Chapter 3. Kekuasaan & Keputusasaan

729 21 1
                                    

Shadow Clown presents
꧁Jasmine꧂
✦✦✦


Jasmine memperhatikan sekeliling dan terkejut melihat Tuan Hawthorne berbaring di sampingnya. Keinginannya untuk tak membiarkan rasa kantuk menguasai kini berubah menjadi penyesalan. Rasa kesal menyelinap, kelengahannya sudah membawa mereka berdua ke ranjang yang sama.

Saat Jasmine hendak turun dari ranjang, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Tuan Hawthorne yang terbangun oleh gerakannya. Meskipun Jasmine berusaha melepaskan diri, pemberontakannya tak berarti apa-apa bagi Tuan Hawthorne yang memegang erat tangannya.

Tuan Hawthorne melempar pandangan singkat pada jam digital di nakas sampingnya, lalu berkata, "Jam tujuh pagi, dan masih terlalu dini untukmu melanjutkan permainan kekuasaan."

"Apa yang kau bicarakan? Lepaskan tanganku!" geram Jasmine.

Tuan Hawthorne menyeringai, mengejek, "Kau kira bisa lari ke mana? Apa ingin melompat dari gedung ini lagi? Kematianmu takkan berpengaruh pada hidupku."

Dengan mata berapi-api, Jasmine menantang, "Aku tahu bahwa kau memiliki kekuasaan dan bisa melakukan apa saja, tapi ada satu hal yang takkan pernah kau kuasai, yaitu diriku. Lebih baik mati ketimbang berurusan dengan orang licik sepertimu!"

Melalui kata-kata tajam itu, Jasmine sudah membawa suasana ketegangan yang mendalam di antara mereka. Tuan Hawthorne tak pernah menikmati waktu bangun di pagi hari dengan cara menjengkelkan begini.

"Air kolam tak mampu menjernihkan pikiranmu rupanya," sergah Tuan Hawthorne dengan dingin.

Suasana ketegangan semakin kental, sorot mata yang saling bertentangan itu kembali menyapa.

Tuan Hawthorne bangkit, lalu menarik Jasmine hingga tubuh mereka saling bertubrukan. Cengkeraman kekuasaan semakin dirasakan oleh Jasmine saat Tuan Hawthorne tak membiarkannya lepas dari kedekatan yang memaksa itu.

Tuan Hawthorne membawa jemarinya menyentuh kancing kemeja Jasmine, mencoba melepaskannya. Sebelum peristiwa tersebut berlangsung, Jasmine lebih dulu melayangkan tangannya, hendak menampar pria kurang ajar yang berniat menyentuh tubuhnya.

Namun, tamparan itu tak berhasil karena Tuan Hawthorne dengan sigap menahan tangan Jasmine. Matanya melirik sejenak ke tangan yang berada dekat di pipinya, lalu dia mengulas senyuman jail.

Tuan Hawthorne mengendus telapak tangan itu dan menciumnya dengan tiba-tiba, aksi yang memicu rasa jijik dalam diri Jasmine. Sentuhan Tuan Hawthorne melebihi batasan fisik, psikologinya seperti dipermainkan. Jasmine bisa merasakan ikatan yang mengancam jika dia tak segera melarikan diri dari impitan keintiman.

"Hmm, kau terpancing hanya dengan ciuman kecil di tanganmu, tubuhmu terasa hangat." Tuan Hawthorne tersenyum dengan pandangan merayu, kemudian membawa ciumannya dengan lembut meluncur ke lengan dalam Jasmine.

Tuan Hawthorne menikmati perannya sebagai seorang predator, merasakan kepuasan saat memperkuat dominasinya. Di sisi lain, Jasmine tak memunculkan reaksi karena pandangannya perlahan meredup.

Tuan Hawthorne merasakan tubuh Jasmine memberat, seketika menghentikan langkah merayunya. Dahi Tuan Hawthorne mengerut saat pandangannya mengamati Jasmine yang terkulai di pelukannya.

"Nona Everhart," panggil Tuan Hawthorne, tapi Jasmine tak memberi respons, cukup untuk membuat keraguan merayap di pikirannya.

"Kau tak pura-pura pingsan untuk menghindari takdirmu, bukan?"

Tuan Hawthorne menghela napas panjang dan berkata kembali, "Thomas, putrimu selain keras kepala, ternyata juga sangat merepotkan."

Tuan Hawthorne membaringkan Jasmine, lalu langkah yang menyiratkan kekhawatiran serta suara berbincang di telepon memenuhi kamar tersebut. Dr. Calum Lawson akan segera datang ke penthouse dan memeriksa kondisi Jasmine.

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang