Chapter 26. Sebuah Kesempatan

196 13 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Jasmine menutup mata rapat-rapat saat air dari botol minuman menggenangi kepalanya, lalu dia menatap Tristan dengan kebencian mendalam. Tindakan Tristan membangkitkan ingatannya akan kejadian masa lalu. Namun kali ini, dia menjadi saksi bisu di hadapan pengunjung klub yang terpaku menontonnya.

"Aku tak berencana melakukan tindakan seperti ini pada pertemuan pertama kita. Kau seharusnya tak merusak suasana hatiku seperti ini," ucap Tristan. Dengan gerakan tegas, dia meraih botol minuman lain dan menuangkannya ke atas kepala Jasmine. "Bawa semua persediaan alkohol dari klub ke sini. Kita perlu memberikan pelajaran pada wanita jalang ini!"

"Apa yang akan kau lakukan dengan semua itu, Tristan?" tanya Sabrina, ekspresinya penuh kebingungan.

Tristan menyeringai penuh kepuasan. "Kita akan mencekokinya dengan alkohol, seperti yang pernah kita lakukan beberapa tahun lalu. Dia harus diingatkan kembali akan siapa yang seharusnya dia takuti."

Kegentaran menyusup ke dalam diri Jasmine. Dia tak ingin mengulangi mimpi buruk itu lagi, di mana tubuhnya dipaksa menelan racun alkohol dalam jumlah besar.

Jasmine berusaha keras melepaskan ikatan tangannya, tapi upayanya sia-sia. Sal dan Marc juga menahan kedua bahunya dengan kuat sehingga dia tak bisa bangkit.

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?! Aku tak mengerti kenapa kalian melakukan hal seperti ini padaku! Apa salahku sehingga harus menerima perlakuan tak bermoral dari kalian?!" teriak Jasmine, suaranya dipenuhi oleh keputusasaan dan kebingungan.

Tristan mengusap dagu, merenung dengan senyum jail. "Hmm, apa ya ...? Aku hanya kebetulan melihat seorang gadis miskin datang ke kampus besar, membuatku bertanya-tanya dari mana nyalimu itu berasal. Di antara semua pelajar, kenapa hanya dirimu yang terlihat begitu bersemangat. Pemandangan itu membuatku merasa muak."

Jasmine tersenyum getir. "Intinya, kau hanya ingin menjadikanku sebagai mainanmu!"

Tristan mencengkeram dagu Jasmine dengan kasar, mendongakkan padanya. "Nikmatilah, Jasmine. Saat di mana para pelanggan klubku menguasaimu. Aku masih cukup baik membuatmu melayang sebelum itu."

Belum sempat Jasmine menyelami makna kata-kata Tristan, bibirnya direnggut oleh leher botol yang masuk ke mulutnya, memaksa dia menelan alkohol tanpa henti. Bahkan hidungnya terasa perih karena tumpahan air itu menembus rongga hidungnya.

Dalam keadaan seperti itu, Jasmine merasa tak mampu lagi bernapas. Apakah dia akan kembali ke dalam kegelapan masa lalunya?

Tubuhnya perlahan terasa limbung, kepalanya mulai berputar, dan pandangannya berkabut. Dia seperti terperangkap dalam kubangan lumpur, membuat seluruh tubuhnya kacau.

Dia tak berharap mendapatkan pertolongan, baginya lebih baik jika dirinya lenyap karena dia sudah kehilangan makna hidup.

Maaf, Ayah, ini sudah mencapai titik akhir perjuanganku, batin Jasmine dengan berat hati, kemudian dia menutup mata.

Entah mengapa, di tengah situasi yang kacau, bayangan pria itu merayap masuk ke pikirannya.

Tatapan tajam menusuk, senyuman hangat yang pernah muncul di tengah kelicikan, perhatiannya yang dibalut obsesi ... semuanya membuat Jasmine berharap untuk melihat pria itu untuk kali terakhir.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang