Chapter 44. Persimpangan Cinta

169 8 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Di kamar yang hening, Jasmine merapikan setiap helai rambutnya. Dia berhenti sejenak dan membiarkan pikirannya melayang pada pesan yang diterimanya semalam dari Prof. Sullivan. Meskipun sebenarnya dia tak ingin bertemu setelah pengkhianatan yang sudah dia terima, tapi penting baginya untuk menyelesaikan urusan di antara mereka.

Dengan tekad yang terpatri di hatinya, Jasmine meyakinkan diri dan turun ke lantai bawah. Saat langkahnya melintasi ruang tamu, dia melihat Tuan Hawthorne dan Lily tengah asyik bersenda gurau dalam keadaan televisi menyala.

Bayangan malam sebelumnya menyelinap ke dalam pikiran Jasmine, membawanya kembali pada momen intim di ruang tengah bersama Tuan Hawthorne. Sofa menjadi saksi bisu atas segala yang mereka lakukan.

Lamunan itu terputus oleh teriakan Lily. "Aunty!" Dengan nada panik, dia berlari ke arah Jasmine untuk mencari perlindungan. "Daddy sudah berubah jadi monster!"

"Monster?"

Jasmine mencoba memahami kepanikan Lily. Sebelum dia bisa bereaksi, Tuan Hawthorne tiba-tiba menangkap tubuhnya, berusaha menjangkau Lily yang berputar-putar dalam upaya menghindar dari serangan.

"Lepaskan Aunty, Daddy!" Lily mencoba menarik Jasmine menjauh dari sang daddy, tapi kekuatannya terlalu kecil untuk melawan.

Pelukan Tuan Hawthorne memicu kegelisahan Jasmine di hadapan Lily. Di sisi lain, kedekatan mereka begitu menghanyutkan, hingga membuat dia kehilangan pijakan rasionalnya.

"Maafkan Lily, Aunty!" seru Lily sambil berlari ke belakang sofa, bersembunyi di sana.

"Sudah mau pergi?" tanya Tuan Hawthorne, masih memeluk Jasmine dari belakang.

"Hmm, i-iya ...."

Tuan Hawthorne mengecup lembut pipi Jasmine, lalu mengendurkan pelukannya. "Hubungi aku jika sudah tiba di rumah sakit."

Jasmine yang masih terkejut karena ciuman di pipinya hanya bisa mengangguk pelan. Dia memperhatikan Tuan Hawthorne yang mencari-cari Lily. Keceriaan pagi itu membuatnya tersenyum. Lalu, dengan berat hati dia pergi meninggalkan penthouse.

Mobil yang mengantarkan Jasmine meluncur melalui jalanan kota. Sesampainya di rumah sakit, Jasmine langsung menuju ruangan Prof. Sullivan. Dia menahan napas sejenak, lalu memberanikan diri mengetuk pintu.

Saat pintu terbuka, Jasmine terkejut melihat sosok Mr. Harper berdiri di samping meja Prof. Sullivan. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang alasan kedatangan dosennya itu.

"Jasmine ...," lirih Mr. Harper, segera mendekati Jasmine untuk memeluknya.

Mr. Harper melepaskan pelukan tanpa menjauh. "Prof. Sullivan memberitahuku soal jadwal konsultasimu hari ini, jadi aku segera datang untuk bertemu denganmu. Apa kau baik-baik saja?" Dia menangkup kedua pipi Jasmine, memandanginya dengan perhatian yang tulus.

Jasmine tak menjawab. Dia melangkah perlahan menuju Prof. Sullivan, memandang wanita itu dengan tatapan tajam. "Saya ingin mengakhiri jadwal konsultasi untuk hari ini dan seterusnya."

Prof. Sullivan terkejut sekaligus bingung. "Mengakhiri? Tapi kau masih membutuhkannya."

"Saya tak bisa membuka hati pada orang yang sudah mengkhianati kepercayaan."

Prof. Sullivan tegak dari kursinya. "Aku melakukannya karena kau dalam bahaya."

"Saya menghargai niat baik Anda, Prof. Sullivan, tapi pilihan yang sudah saya buat pada hari itu sudah menjadi keputusan saya, bahwa saya takkan meninggalkan sisi Tuan Hawthorne."

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang