Pagi hari yang indah untuk memulai sebuah semester baru. Banyak dari para mahasiswa mulai meramaikan kembali suasana kampus yang sempat sepi karena liburan.
Titik-titik kumpul pun kembali terisi oleh beberapa tongkrongan baik secara heterogen maupun eksklusif.
Namun suasana keceriaan ini tak ada di dalam diri Simo. Dengan rambutnya yang semakin gondrong, kumis dan jenggot yang tumbuh asal-asalan karena hampir sebulan tak dicukur. Ia turun dari SuSter, motor kesayangannya sembari di temani rokok DjiSamSoe yang masih menyala sedari ia berangkat tadi.
Kaos hitam berbalut jaket kulit, denim yang sobek-sobek karena termakan usia, dan dilengkapi juga sandal selop merk lokal kebanggaannya. Ia berjalan dengan santainya tanpa membawa tas ataupun buku untuk mencatat materi perkuliahan.
Tapi ada dua benda yang pasti berada di kantongnya, yaitu rokok dan pulpen yang entah sejak kapan tak pernah ia keluarkan saat kuliah.
Penampilan sang bajingan ini sudah mirip sekali dengan senior-seniornya di kosan. Padahal ia baru saja menempuh semester dua saat ini. Memang pergaulan bisa mengubah penampilan dan aura seseorang.
Masih dengan santainya, ia menuju kantin untuk memesan kopi hitam pahitnya sebagai rutinitas pagi harinya.
Setelah memesan, ia pun dipanggil oleh seseorang dari salah satu kerumunan di kantin.
"Oii, moo. Sini lah" Teriak orang itu.
"Wehh, ari. Lama nih gak kelihatan. Kamu kemana aja?? " Ucap Simo yang sudah duduk bergabung bersama mereka.
"Anjing. Lu nya aja tuh yang gapernah keliatan, sama pawang mulu. " Celetuk orang yang disebelah ari.
"Wahahaha. Maaf deh, heng. Kalian sih kalo nongkrong gapernah sehat"
"Wah, anjing. Parah nih anak" Ucap Hengky.
Hengky dan ari adalah mahasiswa jurusan Seni Musik yang satu semester dengan Simo. Tiada kedekatan yang signifikan diantara mereka, hanya saja Simo pernah meminjam biola Ari untuk memainkan musik saat penutupan ospek. Sedangkan Hengky sendiri adalah pianis yang mengiringi Simo waktu itu.
"Haha. Yawis-yawis. Gimana nih kabarnya?? " Tanya Simo.
"Gini-gini aja sih. Ehhh jadi nawarin dia project ga, ky" Ucap Ari.
"Project opoan?? Kalo macem-macem gaikut aku" Jawab Simo.
"Yee, si Anjing. Dengerin dulu napa, main potong ae lu" Ucap Hengky.
"Yawiss. Apaan?" Tanya Simo
"Jadi gini mo, kita berdua lagi sering reguleran Jazz di salah satu kafe deket kampus. Lu mau ikutan ga?? Mau main violin, cello, atau apapun lah terserah lu" Jelas Ari.
"Kalo kenong gimana, ri?? "
"Ngentottt. Ditawarin serius juga. Anjing nih bocah" Sahut Hengky.
"Kamu kenapa emosi mulu sih, heng. Lagi dateng bulan? " Ucap Simo datar.
"Ish. Udah-udah. Gimana?? Acaranya tiap sabtu minggu. " Ucap Ari.
Simo pun terdiam sejenak.
"Gua tau, lu kencan kan kalo hari itu. Gaharus dateng tiap hari kok, tapi usahain dateng lah. Lagian cafenya mayan Cozy kok, bisa tuh bawa cewemu kesana" Tambah Ari.
"Hahaha. Aku udah jarang jalan, ri. Yawis, ayo langsung ae, besok sabtu kan?? " Tanya Simo
"Iyee. Tapi lu kudu latian bareng dulu anjing. Biar gampang" Ucap Hengky.
"Waduh, heng. Aku tuh sibuk banget, jadi langsung tampil aja. Nanti aku nyesuain kalian kok. Ehh, emangnya kita bertiga aja?? "
"Berempat sih, sama vokalisnya cewe. Anak desain juga kok, tapi gatau desain apa" Jelas Ari
KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
RomansaMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...