Chapter 2. Terkurung Dalam Bayangan

817 22 1
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦


Dalam kegelapan kamar, tubuh Jasmine terhempas di ranjang bagaikan terlempar ke dunia mimpi yang menakutkan. Dia segera duduk dan bergeser mundur sambil menatap waspada ke satu arah-Tuan Hawthorne, pria yang sedang membawa ancaman untuknya.

"T-tolong ... jangan ...!" seru Jasmine, sementara air mata membasahi pipinya tanpa henti.

Tuan Hawthorne melepaskan dasi yang tergantung longgar, lalu melangkah naik ke ranjang. "Thomas harus menyadari dampak dari perbuatannya. Dia akan kehilangan kebahagiaan putri yang begitu gigih diperjuangkannya."

"Ayahku pasti akan datang! Dia pasti akan datang dan membawakan uangmu, kita hanya perlu menunggunya sebentar-"

Kata-kata Jasmine terhenti saat Tuan Hawthorne mencengkeramnya di kedua bahu, membuat dia tak bisa lagi merasakan ranjang yang baru saja diduduki. Tubuh pria itu menguasai bayangannya, tatapan sadis pun kian dekat dan berhasil mengguncang hidupnya.

"Berhenti mengatakan hal yang tak mungkin terjadi, ayahmu takkan lolos dari tanganku setelah kembali!"

"Aku akan melakukan apa pun, kecuali menjadi gundikmu. Pekerjaan rumah atau apa pun yang kau inginkan, Tuan Hawthorne. Aku mohon ...."

Tuan Hawthorne menyeringai dengan kecerdasan yang tajam. "Kenapa? Apa karena tak ingin keperawananmu dirampas?"

Jasmine menggeleng cepat. "Tidak, Tuan! Aku bahkan tak memilikinya lagi, jadi tak ada hal bernilai yang bisa didapatkan dari menyentuhku."

Wajah Tuan Hawthorne menunjukkan keraguan, kemudian kemarahannya meletup. "Percobaan yang bagus, Nona Everhart. Kau berbohong hanya untuk membuatku ingin melepaskanmu. Sayangnya, kau tak berhasil mengelabuiku."

"Aku tak berbohong!"

"Oh, ya? Kalau begitu, mari kita buktikan saja."

Merasa gagal melakukan tawar-menawar, Jasmine menggigit kuat tangan yang mencengkeramnya. Dia tak ragu untuk langsung meninggalkan kamar dan melangkah menuju pintu keluar.

Dengan hati yang berdegup kencang, Jasmine menggedor pintu berulang kali. Saat itu dia baru menyadari bahwa akses ke penthouse membutuhkan Tuan Hawthorne.

Jasmine memandang sekelilingnya dengan harapan menemukan jalan keluar alternatif. Dia melihat sebuah pintu di dekat dapur, lalu dengan langkah tergesa mendekatinya.

Dari pintu itu dia menemukan sebuah halaman asri disuguhi pemandangan lampu-lampu kota yang bersinar. Pagar setinggi pinggang melingkupi halaman tersebut, sedangkan cahaya bulan yang lembut menyentuh air kolam renang yang tenang. Jasmine terdiam sejenak, terpesona oleh keindahan yang tiba-tiba muncul di tengah pelariannya.

Namun, keindahan itu terputus oleh suara tegas Tuan Hawthorne, "Jangan berpikir untuk meloncat dari gedung ini."

Jasmine segera menoleh ke sumber suara, sosok Tuan Hawthorne ada di kedua matanya. Dengan perlahan, dia mundur hingga pinggangnya menyentuh pagar.

Tuan Hawthorne tetap maju, tatapannya tak berkedip saat dia memeriksa bekas gigitan di tangannya. "Rasanya seperti diserang oleh hewan liar."

Pandangan Jasmine terarah pada pagar besi yang dia pegang. Gedung ini terlalu tinggi, tak bisa dibayangkan seberapa parah luka yang akan didapat jika dia melompat bebas.

Jujur, dia masih ingin hidup, ingin bertemu dengan ayahnya meski tak tahu bagaimana kabarnya. Tapi dia juga tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Tuan Hawthorne berkeinginan menjadikannya seorang gundik.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang