Hujan Air Mata

146 14 4
                                    

Sebuah Pagi yang sejuk di penghujung tahun. Sang langit tampak sangat cerah setelah mengeluarkan seluruh keluh kesahnya ke bentala yang tak pernah kering akhir-akhir ini. Sinar milik matahari pun menambah kilauan-kilauan yang indah saat mengenai bekas tangisan langit di ujung-ujung daun layaknya sebuah permata.

November, sebuah bulan dimana langit menangis hampir setiap waktu. Tidak salah jika pentolan heavy metal seperti Guns and Roses mengabadikan nama bulan ini sebagai salah satu judul lagu ballad populernya.

Seperti halnya langit, di sebuah sudut Ibukota, terdapat seorang gadis yang sedang menangis. Bukan karena sedih, melainkan karena haru. Gadis itu bernama Cynthia, ia baru saja mendapatkan sebuah ucapan dan kejutan ulang tahun dari Papa dan Mamanya.

"Selamat ulang tahun, Ciputnya papa" Ucap sang papa sambil memeluk anak semata wayangnya itu.

Cynthia pun dengan air mata yang menggenang, langsung menghamburkan pelukannya ke ayahnya.

Sang Mama pun tak mau kalah, ia turut serta dalam pelukan tersebut sembari mengecup dalam ujung rambut si Gadis.

"Selamat ulang tahun yaa, sayang. " Ucap Mama.

Pelukan itu berlangsung selama beberapa menit,

"Udah, ma, pa. Nanti Ciput telat ke kampusnya. " Ucap Cynthia, dan pelukan itu pun akhirnya terlepas.

"Hahaha. Yaudah, sana mandi trus sarapan, jangan lupa manasin mobil" Ucap sang Papa.

"Hmmm. Ciput dijemput, pa" Ucap Cynthia

"Sama si..." Ucap Mama.

"Bukan. Ciput bukan bareng dia kok, ma" Balas Cynthia pelan

"Bagus deh. Mama seneng kalo kamu udah gak deket sama dia, ga ada yang bagus dari anak itu, udah berantakan, urakan, berandalan,.... "

"....Ga punya aturan, gak bisa jaga anak orang, buat pengaruh buruk" Sambung Cynthia sedikit kesal.

"Capek aku denger mama bilang gitu terus. Simo itu gak kek yang mama omongin kok" Lanjut Cynthia.

"Yaaa, sama. Mama juga bosen ngedenger kamu bilang 'dia itu gak kek yang mama omongin kok' " Ucap Mama menirukan logat gadisnya,

"Tau ah.... " Ucap Cynthia kesal lalu menuju ke kamar mandi.

"Tuh paa.. Dah berani ngejawab tuh Ciput, pasti ketularan anak jalanan itu" Gerutu sang Mama

Sang papa hanya menggeleng pelan,

"Itu bukannya niru mama, ya?" Ucapnya pelan.

"Hadeehhh. Malah belain anaknya"

Beberapa menit pun berlalu, Cynthia kini telah rapi dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Ia sedang memainkan handphonenya sembari menunggu jemputan di teras depan.

Tak butuh waktu lebih lama lagi, sebuah sedan pun berhenti tepat di depan pintu pagar rumah Cynthia,

"Maaa, Paaa, Ciput berangkat" Ucap Cynthia setengah berteriak, lalu menuju mobil sedang yang ada di depan pagarnya.

Saat hendak masuk ke dalam mobil tersebut, sang gadis empunya pun membuka kaca jendelanya.

"Cepetan napa, Cyn. Nanti telat nih. Rumah lu nyempil banget sih, kan jadi nyasar nih gue" Gerutu gadis sang pemilik mobil.

Cynthia pun hanya menghela nafas kasar,

"Sabar ya, Gree. Aku masuk mobil dulu" Ucap Cynthia.

Mungkin dalam benaknya, ia sedikit menyesal dengan hari ini dan bulan-bulan yang lalu. Pasalnya saat ini ia berada di mobil milik Greesella.

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang