⚠️ B X G ⚠️
Oniel x Indah
----------------
" Awakmu wes janji, kudu di tepati. Janji seng uwes di gawe, ora oleh di ingkar "
" iyo, tak tepati. Hanging nek anakmu karo anakku uwes umur dua puluh tahun "
----------------
Penasaran kelanjutanny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hembusan angin malam membawa dedaunan berterbangan. Rembulan dan Gemintang bersinar di atas sana, menggantikan posisi matahari. Malam tiba, hampir separuh kegiatan manusia di akhiri, namun ada beberapa juga yang tidak. Udara malam kian terasa dingin, menyentuh kulit. Angin malam membawa tirai jendela kamar seorang Letnan satu Ardhaniel dan istrinya, Indah.
SUARA tangisan bayi kian menggelegar di kamar yang sangat luas itu. Di rumah Letnan Satu Ardhaniel kini bertambah indah, karena kehadiran anak pertama dari nya dan Indah. Suara tangisan Oline, membangunkan Ardhaniel dari tidurnya. Dengan sigap, Ardhaniel bangun. Menghampiri box bayi yang terletak di sebelah kanan kasurnya dan ia gendong.
Ardhaniel tersenyum, tatkala tangisan sang putra terdiam ketika berada di gendongan. Tadi sore, istri dan anaknya resmi pulang dari rumah sakit. Ardhaniel menggendong, dan menimang nimang sang anak agar tenang. Bibir kecil Oline bergerak, Ardhaniel tersenyum.
" Adek haus, sayang? Bunda masih bobo. Minum di dot ya? " Ujar Ardhaniel kepada putra nya itu
Dengan tangan kirinya, membuka knop pintu kamarnya. Kemudian ia berjalan menuju dapur untuk mengambil susu asi Indah yang telah di peras dan di simpan di lemari es khusus. Ardhaniel mengambil salah satu dot yang telah di sediakan, tak lupa ia memanaskan nya sebentar.
Usai ia panaskan, Ardhaniel kembali membawa nya ke kamar dengan Oline yang masih berada di gendongan nya. Sesampainya di kamar, Ardhaniel kembali membuka knop pintu. Perlahan, ia melangkahkan kakinya masuk dengan pelan pelan. Agar tak mengganggu istirahat sang istri.
Tak lupa ia menutup pintu kamar nya. Kemudian, Ardhaniel mendudukkan dirinya di sofa dan memberikan dot kepada sang anak. Bibir kecil Oline bergerak meminum dot. Ardhaniel tersenyum, tangannya sembari menimang nimang sang anak agar tertidur kembali.
Ardhaniel masih mempertahankan senyuman nya, walaupun beberapa kali menguap. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Tak lama, susu yang berada di dot telah habis. Ardhaniel merebahkan dirinya di kasur dan menaruh sang anak untuk tidur di dada bidangnya.
Ardhaniel tertidur dengan posisi seperti itu, sampai pagi.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
SEMBURAT cahaya mentari pagi kian menyapa penduduk bumi. Embun embun pagi berjatuhan kala terkena sinar mentari yang hangat, burung berterbangan dan berkicau di langit yang biru. Malam yang panjang telah usai, hari baru telah di mulai.
Sinar mentari yang elok, masuk ke dalam kamar Ardhaniel dan Indah melalui sela sela tirai jendela. Sinar mentari tepat mengenai wajah cantik, ayu rupawan milik ibu satu orang anak itu, Indah Ayu Lestari Bhamakerti. Indah terusik dengan sinar matahari yang menyilaukan, Indah mengerjapkan matanya dan terbangun.