainnya buru-buru maju untuk menyusul.

Setelah semua orang tak terlihat, seorang anak lelaki yang berpakaian seperti pelayan pun menyelinap menghampiri pemuda itu dan berkata dengan marah, "Tuan Muda, jangan pedulikan mereka, mereka hanyalah segerombolan playboy yang bicara omong kosong. Kemampuan apa yang mereka miliki? Mereka hanya cemburu pada Anda, Tuan Muda."

Pemuda itu hanya tersenyum, menoleh untuk melihat keluar jendela dengan ekspresi merenung. Setelah sekian lama, ia berkata, "Apa yang mereka katakan tidak salah."

***

Dibandingkan dengan keramaian di luar sana, agak sedikit dingin di dalam istana yang dijaga ketat.

Gu Ling Yun bersandar malas-malasan di dipan empuk sembari membolak-balikkan sebuah buku. Dalam beberapa detik, ia membalikkan satu halaman dengan berat, membuat suara 'swissh', seolah-olah ia sedang melampiaskan ketidakpuasannya.

Gu Ling Yun sedikit memindahkan buku itu dan diam-diam melirik Xiao Yu Heng di sampingnya.

Ia juga merosot di dipan empuk seperti dirinya, tetapi ia memandangi buku di tangannya dengan penuh konsentrasi di wajahnya.

The Emperor Fights the Harem for Me [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang