Chapter 36. Jaminan Intim

156 6 0
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Tuan Hawthorne duduk di tepi ranjang, mengawasi Jasmine yang terlelap dengan wajah tenang. Kamar yang sunyi hanya diterangi oleh remang cahaya dari pintu terbuka dan bayangan samar dari cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui jendela.

Dia mengusap pipi Jasmine dengan gerakan lembut sebelum menarik kembali tangannya.

"Aku ... menemui mantan istriku tadi. Dia berbohong tentang Lilyana yang hilang." Sudut bibirnya berkedut. "Tak kusangka bahwa aku akan bertemu dengan kekasih mantan istriku di hari ulang tahunku. Apa menurutmu itu masuk akal?"

Tuan Hawthorne melirik Jasmine yang tak bereaksi. Tentu saja, wanita itu tertidur pulas.

"Harga diriku terluka, karena pria itu berhasil membuat mata Natalie bersinar lebih cerah daripada saat bersamaku. Aku enggan mengakui, tapi mereka bertiga terlihat begitu bahagia ..."

Tuan Hawthorne memijat dahinya dengan ekspresi frustrasi. " ... seperti keluarga kecil yang selalu kuinginkan," ucapnya, kemudian berdiri dan meninggalkan kamar.

✦✦✦

Jasmine menghempaskan tangannya ke sisi ranjang. Dia langsung tersentak dan matanya terbuka lebar. Tak ada jejak Tuan Hawthorne di sekitarnya. Apakah pria itu tak pulang? Kegelisahan melanda dirinya, memikirkan bayangan Tuan Hawthorne mungkin menghabiskan malam di tempat Lilyana.

Dengan cepat, Jasmine menolak pikiran-pikiran gelap itu dan bangkit dari tempat tidurnya.

Kegelisahan Jasmine seolah terhempas jauh saat dia menuruni tangga, menemukan Tuan Hawthorne berada di penthouse. Dia mendekati sofa tempat Tuan Hawthorne duduk, mata pria itu terpejam.

Pandangannya tertuju pada botol-botol alkohol dan asbak yang penuh. "Kenapa dia minum sebanyak ini? Apa yang sedang mengganggunya?" gumam Jasmine.

Jasmine mendekat dan menyentuh lembut wajah Tuan Hawthorne, membuat mata terpejam itu terbuka perlahan. Dia segera menarik tangannya dan bertanya, "Kau tidur di sofa semalaman?"

Tuan Hawthorne memejamkan mata, sambil memperbaiki postur duduknya untuk lebih tegak. "Hmm ...."

"Aku benar-benar bingung harus berbuat apa untuk situasimu."

Tuan Hawthorne tersenyum, kerut di dahinya perlahan memudar. "Membopongku ke kamar. Bisakah kau melakukannya?"

"Apa?" Jasmine semakin bingung, di detik selanjutnya paham akan maksud Tuan Hawthorne. "Aku tak bisa membopongmu, itu akan berbahaya bagi kita berdua saat menaiki tangga nanti."

Senyum Tuan Hawthorne semakin lebar. "Kau menganggap serius perkataanku?"

"Kau bercanda?"

Tuan Hawthorne membuka matanya dengan lebih sadar. Dia menatap Jasmine yang berjongkok di dekatnya, menemukan kecantikan di wajah wanita itu setelah bangun tidur.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Tuan Hawthorne.

Jasmine berdiri sambil berkata, "Kenapa kau menanyakan kualitas tidurku di saat dirimu tidur semalaman di sofa? Kau marah karena aku tak tidur bersamamu di ranjang, haruskah aku juga marah padamu?"

Jasmine meraih tangan Tuan Hawthorne, menariknya bangkit sehingga mereka bisa berdiri berdampingan.

"Aku mungkin tak bisa membopongmu, tapi aku masih bisa memapahmu."

Tuan Hawthorne tak menolak, membiarkan dirinya dipapah menuju kamar, meskipun sebenarnya dia bisa berjalan sendiri.

Jasmine membaringkan Tuan Hawthorne di ranjang, lalu menyelimutinya.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang