Chapter 18. Jalan Terbelah

229 8 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Di koridor kampus yang ramai, Jasmine berpapasan dengan Sabrina. Dengan langkah yang pelan, dia berjalan sambil berharap agar tak ada komunikasi di antara mereka. Namun, harapannya sirna begitu saja karena dia sudah menjadi target.

Sabrina mendorong Jasmine ke dinding, memerangkapnya dengan tangan, sementara mulutnya tetap sibuk mengunyah permen karet.

"Jam pelajaran akan segera dimulai," ucap Jasmine dengan suara rendah.

"Kenapa kau begitu antusias belajar? Bahkan, tugas akhirmu selesai lebih cepat daripada milikku. Jangan terlalu sombong, Jasmine. Kenapa selalu ingin mendahului yang lain? Sadarlah bahwa tempatmu seharusnya di belakang," ucap Sabrina sambil menarik Jasmine, merangkul bahunya, dan mengubah arah langkah mereka.

"Aku harus ke kelas." Jasmine memberanikan diri untuk menolak.

"Nanti saja. Sekarang ikut aku dulu," pinta Sabrina sambil tersenyum misterius.

"Ke mana?"

"Nanti kau juga tahu."

Jasmine memberatkan langkah. "Ada tugas yang harus kukumpulkan," ucapnya seraya menunjukkan pekerjaan yang dibuatnya semalaman suntuk.

"Jadi, kau menolak untuk pergi bersamaku? Kau ingin mati, ya?"

Sabrina merampas tugas di tangan Jasmine, lalu dengan gerakan cepat merobeknya. Jasmine berusaha merebutnya kembali, tapi upayanya gagal, dan berakhir menyisakan lembaran-lembaran kecil yang berhamburan di koridor.

"Sekarang tak ada alasan lagi untuk menolak ikut bersamaku, 'kan?" ucap Sabrina sambil menyeret Jasmine yang masih terkejut.

Sabrina membawa Jasmine keluar dari kampus, tak lewat gerbang karena ingin menghindari sopir pribadi yang selalu menunggu Jasmine. Langkah itu membawa mereka ke dalam butik tak lama kemudian.

"S-sabrina, kenapa kita datang ke sini?" Kepala Jasmine berputar ragu ke kanan dan kiri.

Sabrina memandang Jasmine dengan senyum misterius. "Kita butuh sedikit pelarian dari rutinitas kampus, bukan? Dan tempat ini akan menjadi tempat di mana kita menciptakan kenangan baru sebagai teman."

Jasmine tercengang. "T-teman? Kau dan aku?"

Sabrina melingkarkan lengannya di sekitar bahu Jasmine dan berkata, "Kenapa? Kau tak suka berteman denganku?"

Konsep memiliki seorang teman terasa asing bagi Jasmine, karena hidupnya selalu diisi dengan kegiatan rumah. Seiring ayahnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, waktu luangnya bertambah, dan harapannya tumbuh untuk membangun dunianya yang selama ini tertinggal. Dia beranggapan bahwa di lingkungan kampus akan bisa mengenal arti memiliki teman.

"Aku menyukainya. Tapi ... kenapa? Selama ini aku tahu kalau kau tak menyukaiku."

Sabrina sedikit menjauh, merentangkan tangannya di atas dada dengan ekspresi serius. "Baiklah. Aku mengakui kalau selama ini bersikap buruk padamu, tapi apakah setiap orang tak pantas mendapatkan kesempatan untuk berubah? Anggap saja aku sudah tersadar dan aku ingin menebus semuanya mulai hari ini. Bagaimana? Apa aku boleh melakukannya?"

Jasmine merenung sambil bertanya dalam hati, apa aku bisa memercayai orang yang selama ini sudah menyakitiku?

Sabrina dengan lembut menyentuh tangan Jasmine, memberikan guncangan kecil. "Beri aku kesempatan. Oke? Aku janji akan bersikap baik padamu dan menjadikan setiap kenangan pertemanan kita sebagai sesuatu yang takkan pernah bisa kau lupakan."

✦✦✦

Dor!

Dentuman letusan senapan merobek keheningan lapangan tembak, menciptakan vibrasi yang merayap di udara. Suara itu menggema di antara rimbunnya pohon-pohon sekitar. Tuan Hawthorne menurunkan laras panjang senjatanya, disusul melepaskan penutup telinga.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang