*Pov Simo
Baru tiga hari aku dikota ini, tapi banyak sekali masalah yang datang menimpaku. Memang bajingan!. Oiya aku belum kenalan secara lengkap ya, sekali lagi perkenalkan namaku Simo Dwipara. Aku berasal dari Kota Pahlawan, lebih tepatnya sebelum berada di Ibukota ini aku berada di Kota Pahlawan. Aku bukanlah penduduk asli kota itu, aku berasal dari Kota Liwet yang merupakan tetangga dari Kota Pelajar. Tapi itu cerita lain waktu, hehe.
Aku pergi ke Ibukota murni untuk menuntut pendidikan, bukan untuk hal lain. Kalaupun ada hal lain yang ku cari itu pasti adalah calon istri, hahaha. Seperti yang kalian ketahui, aku ke Ibukota dengan menggunakan motor tua keluaran tahun 1989 berlabel Suzuki Rc 100 versi Sprinter tentunya. Itu adalah motor kesayangan Omku di Kota Pahlawan. Setelah merayu selama dua bulan lamanya, akhirnya Omku mau untuk menukarkannya dengan Yamaha RX-King dan motor eropa MV Agusta F3.
Aku tiba di Ibukota dini hari sebelum kegiatan Orientasi dimulai. Aku berencana pergi ke terminal dekat kampusku dan menyewa losmen disana, seperti kebiasaanku di kota Pahlawan dulu, losmen dekat terminal biasanya berharga miring biasanya sih ada upacara sambutan dari para tikus dan kecoa, heheh.
Tapi, alih-alih mendapatkan losmen murah, aku malah bertemu dengan sekelompok preman yang tengah mengerubuni seorang supir taksi online mungkin. Hadehhh, di terminal manapun, supir taksi online selalu menjadi musuh diterminal. Awalnya aku tak berniat ikut campur urusan mereka, tapi saat melihat supir taksi itu berumur cukup tua, aku menjadi iba. Bukannya aku sok pahlawan ya, bangsat. Tapi dari dulu aku selalu diajari bunda agar membantu orang yang terlihat kesulitan. Akupun datang menghampiri supir taksi dan beberapa orang yang mengerumuninya.
"Permisi, abang-abang sekalian, ada yang punya korek?? " Tanyaku sambil mengeluarkan bungkus rokok kretek favoritku.
Benar dugaanku mereka adalah preman di terminal ini. Ada tujuh orang yang ada di sekitarku, satu diantaranya adalah sang supir. Kenapa aku tahu?? Bagaimana tidak, raut mukanya seperti habis melihat genderuwo. Empat lainnya mengelilingi sopir taksi online tersebut, dan dua lainnya duduk santai merokok di pinggir trotoar yang tak jauh dari situ.
"Ini koreknya, cepat pergi dan jangan ikut campur" Ancam salah seorang dari mereka yang memiliki luka codet disepanjang mukanya.
"Terimakasih, mas" Ucapku lalu membakar rokokku
Setelah dua hisapan akupun bertanya
"Mau tanya lagi, mas. Untuk arah ke Kampus EraBaru lewat mana ya? "
"Kamu jalan terus dari terminal sini, di pertigaan depan kamu belok ke.... " Jawab dari mereka yang lain
"Sudahlah, dibilangin langsung pergi ya langsung saja. Mana korekku? " si codet tadi langsung menepis omongan dari temannya dan menagih korek yang ku pinjam
Aku pun menggenggam koreknya dan memberikan kepada si codet,
***BHUGHHH*
"Ini mas.. " Aku menyodorkan korekku sekaligus bogeman mentahku ke arah wajahnya, hingga ia mundur beberapa langkah ke belakang.
"BANGSAAATTT!!!! " Teriak mereka kompak. Dan langsung mengerumuniku.
Dua orang yang duduk tadi pun berteriak lalu pergi menghampiriku dan bertanya,
"Kamu ini pendatang, kan?? Kenapa berbuat onar ditempat orang?"
"Kalian ini keterlaluan, bapak supir ini kan sudah tua. Kenapa kalian masih saja memorotinya" Balasku santai sambil menghisap rokokku.
Satu yang lain dari dua orang tadi pun hanya tertawa dan berlari ke arahku
**BHUGHH*
Sebuah pukulan hampir bersarang didadaku, tapi aku dapat menghindarinya dengan cukup cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
ActionMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...