Chapter 12. Bayang-bayang Masa Lalu

329 10 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Kekecewaan tergambar jelas di wajah Jasmine saat menyadari hanya sebagian kecil dari barang permintaannya yang dibawakan. Pandangannya berpindah tajam pada Tuan Hawthorne yang duduk tenang di sofa dengan mata terpejam.

Jasmine bersungut-sungut sambil melangkah menuju sisi Tuan Hawthorne. "Kau berjanji bahkan jarum sekalipun akan ditemukan oleh orangmu."

"Kau menuliskan barang-barang tak penting," sahut Tuan Hawthorne enteng.

Jasmine berkacak pinggang dengan ekspresi kesal. "Tak penting? Bahkan satu helai pakaian pun tak ada!"

Tuan Hawthorne membuka mata perlahan, menyaksikan kekesalan di wajah Jasmine. Pikirannya berlabuh pada percakapannya dengan Theodore tadi, di mana dia diberi tahu bahwa Jasmine mengalami perlakuan buruk dari teman-teman kampus.

Jasmine merahasiakan kisah yang pelik, membuatnya sulit membayangkan bagaimana wanita itu mampu bertahan.

"Meskipun kau melotot padaku, aku tak takut!" teriak Jasmine, sementara tangannya semakin tercengkeram erat di pinggang.

Tuan Hawthorne menghela napas. "Pakaianmu sedang dipilihkan saat ini. Karena terlalu banyak, membutuhkan waktu untuk mempersiapkannya. Paling lambat besok sudah tersusun di lemari."

"Aku menginginkan pakaianku, bukan menginginkan untuk dibelikan pakaian."

"Apa kau benar-benar akan pergi ke kampus?" tanya Tuan Hawthorne tanpa menghiraukan kekhawatiran Jasmine mengenai pakaian.

Meskipun merasa agak aneh dengan pertanyaan mendadak tersebut, Jasmine tetap memberikan jawaban. "Bukankah kau akan membiarkanku keluar dari penthouse?"

"Itu benar, tapi apa tak ada keinginan selain pergi ke kampus?"

"Aku hanya butuh ke kampus," ucap Jasmine dengan wajah penuh penantian.

Tuan Hawthorne mengeraskan geraham, menyaksikan tekad Jasmine yang membuat perasaannya campur aduk. Dia mengepalkan tangan dengan kuat, seolah-olah kemarahan ikut membara.

Alasan di balik tekad Jasmine tak perlu dipertanyakan, mengingat upaya keras Thomas untuk mendukung pendidikan putrinya. Hubungan ayah dan anak yang saling berjuang itu menimbulkan rasa kesal dalam dirinya.

Tuan Hawthorne bangkit, langkahnya mendekati Jasmine. "Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Sekretarisku akan menangani alasan ketidakhadiranmu pada pihak kampus agar kau bisa berkegiatan seperti biasa," ucapnya, lalu pergi meninggalkan Jasmine.

Jasmine tampak heran dengan sikap Tuan Hawthorne yang tak seperti biasanya. Dari ekspresi pria itu, dia merasakan ketidaksetujuan, tapi kenapa tak marah padanya?

"Ah, sudahlah. Mungkin dia sedang ada masalah."

Jasmine kembali fokus pada urusan barang-barangnya, mencari benda yang begitu dinantikan. Namun, kekecewaan langsung menghiasi wajah saat benda yang dicari tak kunjung ditemukan.

"Apa dia juga tak membawakan sabunku?!" tambahnya dengan nada kesal.

✦✦✦

Kegelapan malam beranjak pergi, digantikan oleh sinar lembut fajar yang merayap di langit. Cahaya matahari perlahan menerangi setiap sudut dengan kehangatan. Suara pesawat di luar sana berhasil membangunkan mereka dari ketenangan panjang.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang