Chapter 30. Janji Yang Terlupakan

259 11 2
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦

Dr. Lawson terbatuk-batuk saat asap rokok menyeruak ke arahnya. Dengan gerakan refleks, dia mengibaskan tangan, berusaha menyingkirkan asap yang mengganggu. Tuan Hawthorne hanya melempar pandangan singkat, lalu dengan tak acuh melanjutkan ritual merokoknya.

"Kapan kau akan menghentikan kebiasaan merokokmu itu, huh? Orang di sekitarmu jadi terganggu," protes Dr. Lawson.

Tuan Hawthorne mengembuskan asap rokoknya lagi, nada suaranya tetap tenang. "Kau bisa menjaga jarak jika itu masalah bagimu."

Fokus Dr. Lawson teralih pada pakaian Tuan Hawthorne yang kotor oleh noda darah. Pria itu terlihat berantakan, bahkan lengan bajunya hanya tergulung sebelah.

"Kau tak bisa pulang dalam keadaan seperti ini. Nona Everhart pasti akan terkejut melihatmu nanti."

Tuan Hawthorne menatap pakaian yang dia pakai. Awalnya, dia datang dengan maksud memberi Tristan pelajaran sebelum dipulangkan, tapi menyadari bahwa keadaan Tristan belum membaik membuat dia menumpahkan kemarahan pada Marc dan Sal.

"Aku membawa pakaian ganti."

Tuan Hawthorne menjatuhkan rokok yang baru beberapa kali diisap, menginjaknya sebelum melangkah ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia membuka garasi, ekspresinya menunjukkan kepastian akan perkataannya.

Setelah itu, Tuan Hawthorne melepaskan satu per satu kancing kemejanya sambil melangkah mendekati kaca mobil. Dia menggunakan kemeja kotornya sebagai alat untuk mengelap bagian tubuh yang terkena bercak.

Saat Tuan Hawthorne mengenakan kemeja yang baru, dua mobil hitam terlihat meluncur memasuki gerbang. Sosok Theodore muncul di antara kaca mobil, diikuti oleh barisan pengawal dengan seragam hitam, tegak berdiri menunggu perintah.

Theodore mendekati Tuan Hawthorne, diikuti oleh Dr. Lawson yang juga mendekat.

"Saya sudah menyiapkan dua mobil lengkap dengan pengawal yang akan mengantar Tristan," ucap Theodore.

"Apa Mr. Vanderbilt akan menerima kondisi putranya dengan lapang dada?" tanya Dr. Lawson, keraguan terselip di balik kata-katanya.

"Dia mungkin takkan senang, tapi aku rasa dia tak terpikirkan untuk membalas dalam waktu dekat. Karena kondisi putranya membutuhkan penanganan segera," ucap Tuan Hawthorne dengan yakin. "Ted, bawa beberapa pengawal bersamamu untuk membantu mengangkat Tristan," tambahnya.

"Baik, Tuan," jawab Theodore, dengan sigap melaksanakan perintah.

Tuan Hawthorne yang sudah berpakaian rapi segera duduk di kursi kemudi. Melihat keinginan untuk berangkat itu, Dr. Lawson cepat-cepat menempati kursi di samping Tuan Hawthorne. Mobil pun meluncur meninggalkan area rahasia tersebut.

✦✦✦

Jasmine tak pernah menunggu Tuan Hawthorne dengan penuh harapan sebelumnya. Biasanya, dia menginginkan jarak yang jauh di antara mereka, tapi entah mengapa kini sebaliknya. Jantungnya bahkan berdegup kencang setiap kali memikirkan sosok pria itu.

Dia menyadari bahwa apa yang dirasakannya bukanlah ketakutan, karena ketakutan tak mengharapkan pertemuan. Mungkinkah dia memiliki perasaan romantis pada Tuan Hawthorne? Pertanyaan itu menggelitik benak, menggoyahkan keteguhan hati yang sebelumnya berdiri kokoh.

Suara dari arah pintu masuk membuat Jasmine segera bangkit, bergegas melangkah menuju sumbernya. Seperti yang dia duga, Tuan Hawthorne sudah kembali, dan rasa leganya meluap begitu saja.

"Aku menunggumu," ucap Jasmine.

Tuan Hawthorne menatap Jasmine dari atas sampai bawah, memastikan tak ada kekurangan dari sosoknya. "Hmm, kau ingin membicarakan sesuatu denganku?" ucapnya sambil melangkah melewati wanita itu.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang