⚠️ B X G ⚠️
Oniel x Indah
----------------
" Awakmu wes janji, kudu di tepati. Janji seng uwes di gawe, ora oleh di ingkar "
" iyo, tak tepati. Hanging nek anakmu karo anakku uwes umur dua puluh tahun "
----------------
Penasaran kelanjutanny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUARA gemiricik air mancur kian terdengar di halaman rumah keluarga Ardhaniel Samudra. Lampu lampu rumah Ardhaniel dan Indah menyala sempurna, menambah keindahan nan kecantikan ornamen rumah. Hari telah berganti malam, matahari di gantikan oleh bulan nan bintang.
Di suatu ruang keluarga, nampak bapak Laksamana Muda TNI AL Ardhaniel Samudra Lakeswara tengah duduk sembari menonton acara televisi kesayangan nya itu, di tangannya memegang remot dan sesekali mengganti channel televisi.
" AYAHHH! " Seru Ribka Lakeswara Bhamakerti, si bungsu.
Atensi Ardhaniel tealihkan, tatkala mendengar suara anak terakhir nya itu, " Ada apa, sayang? " Jawab Ardhaniel lembut
Tak berselang lama Ardhaniel menjawab, kini putri bungsu nya telah duduk di samping nya sembari tersenyum. Ardhaniel tersenyum, mengusap surai rambut anak bungsu nya itu.
" Cantik, seperti indah " Batin Ardhaniel
" Anak cantik ayah, mau kemana? " Tanya Ardhaniel lembut
" Mau main ayah! mau nongkrong di cafe deket AAL! " Seru Ribka
Ardhaniel mengernyitkan keningnya, " Jauh banget sampai sana. Kamu mau ngapain? mau nungguin mas mas taruna? " Tanya Ardhaniel penuh selidiki
" Nggak usah sama taruna, mereka buaya " Tambah Ardhaniel
" Berarti dulu ayah buaya dong " Sahut Oline sembari membawa sepiring kentang goreng
" Mana ada! " Elak Ardhaniel, " Ayah mah setia sama bunda kamu, one only bunda kalian " Jawab Ardhaniel
" Bucin " Cibir Oline
" Ih ayah! kok ngobrol sama kakak sih!. Aku di izinin main nggak " Kesal Ribka
" Emang beneran mau ke cafe dekat AAL? kalau kesana beneran pakai ajudan ya? di kawal. Jauh, nak disana rawan " Jawab Ardhaniel khawatir
" Engga dong, Ayah. Palingan cafe cafe pusat kota aja sih yah " Jawab Ribka
" Di bolehin nggak? " Tanya Ribka
" Boleh, tapi pakai ajudan " Jawab Ardhaniel
" Ih ayahhh! " Rengek Ribka sembari bergelayut manja di lengan kekar ayahnya itu
" Yaudah, sama kakak mu pergi nya " Jawab Ardhaniel
" Kan katanya kamu juga mau main, sekalian sama adek mu " Jawab Ardhaniel
" Kalian cuman berangkat sama pulang bareng, disana kan kalian kumpul sama temen temen kalian sendiri " Lanjut Ardhaniel
" Ih! bener kata ayah!. Selain itu, hemat uang juga " Seru Ribka
Ribka gembira, Oline hanya bisa menepuk jidatnya saja. Lagi - lagi, uang nya harus berkurang untuk kesenangan sang adek, namun tak apa. Yang penting sang adek tersenyum.
" Nah! yaudah sana. Siap - siap " Jawab Ardhaniel
" Laksanakan, Laksmana! " Seru Ribka dan Oline
Ardhaniel terkekeh ringan, netra elang nya tertuju kepada foto pernikahan nya yang masih terpasang rapi nan apik di dinding rumah Ardhaniel dan Indah. Tak terasa kini, Ardhaniel telah menepati pangkat Laksmana muda. Dengan di tandai pangkat dua bintang emas di bahu.
Senyum di wajah Ardhaniel luntur, tatkala ia merasakan hal aneh.
" Sedari tadi ramai dan berisik, tumben istriku nggak ngomel. Apa yang terjadi dengan dia? " Monolog Ardhaniel heran
Kemudian, Ardhaniel menekan tombol off di remote televisinya. Bergegas untuk berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamarnya dan istri.
Knop pintu kamar berhasil Ardhaniel buka, mata elang nya melihat kesana kemari mencari sesosok wanita nya itu. Senyum Ardhaniel merekah, menemukan istrinya yang sedang berdiri di depan meja rias sembari memegang wajahnya.
Ardhaniel berjalan menghampiri sang istri, tak lupa menutup pintu. Ardhaniel melingkar kan lengan kekarnya di perut sang istri, memberikan kecupan singkat di pucuk kepala nya.
" Sayang, kenapa? " Tanya Ardhaniel lembut
Indah memayunkan bibirnya, menoleh ke arah sang suami.
" Aku sekarang jelek ya? lihat. Aku sudah tumbuh kerutan. Aku jelek ya? " Tanya Indah sembari memayunkan bibir nya
Ardhaniel tersenyum, " Aku hamil " Celetuk Ardhaniel
Indah memberikan sebuah cubitan keras di pinggang suaminya, ia membulat kan matanya.
" Ngawur kalau ngomong! " Sentak Indah
" Loh? " Heran Ardhaniel " Aku kira kamu lagi ngomongin sesuatu yang nggak mungkin " Jawab Ardhaniel
Indah membulat kan matanya, ia memukul - mukul dada bidang sang suami. Ardhaniel terkekeh, memeluk tubuh sang istri. Membiarkan Indah menyembunyikan wajah salting nya.
Ardhaniel mengusap surai rambut sang istri, tak berselang lama. Pelukan terlepas, Indah menatap sang suami.
" Anak - anak mana, mas? tumben ngga ramai " Tanya Indah
" Keluar, sayang. Nongkrong " Jawab Ardhaniel
" Loh? berdua? tumben " Tanya Indah heran
" Mereka nongkrong sama teman temannya, tapi di satu tempat yang sama. Aku suruh bareng aja " Jelas Ardhaniel
Indah mengangguk, " Kita nongkrong juga yuk, mas? " Ajak Indah
" Dimana? " Jawab Ardhaniel bingung
" Di cafe deket batalyon kamu " Jawab Indah malu malu
" Ooo, jadi istriku kangen masa masa kita pacaran? " Goda Ardhaniel