Yang Datang dari Timur

180 15 0
                                    

Disebuah pasar tradisional di Kota Liwet, terlihat seorang pria berwajah bulat telur dengan umur sekitar 30 tahunan, tak lupa dengan blangkon yang menutupi kepalanya serta surjan dan bawahan kain batik bermotif kawung sebagai pakaiannya, sebuah penampilan yang cukup jarang di moderen ini, bahkan bagi lingkungan di kota Liwet maupun Kota Pelajar sekalipun. Ia terlihat sedang berbelanja beberapa kebutuhan pokok untuk dirinya.

Saat sedang asyik memilih sayuran, pria tersebut menjumpai ada sosok gadis disebelahnya sedang menawar harga sayuran.

"Brokolinya Ini mboten bisa kurang, nggih bu?? " Tanya gadis itu sopan.

"Waduhhh nonn Gracia. Meskipun samean sudah belajar bahasa jawa, ibu gabisa kasih kurang lho, hehehe" Jawab sang penjual.

Gadis itu pun menekuk bibirnya,

"Yaahh buu. Saya kan langganan, ya kali ga dikasih diskon"

"Hahaha. Maaf ya non, itu aja untungnya udah mepet"

"Yaudah deh bu, sayur sop-sop an nya aja dua ribu"

"Healah non. Wong ya tiap hari belinya sop-sopan dua ribuan terus og ya ngaku langganan"

"Hehehe. Ya kan saya sendiri bu. Nanti kalo beli banyak, bukannya saya makan, malah saya tanem lagi, hihihi"

"Isoo ae cah ayu iki (bisa aja gadis cantik ini). Sekalian sama telurnya nggak non?? "

"Lhoo, bonus telur juga bu?? "

Si penjual sayur pun hanya menepuk pelan keningnya.

"Kalo aku sendiri yang bertelur tak kasih gratis, non"

"Hehehe. Lagian nawarin. Ya saya kira gratis bu"

"Healaa non-non. Yawis ini sop-sopannya"

"Maturnuwun, nggih bu"

"Nggih non. Sami-sami"

Ya percakapan dan gesture dari gadis tadi tak lepas sedetikpun dari mata pria berpenampilan nyentrik itu.

"Ehh, Rsi. Sugeng rawuh, pados nopo nggih?? ( ehh Rsi. Selamat datang, lagi cari apa ya?) "

"Akeh yu. Nanging aku takon sik marang koe. Den ayu kuwi maeng sapa?? (Banyak bu. Cuma aku tanya dulu ke kamu. Gadis cantik tadi siapa?? ) "

"Ngapunten, Rsi. Niku wau namung tiyang mahasiswa saking Ibukota kang diutus damel magang teng kutho mriki (mohon maaf, Rsi. Itu tadi cuma mahasiswa ibukota yang sedang magang di kota ini) " Jawab sang penjual sayur.

"Owala. Yawis, iki tulung cepakno kabeh ya sing ana nag kertasku. Iki duwite ya, yuu(yasudah, ini tolong siapkan semua yang kutulis di kertas. Ini uangnya ya) " Ucap Sang Rsi sembari menaruh satu kantong kecil berisi beberapa koin emas.

"Aku tinggal dulu" Lanjut sang Rsi.

Sang Rsi pun menepi dari keramaian pasar untuk menyalakan sigaret yang sudah ia ramu dan buat sendiri.

"Kenapa bisa ada gadis yang mirip dengan kamu, Diajeng" Gumam sang Rsi di tengah hisapan sigaretnya.

Sang Rsi pun berjalan kembali menuju Timur untuk berpulang ke kediamannya di gunung Katong.

Namun belum lama sang Rsi berjalan, ia kembali berjumpa dengan gadis bernama Gracia tadi. Gadis tersebut terlihat sedang memilih dagangan di penjual kain. Karena penasaran, Sang Rsi pun mampir.

"Lagi rindu sama seseorang?? " Tanya Sang Rsi tiba-tiba.

Gadis bernama Gracia itupun tersentak kaget,

"Ehh, mas. Nggak juga kok, ini motifnya bagus soalnya" Jawab gracia ramah sembari tetap memegang sebuah kain batik

"Iyaaa, ini namanya jarik truntum, artinya tentang harapan pada cinta yang tak berbalas, tentang kerinduan akan cinta yang lama padam, dan sebagainya" Jelas sang Rsi sembari memegang kain batik yang juga di pegang oleh gracia.

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang