Chapter 38. Di Balik Tato

147 7 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Jantung Jasmine berdebar keras. Meski bukan pertama kalinya dia memakai kemeja Tuan Hawthorne, kegugupannya begitu nyata. Bahkan, dia tak berani menatap Tuan Hawthorne yang bersandar dengan mata tertutup.

"Sudah selesai?" tanya Tuan Hawthorne.

Jasmine mengangguk perlahan. "Hmm ...."

Tuan Hawthorne membuka matanya, melepaskan tangannya yang saling berdekapan. Pandangannya mengarah pada Jasmine yang mengenakan kemeja marun. Potongan bawah kemeja itu menyingkap sedikit paha kanan, memperlihatkan kulit yang bercahaya. Meskipun tergoda, dia menahan diri untuk tak menyentuh Jasmine, lalu dengan hening menghidupkan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan.

Jasmine melemparkan pandangan ke arah Tuan Hawthorne, yang mengenakan kemeja hitam. Kemeja yang serupa dengan yang dikenakannya membuatnya penasaran, mengapa Tuan Hawthorne membawa dua kemeja?

"Apa kau selalu membawa kemeja cadangan saat bepergian?"

Tuan Hawthorne tetap fokus pada kemudi, merenungkan alasan sebenarnya mengapa dia selalu membawa baju ganti di dalam mobil. Kemeja-kemeja itu selalu berwarna marun atau hitam, dipilih dengan sengaja untuk menyamarkan noda darah yang mungkin menempel pada tubuhnya.

"Untuk situasi darurat seperti tadi," jawab Tuan Hawthorne.

Jasmine tak merasa curiga, alasan Tuan Hawthorne terdengar masuk akal baginya. Namun, penampilan Tuan Hawthorne dengan kemeja gelap menarik perhatiannya, karena selama ini dia hanya melihatnya mengenakan kemeja dengan warna cerah.

Saat menyadari bahwa dia diamati, Tuan Hawthorne melirik Jasmine yang cepat-cepat mengalihkan pandangan. Dia memilih untuk tak membahas perilaku wanita itu karena ponselnya berdering, memaksa dia untuk mengangkatnya tanpa mengalihkan perhatian dari jalan yang mulai gelap.

"Ada apa?" Tuan Hawthorne bertanya tajam begitu dia mengetahui siapa yang menelepon-Natalie.

"Di mana kau berada saat ini?"

"Sejak kapan keberadaanku menjadi urusanmu?" Tuan Hawthorne menghela napas panjang, lalu dengan suara yang sedikit lebih lembut, dia melanjutkan, "Katakan kepentinganmu dengan cepat, aku sedang mengemudi."

"Aku dan Lily ada di penthouse sekarang," jawab Natalie dengan cepat.

Tuan Hawthorne tampak kesal. "Kau-"

"Jangan marah," potong Natalie. "Aku sudah mencoba menghubungimu sebelum datang kemari."

Tuan Hawthorne melemparkan pandangan singkat ke layar ponselnya, menemukan notifikasi pesan yang belum dibaca dari Natalie, serta panggilan tak terjawab. Dengan cepat, dia menyadari bahwa Natalie sudah mencoba menghubunginya sejak beberapa waktu lalu.

"Aku akan tiba dalam waktu kurang dari satu jam. Tunggulah di penthouse," ucap Tuan Hawthorne sebelum menutup sambungan telepon.

Jasmine menyadari bahwa mereka akan segera menerima tamu, hanya sedikit yang bisa dia tangkap dari percakapan sepihak Tuan Hawthorne. Suara gemuruh kendaraan di sekitar mereka membuatnya sulit untuk mengidentifikasi lawan bicara pria itu.

"Cari pegangan agar kau tak kesulitan," ucap Tuan Hawthorne, memecah keheningan yang menyelimuti mereka.

Jasmine segera menuruti perintah, meskipun agak bingung. Mobil yang sebelumnya melaju dengan kecepatan sedang, tiba-tiba berakselerasi. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di depan sebuah gedung hotel bergengsi. Tuan Hawthorne turun dari mobil, lalu dengan langkah pasti memimpin Jasmine menuju pintu masuk utama.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang