Di sebuah Siang yang cukup hangat di Kota Kembang, terdapat seorang wanita yang sedang duduk merenung di dalam sebuah gedung perkantoran. Ia hanya mengaduk-aduk minuman yang dipesannya setelah menyantap makan siang. Tatapannya terlihat cemas dan tidak tenang.
*POV Shani.
Sekitar satu jam yang lalu, Gracia meneleponku dan memberikan kabar yang tak mengenakkan. Terjawab. sudah kegelisahanku sedari pagi tadi. Ingin rasanya aku menuju ke Ibukota, tapi hari ini adalah Hari Pertamaku untuk kerja praktik di Kota Kembang. Jadi tidak mungkin jika aku langsung menuju ke sana, apalagi dengan perasaanku yang belum sama sekali tenang.
Simo Dwipara, anak satu-satunya dari mendiang adik sepupu kesayangan ibuku, Bunda Dyah. Beliau menitipkan Simo kepadaku, dikarenakan aku lebih dewasa sekitar lima tahun darinya. Simo adalah antidote dari ketenanganku. Aku sendiri yang mengamini hal itu. Segala sesuatu hal yang menimpanya tak bisa membuatku berpikir jernih seperti biasanya.
Tapi kali ini, aku tak ingin terburu-buru. Aku harus mengurutkan segala macam kejadian yang mungkin bisa mengarah ke tragedi yang menimpa Simo hari ini. Aku mengutuk diriku yang dua kali kecolongan, dan lagi-lagi sepupuku itu yang jadi korbannya. Maafin Shani ya, Bunda. Shani gabisa melindungi Simo.
Suara parau Bunda Dyah di saat-saat terakhirnya tentang menitipkan Simo ke aku pun terngiang-ngiang dikepalaku. Apalagi Om Hari, adik dari Bunda Dyah yang merawat Simo di kota pahlawan mengucapkan rasa syukurnya saat Simo mau berkuliah di Ibukota bersamaku. Maaf, aku mengecewakan banyak orang. Aku sudah membuat janji yang belum bisa aku tepati.
"Kamu kenapa, Shan?? " Tanya seorang seniorku yang menghampiriku di salah satu meja kantin tempatku kerja praktik
"Ehh, bukan apa-apa, Kak" Jawabku.
"Hmm, kalo ada masalah itu cerita. Jangan dipendam sendiri"
"Itu Kak. Kira-kira aku boleh izin ga ya?" Ucapku gelisah
"Hmm, emang berapa hari?? "
"Gatau ya kak. Saudaraku lagi kecelakaan di Ibukota. Aku sebagai walinya harus kesana buat ngurus perkara administrasi" Ucapku
"Parah?? "
Akupun hanya mengangkat bahuku
"Hmm, nanti aku izinin deh ke Kepala Divisi. Tapi paling lama cuma bisa tiga hari"
"Eh. Serius kak?? Gapapa?? "
"Gapapa harusnya."
"Makasihhh" Ucapku tulus
"Hemm, tapi besok traktir aku makan malem yaa, shan" Ucapnya
Akupun membalasnya dengan anggukan dan acungan jempolku.
"Yasudah, kamu berangkat langsung aja. Ntar kesorean lagi" Sambungnya.
"Makasih banyak, kak Ika" Ucapku lalu berdiri dan bergegas keluar.
Setelah sampai di parkiran, akupun langsung menuju ke Ibukota dengan motorku. Gusti, saya mohon semoga Simo baik-baik saja.
*POV Cynthia.
Aku sekarang sedang berada di tengah perkuliahan, kulihat dosenku sedang menjelaskan tentang sesuatu. Ya tentang sesuatu, hehe. Saat ini aku tak berfokus pada perkuliahan hari ini. Satu-satunya yang kunanti hari ini adalah jemputan dari Penyair Urakan, Simo. Ya, beberapa bulan belakangan ini, dia selalu memenuhi hari-hariku. Tak berlebihan rasanya jika aku menyayanginya, walaupun masih tak ada kepastian antara hubungan kita.
Hal yang membuatku senang juga adalah, Papaku sedang berada di luar negeri melakukan perjalanan dinas, sehingga mamaku harus menemaninya juga. Akhirnya aku pun ditinggal sendiri. Alih-alih merasa sedih, justru aku sangat bahagia. Karena aku sudah berniat untuk menginap beberapa hari di kosan Simo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
ActionMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...