Chapter 20. Menghadapi Kenyataan

217 9 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Jasmine seharusnya merahasiakan tentang Sabrina, tapi semangatnya meluap. Pemikiran buruk bahwa Tuan Hawthorne mungkin saja akan mencelakai teman barunya seketika muncul dan mengusiknya.

"Sabrina sama sekali tak terlibat dengan kejadian tadi."

"Bagaimana kau bisa yakin kalau dia tak terlibat?"

Tanpa adanya bukti, Jasmine tak menemukan jawaban yang kuat. "I-itu ... karena Sabrina adalah temanku, kami memutuskan untuk menjadi teman."

"Sudah sejak kapan?" tanya Tuan Hawthorne sambil menyelipkan keraguan dalam suaranya.

Jasmine terdesak, berusaha menyembunyikan ekspresi tak yakin dari Tuan Hawthorne. "Baru-baru ini," ucapnya dengan usaha keras.

Tuan Hawthorne menyipitkan mata, merasa ada kejanggalan. Belum lama ini, Sabrina melukai tangan Jasmine, dan sekarang tiba-tiba ingin menjalin hubungan pertemanan? Apakah Jasmine tak mencurigai hal tersebut?

"Apa kau selalu begini, Nona Everhart?"

"B-begini bagaimana?"

"Biar kujelaskan padamu. Sabrina memintamu mengenakan pakaian tak senonoh, membawamu ke sebuah klub, lalu meninggalkanmu sendirian dengan dua orang pria asing. Kau hampir diperkosa, Nona Everhart. Tidakkah dirimu menyadari situasinya?"

Tangan Jasmine gemetar, kata-kata Tuan Hawthorne menyempitkan pandangannya. "T-tidak. Sabrina sungguh ingin berteman denganku, dia memohon agar diberi kesempatan. Lalu ... a-alasannya meninggalkanku karena ingin ke toilet. Dua pria itu tak ada kaitannya dengan Sabrina," ucapnya dengan bibir bergetar.

Tuan Hawthorne ingin menjelaskan lebih lanjut, tapi melihat tegangnya Jasmine membuat niatnya urung. Dia sadar bahwa trauma yang masih membayangi Jasmine akan menjadi parah jika dia terus mendesak.

"Mari kita lupakan soal ini." Tuan Hawthorne mengakhiri perbincangan dengan keheningan yang panjang.

Tak lama setelah itu, deru mesin perlahan redup. Tuan Hawthorne turun dari mobil, disusul oleh Jasmine yang sudah tampak tenang. Sambil mencoba memahami alasan mereka berada di sana, Jasmine mengikuti Tuan Hawthorne melangkah masuk ke sebuah butik.

Kedatangan mereka disambut oleh aroma bahan-bahan mewah. Hamparan pakaian haute couture, sepatu berkilau, dan tas-tas berdesain modis pun memikat pandangan Jasmine.

Sabrina memang mengajaknya ke butik mewah sebelumnya, tapi suasana di tempat yang Tuan Hawthorne pilih terasa lebih berkelas.

"Ouch!"

Tuan Hawthorne segera memutar tubuhnya saat mendengar suara rintihan Jasmine, menemukan wanita itu terpaku pada kakinya.

"Kenapa?" Langkah Tuan Hawthorne mantap mendekati Jasmine.

Jasmine melepaskan sepatu tingginya, memperlihatkan tumit yang lecet.

"Kau benar-benar bekerja keras untuk menghabiskan waktu di klub, Nona Everhart."

Jasmine mencebik, kesal karena meskipun sudah menjelaskan bahwa kehadirannya di klub bukan atas keinginannya sendiri, Tuan Hawthorne tetap teguh pada pandangannya.

"Permisi, Tuan dan Nona. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pegawai wanita mendekati mereka dengan sopan.

"Entah dari mana tampilan tak sesuai ini muncul. Aku menginginkan perubahan pada penampilannya, dari atas sampai ke bawah," ucap Tuan Hawthorne dengan tegas.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang