Chapter 55: Pengakuan Tulus

172 8 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Dalam sepersekian detik sebelum tubuh Jasmine menghantam lantai, Tuan Hawthorne berhasil menangkapnya. Dia mencoba meraih pegangan tangga untuk menahan diri, tapi tangannya meleset. Tubuh mereka terus meluncur turun hingga punggung Tuan Hawthorne membentur dinding dengan keras.

Sebuah rintihan tertahan keluar dari bibir Tuan Hawthorne saat rasa sakit menyengat punggung. Sementara kedua tangannya menarik Jasmine lebih erat, memastikan wanita itu terlindungi dalam pelukan.

Napas Jasmine yang cepat dan berat terasa di dadanya, menunjukkan ketakutan yang masih menguasai.

Jasmine pun bisa merasakan denyut jantung Tuan Hawthorne dan kekuatan tangan yang memeluknya erat-erat.

Jasmine perlahan mendongak, mata mereka bertemu dalam tatapan yang dalam. "Aku tak tahu soal pernikahan itu, mereka yang merencanakannya," ucapnya, mendapatkan dorongan untuk menjelaskan meski situasinya tak tepat.

Tuan Hawthorne cukup terkejut, menyadari adanya kesalahpahaman di antara mereka. Dia tersenyum, campuran lega dan syukur. "Kau tak apa-apa?"

Jasmine terdiam sejenak, lalu sebuah pertanyaan mendesak keluar dari bibirnya. "Kinsley, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan panik, melepaskan diri dari pelukan Tuan Hawthorne.

Tuan Hawthorne segera bangkit, diikuti oleh Jasmine. Genggaman tangan mereka kembali menyatu, sedangkan tatapan hangat mereka seolah-olah sudah menyelesaikan semua kesalahpahaman yang ada di antara mereka.

"Pertama, kita harus keluar dari gedung ini sebelum-"

Tuan Hawthorne berhenti bicara karena pintu di samping mereka terbuka dengan kasar. Seorang pria suruhan Thomas tampak terkejut mengetahui bahwa sumber suara dentuman berasal dari orang yang sedang dicarinya. Tanpa membuang waktu, pria itu melayangkan pukulan keras ke arah Tuan Hawthorne.

Tuan Hawthorne dengan gesit menghindar, membuat pukulan itu hanya mengenai udara kosong. Jasmine segera mundur beberapa langkah dengan napas tertahan.

Pria itu tak menyerah begitu saja. Dia melancarkan serangkaian pukulan cepat. Tuan Hawthorne menangkis salah satu pukulan dengan sikunya, lalu dengan gerakan yang presisi, dia melayangkan tendangan keras ke lutut lawannya. Pria itu mengerang kesakitan dan terhuyung sebelum terguling menuruni tangga.

Tuan Hawthorne menarik tangan Jasmine. Mereka bergegas keluar melalui pintu darurat yang kini terbuka lebar, dengan satu pikiran di benak mereka yakni melarikan diri sebelum lebih banyak orang suruhan Thomas datang.

Mereka masuk ke lift dan turun ke lantai basemen. Begitu sampai, mereka cepat-cepat naik ke mobil. Di jalan keluar basemen, beberapa pria yang tampak satu komplotan dengan Thomas berdiri berjaga. Mereka tak menyadari kehadiran Tuan Hawthorne dan Jasmine saat mobil dengan kaca gelap itu melintas.

Setidaknya rasa aman menyertai perjalanan mereka untuk sementara waktu. Mereka saling menatap sebentar, sebelum akhirnya sama-sama menenangkan diri dari ketegangan. Perjalanan mereka berlangsung begitu tenang selama beberapa saat, tanpa mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang masih menggantung di benak masing-masing.

Hingga akhirnya, Jasmine membuka suara lebih dulu, "Kita akan ke mana?"

"Ke tempat yang tak mungkin mereka singgahi."

Tuan Hawthorne menepikan mobilnya. Mereka berdua turun, menghentikan taksi yang melintas dan melanjutkan perjalanan. Tuan Hawthorne berharap bisa mengelabui Thomas dan para pengikutnya dengan cara itu.

Di dalam taksi, mereka menoleh ke belakang untuk memastikan tak ada yang mengejar, kemudian menghela napas lega dengan perasaan yang mulai tenang.

Tatapan mereka beralih pada genggaman tangan yang saling erat. Jasmine mengira Tuan Hawthorne akan melepaskan tangannya, mengingat mereka sudah tersadar dari kedekatan yang timbul selama pelarian. Kenyataannya, genggaman itu semakin erat dirasakan.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang