Erupsi Rindu

290 12 7
                                    

Sandhyakala masih mengambang, suara salah satu tempat ibadah di negeri ini pun, masih terdengar samar-samar.

Dibagian samping sebuah kafe, terdapat seorang pria yang tengah menikmati rokok kretek legendaris buatan Kota Pahlawan tersebut. Ia hanya bersandar pada dinding kafe, sambil sekali-sekali mengawasi pintu keluar kafe, seperti sedang menunggu seseorang.

Tak lama kemudian, muncul lah seorang wanita dengan paras indahnya. Ia berjalan dengan santai menuju samping kafe tempat ia memarkirkan motor kesayangannya.

"Heyy" Ucap Pria itu saat berpapasan dengan wanita yang baru saja keluar.

Wanita tersebut hanya terdiam menatap pria yang memanggilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita tersebut hanya terdiam menatap pria yang memanggilnya. Ia melihat banyak puntung rokok berserakan disekeliling pria tersebut.

"Sejak kapan kamu disini, mo?? " Ujar wanita tersebut khawatir.

"Baru aja kok, Ge. Kita pulang bareng yuk" Ajak pria itu.

Wanita bernama gracia itu hanya menggeleng pelan,

"Aku bawa motor" Ucapnya.

"Kebetulan, aku gak bawa motor, hehe" Ucap pria itu membuang rokoknya.

Pria berambut panjang yang hampir mengenai pundaknya tersebut menghampiri Gracia.

"Asal kamu tau, ge. Yang tersiksa oleh rindu, bukan cuma kamu" Ucap pria tersebut sambil berbisik pelan di telinga Gracia.

Mendengar ucapan pria itu, Gracia hanya terdiam mematung dengan wajah yang mulai merona merah. Hampir sama dengan kondisi langit saat ini.

"Ayo kita pulang, ge. Kita labuhkan rindu yang lama kita pendam" Ujar pria tersebut.

Gracia pun hanya mengangguk pelan. Pria tersebut pun tersenyum dan menggandeng tangan Gracia menuju motor kesayangannya.

"Ayo naik, ge" Ucap pria tersebut.

Gracia hanya diam saja sedari tadi di belakang pria tersebut. Saat pria itu hendak berbalik untuk memastikannya, sebuah pelukan hangat hinggap di punggung pria tersebut.

Kini giliran pria tersebut yang mematung. Sebuah pelukan dari Gracia, tampaknya membasahi punggung pria tersebut. Dalam isaknya gracia berkata,

"Simo... Gege kangen"

"Iya, ge. Maaf aku baru bisa membalasnya sekarang" Ucap Simo melepaskan pelukan gracia dan berbalik.

Simo pun memegang pipi gracia dan berusaha menyeka air mata gracia yang masih deras mengalir.

"Sudah ya ge. Sudah jutaan liter air mata yang kamu keluarkan demi aku kan??" Ucap Simo.

"Cupppp"

Sebuah ciuman mendarat di mulut Simo, gracia yang memulainya. Mereka berpagutan cukup lama, hingga akhirnya Simo yang melepaskan ciuman tersebut.

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang