Disebuah sore yang damai, di depan kos jangkar selatan. Hanya terdapat dua orang yang sedang berbincang disana, atau lebih tepatnya sedang ada dua orang yang duduk bersama dengan melakukan kegiatan yang berbeda.
Simo dan Seruni, mereka berdua sedang menikmati angin yang tak begitu sejuk khas Ibukota. Hanya saja, Simo sedang memainkan gitarnya secara acak sembari sesekali menghisap sigaret favoritnya. Sedangkan Runi lebih aneh lagi, ia menikmati sore ini hanya dengan duduk berdiam sembari terkadang menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Simo.
"Perlengkapan ospekmu udah siap semua, run?? " Tanya Simo.
"Ehh. Sampun den. Kemarin di bantu sama mbak Shani sama mbak Fiony. "
"Yawis. Besok kalo ke kampus bawa motorku aja, parkir deket sana. Katanya gaboleh parkir kampus kan?? "
"Kawula mboten saged naik motor, den. "
"Yawis. Nanti pesen ojek online aja"
"Ndausah den. Saya bisa jalan ke kampus kok"
"Hmmm. Aku sendiri gabisa bangun pagi eh. Jadi gabisa janji buat nganter kamu"
"Saestu, den. Saya sudah terbiasa jalan kaki kemana-mana"
"Ndabisa run. Ini bukan Kota Liwet. Bahaya"
Di tengah-tengah obrolan mereka, keluarlah seorang pemuda yang sedang berjalan keluar pagar kos.
"Nahh. Kebetulan" Ucap Simo
"Njii... Ehh Rudd! " Teriak simo memanggil pemuda tersebut.
"Kenapa Je panggil Ik?? " Jawab Rudwig.
"Koe mau kemana? "
"Ke Oom Teja bentar mau pinjem motor buat kuliah"
"Nahhh. Ndak usah pinjem motor dulu, rud. Kamu pake motorku aja selama ospek"
Rudwig pun mengerutkan keningnya,
"Tapi ada syaratnya, anter jemput Seruni ya, selama ospek aja" Ucap Simo.
"Hmm. Boleh. Tapi Ik mau ngajuin satu syarat lagi" Ucap Rudwig.
"Apa?? "
"Ik mau bales tendangannya Runi ke Ik waktu itu. "
"Wahhh jancok. Gila koe. Runi itu cewek lho"
"Persetan. Darah dibalas darah" Ucap Rudwig.
Runi pun bangkit dari tempat duduknya, tapi ditahan Simo.
"Runn, kamu gaperlu ngeladenin dia" Ucap Simo ke runi
"Gini aja Rud. Kamu balas tendangannya Runi ke Aku aja. Waktu itu aku yang salah kan? "
"Hmmm, menarik. Je pengen jadi pahlawan dihadapan Juffrouw Seruni yang manis ini? "
"Haha terserah. Kalo gamau ya kami gak akan meladenimu sama sekali" Ucap Simo.
"Okeey. Tapi Ik akan tendang Je dua kali"
"Matane. Yawis, terserah koe. Yang penting koe seneng" Ucap Simo sembari menyerahkan pinggangnya dengan keadaan terbuka.
"Run. Kalo kamu sampe bergerak dari sana, aku gamau ngobrol sama kamu lagi sampai kehidupan berikutnya, hehe" Ancam Simo ke Runi.
Simo dan Rudwig sama-sama menarik nafas dengan dalam.
*DUGGGGGGG
Sebuah tendangan keras mengenai tulang rusuk palsu yang ada di pinggang Simo. Runi dan Rudwig terkejut, sedangkan si korban hanya meringis kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
RomanceMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...