Bangun dan Bangkit

218 15 8
                                    

*POV Simo.

Aku terbangun cukup siang setelah semalam bercengkrama ria dengan Ciput kekasihku, kulihat saat ini ia sedang tak ada di kamarku, kemungkinan ia sudah berangkat ke kampus untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia ospek.

Betapa bahagianya aku mendengar bahwa seminggu ini Ciput akan tidur dikosanku karena lebih dekat dengan kampus, sehingga memudahkan ia untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia. Ia pun mengatakan ke orangtuanya akan menginap di kosan Mbak Shani selama ospek berlangsung. Memang cemerlang sekali pemikiran wanita rubahku itu.

Akupun keluar dari kamarku dan kulihat mas Renaldi dan mas Randhu sedang bersantai di Sofa ruang tengah.

"Lho tumben mas, ndak jadi panitia bayangan kek taun lalu" Tanyaku.

"Aku ki wes lulus, asu. Picek a? " Jawab Mas Randhu

"Sewot tenan. Yang tanya samean itulo siapa?? Aku ini nanya mas Renaldi. " Jawabku cuek sembari menyalakan rokokku.

"Makanya mas, jangan kepedean, heheh" Ucap Renaldi.

"Wasuuuu."

"Yawis mas aku mau mandi dulu. Mau ke Toko Musik, beli senar buat biolaku. Samean titip ndak?? " Tanyaku.

"Aku titip yamaha, mo" Ucap Mas Randhu.

"Senare ta gitare mas?? (Senar atau gitarnya mas?) "

"Bpkb nya"

"Kirik. " Ucapku geram lalu meninggalkan mereka berdua ke kamar mandi.

Ya hari ini memang aku berjanji dengan kawan-kawan dari Lux Ferre untuk melakukan pemeliharaan berkala peralatan musik kami. Karena memang kami berempat tak tergabung dalam panitia ospek.

Setelah mandi, akupun berpakaian seadanya lalu keluar ke titik pertemuan di depan Swalayan Biru dekat kosku. Ya, karena si SuSter lagi dipinjem panjil, jadi aku terpaksa ikut ke mobil mereka.

Sesampainya di swalayan Biru, aku pun masuk untuk membeli rokok dan minuman soda yang tak terlalu manis, lalu menikmatinya di kursi besi yang sudah disediakan di teras Swalayan.

Aku mendengar obrolan dari gerombolan mahasiswa dengan almamater yang cukup kusam. Kemungkinan mereka adalah panitia ospek. Obrolan yang mereka angkat adalah tentang seorang maba teknik yang mengamuk dan menghajar mayoritas dari panitia keamanan.

Namun, belum lengkap ku menguping obrolan mereka, mobil Sedan milik Sella pun datang mengklaksonku.

Akupun mau tak mau mematikan rokokku dan menuju mobilnya. Jendela mobil terbuka dan terlihatlah Sella yang sedang duduk di kursi pengemudi.

"Heyy. Langsung masuk aja" Sapanya.

"Lhoo, sell. Berdua aja kah kita?? Yang lain mana?? "

Sella hanya mendengus dan mengangkat kedua bahunya.

"Ruwet, mo. " Ucapnya

"Hahaha. Belajar dari mana tuh bisa ngomong gitu"

"Keknya kebanyakan bergaul sama orang desa kek kamu deh, hahahaha" Jawab sella sembari tertawa lepas memperlihatkan gigi putihnya.

"Dah ah. Masuk, sini duduk depann" Lanjut Sella.

Akupun membuka pintu dan duduk di kursi sebelah sella.

"Kamu belajar nyetir dong, mo. Masa gondrong-gondrong serem gini di supirin cewe" Ucap Sella

"Hahaha. Kamu tuh yang harus lebih membiasakan diri naik motor"

"Ihhh, naik motor kan bahaya tauuu. Belum kalo panas sama hujan. Ribettt"

"Iya deh iyaaa. " Ucapku mengalah.

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang