Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦Tangan Jasmine yang berkeringat karena gugup membuat genggaman mereka terasa licin, tapi Tuan Hawthorne tetap memegangnya erat. Mereka terus berjalan menyusuri lorong hotel, hingga akhirnya berhenti di depan pintu bernomor 1408. Tuan Hawthorne menyentuhkan kartu kunci pada pembaca di pegangan pintu, begitu lampu indikator menyala hijau, pintu itu pun terbuka perlahan.
Tuan Hawthorne melepaskan genggaman tangannya setelah mereka berada di dalam kamar. Dia berdiri dengan kedua tangan di pinggang, menatap Jasmine yang masih tampak dingin dan tak bersahabat.
"Hilangnya dirimu mungkin akan dikaitkan denganku. Oleh karena itu, penthouse bukanlah tempat yang bijak untuk persembunyianmu. Jalanan pun terlalu berisiko, banyak mata yang mengintai. Saat ini, hotel adalah pilihan teraman. Namun, cepat atau lambat, mereka akan menemukanmu. Kau tak bisa terus menghindar."
Jasmine tak menjawab, hanya memalingkan wajah. Tangannya terkepal erat, campuran antara kemarahan terhadap keadaan dan kebingungan tentang ke mana kaki harus dilangkahkan selanjutnya.
Sentuhan lembut di dagunya memaksa Jasmine untuk menatap lurus ke mata Tuan Hawthorne yang kini berdiri tepat di depannya.
"Terakhir kali kau tersenyum padaku tanpa beban, dan dalam sekejap semuanya berubah menjadi tatapan permusuhan." Tuan Hawthorne menekan lembut sudut bibir Jasmine dengan telunjuknya, mencoba membentuk senyuman di sana. "Bagaimana caranya agar kau bisa tersenyum padaku lagi?"
Jujur saja, Jasmine merindukan momen-momen interaksi mereka. Sentuhan yang mendebarkan dan rasa nyaman berada di samping Tuan Hawthorne membuatnya kesulitan untuk mempertahankan dinding kebencian yang sudah dia bangun. Namun, saat dia mengingat kembali alasan di balik sikap dinginnya, emosi yang sempat meredup itu akhirnya kembali menggelapkan hatinya.
"Kenapa kau hanya diam saat menerima undangan pernikahanku dengan Mr. Merrick?!" teriak Jasmine dengan suara bergetar. "Bukankah sudah jelas, bahwa kau tak menyukaiku?" lanjutnya, dengan air mata yang membasahi pipi. "Tak bolehkah aku berharap kau akan menemuiku dan membawaku pergi? Apa aku tak berhak membencimu karena itu?!"
Tuan Hawthorne hampir tak menunjukkan ekspresi. Keheningan yang menyelimuti membuat Jasmine merasa bahwa tak ada lagi alasan untuk tetap tinggal. Dengan hati yang berat, Jasmine memutuskan untuk melangkah pergi.
Baru beberapa langkah menjauh, Tuan Hawthorne segera meraih tangan Jasmine, membuat mereka kembali berhadapan.
"Apa yang kau katakan? Undangan pernikahan? Kalian akan menikah?" Tuan Hawthorne menatapnya tak percaya.
Jasmine mengerutkan alis, kemarahan di wajahnya berangsur-angsur pudar, digantikan oleh kebingungan. "Kenapa kau bersikap seolah-olah baru mengetahuinya? Apa Mr. Bennett tak memberitahumu tentang undangan itu?'"
Tuan Hawthorne memijat pangkal hidung sambil berpikir, sementara amarah membara dalam dirinya. "Bagaimana bisa kalian memutuskan untuk menikah?"
Tatapan Tuan Hawthorne kembali tertuju pada Jasmine. Tangannya meraih bahu wanita itu, seakan mencoba menyalurkan kekecewaannya melalui sentuhan tersebut. "Bukankah kau mencintaiku? Tapi kenapa Dominic Merrick ... pernikahan ...?" Helaan napasnya terdengar berat. "Jasmine, aku percaya bahwa kau bukan wanita berengsek."
Jasmine tampak bingung menghadapi situasinya. "A-aku ...."
"Dengan begini, apa aku perlu meragukan kesungguhan perasaanmu padaku?" Tuan Hawthorne menatap tajam.
"T-tidak!" Jasmine menggeleng.
Mata Tuan Hawthorne mengikuti gerakan Jasmine yang menyentuh tangannya, lalu tersenyum sinis. "Apa kali ini aku juga sudah salah mencintai seorang wanita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
Romance𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐤𝐞𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 🔞 𝐝𝐢𝐤𝐮𝐧𝐜𝐢. *** Jasmine harus menghadapi pilihan sulit saat ayahnya melarikan uang dari majikannya, Tuan Hawthorne. Sebagai pembayaran kesalahan sang ayah yang hilang tanpa jejak, Jas...