Chapter 43. Sebelum Panggilan Mengganggu

149 9 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Dengan membelakangi Tristan yang digotong oleh Theodore dan sang sopir, Tuan Hawthorne berjalan menuju mobil. Kehadiran dering ponsel membuat dia berhenti sejenak, bersamaan dengan tatapannya memperhatikan Tristan yang mulai dimasukkan ke bagasi.

Tangannya menyelinap ke dalam saku jas, mengeluarkan ponsel. Ekspresi wajahnya berubah serius dan tak senang saat nama 'Mr. Harper' terpampang di layar.

Dia mengangkat telepon, lalu berkata, "Kau masih memiliki keberanian untuk menghubungi Jasmine."

"Kau ...?! Kenapa ponsel Jasmine berada di tanganmu?"

"Karena kami tengah bercinta, dan panggilan darimu mengganggu momen kami."

"Aku tak percaya."

"Kau harus berhenti menghubunginya."

"Tak ada alasan bagiku untuk berhenti menghubunginya. Sebaiknya kau yang melepaskan Jasmine sebelum situasinya semakin rumit."

Tuan Hawthorne tersenyum sinis. "Ancamanmu tak berpengaruh padaku."

"Kau akan menyesalinya," ucap Mr. Harper, suaranya terdengar dipenuhi amarah.

Menyadari bahwa percakapan tersebut sia-sia, Tuan Hawthorne memutuskan panggilan dan segera memblokir nomor Mr. Harper.

"Dia hanya membuatku terlibat dalam urusan yang tak berguna," gumamnya, sambil menyimpan kembali ponsel Jasmine.

Theodore mendekat. "Mr. Vanderbilt dalam perjalanan menuju markas. Saya juga akan membawa Tristan ke sana."

Tuan Hawthorne mengangguk. "Biarkan mereka menangis di dalam kandang buaya," ucapnya penuh otoritas. "Kemudian, gantung mereka terbalik hingga darah mengalir ke kepala sebelum talinya diputus. Aku tak bisa menyertai karena harus menemani putriku berlibur."

"Saya akan menanganinya, Tuan," kata Theodore dengan hormat.

✦✦✦

Jasmine bersandar di kepala ranjang, duduk sambil berjuang menahan serangan kantuk yang memaksanya untuk meredupkan pandangan. Tiba-tiba matanya melebar saat kesadaran membanjiri dirinya. Fokusnya segera tertuju pada Lily, yang terbaring di sampingnya dengan tangan yang tak lagi erat menggenggamnya, menandakan bahwa putri kecil Tuan Hawthorne sudah berada di alam mimpi.

Jasmine bergeser turun dari ranjang dengan gerakan hati-hati, kakinya menjejak karpet yang lembut. Saat dia berdiri, matanya menyapu jam digital yang menyala di nakas, menangkap angka 11 malam. Dia pun memutuskan keluar kamar untuk melihat apakah Tuan Hawthorne sudah kembali.

Melintasi ambang pintu, Jasmine disambut oleh aroma tembakau yang ringan. Hati kecilnya bergembira dan tak sabar untuk bertemu dengan sosok yang dinanti sejak siang tadi. Tanpa bisa menahan diri, dia mempercepat langkahnya, hingga akhirnya menemukan Tuan Hawthorne duduk di sofa dengan sikap yang tenang-menikmati asap rokok yang menari-nari di udara.

Tuan Hawthorne tersadar akan kehadiran seseorang dan segera menyapu sekeliling ruangan. Matanya dan Jasmine bertemu dalam keheningan. Dia tersenyum hangat sambil menunggu dengan sabar wanita itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Aku pikir kau sudah tertidur."

"Tadinya, tapi aku terbangun tiba-tiba."

Tuan Hawthorne memutar puntung rokoknya di dalam asbak, lalu meraih tangan Jasmine dan menariknya agar duduk di pangkuannya.

"Apa putriku merepotkanmu seharian ini?" Tuan Hawthorne menatap Jasmine penuh perhatian.

Jasmine, yang masih berdebar-debar, langsung menggeleng cepat. "T-tidak, sama sekali."

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang