Disebuah kamar di rumah sakit, terbaringlah sosok wanita yang tak lagi muda. Tubuhnya hanya bersisa tulang dan terbungkus kulit. Rambut hitamnya yang panjang pun kini kusam dan jarang.
Disebelah wanita tersebut, terduduklah sosok Shani Indira yang baru menginjak kelas 2 SMA.
"Yuu.. Ayuku, Shani. Koe masih disini?? " Ucap wanita itu pelan
"Nggih Bunda. Shani masih disini. Bunda Dyah butuh apa?? " Tanya shani lembut.
"Nggak, yu. Nangku Simo sudah pulang?? "
"Habis ini Shani jemput dia, bunda."
"Yawiss. Nunggu bunda tidur aja ya. Simo pasti lagi main juga, jadi gak ada dirumah. "
"Sendiko, Bunda"
"Koe jangan kemana-mana ya, yuu. Kalo Bunda tidur, kamu jaga Simo yaa. Dia emang anak bandel, mungkin karena bunda jarang ngobrol sama dia. Bunda terlalu manjain dia ya, yuu? "
Shani pun menggeleng pelan.
"Nggak kok bun. Simo pasti terimakasih sama Bunda karena udah sayang sama kami" Ucap Shani haru.
Wanita itu pun tersenyum pelan.
"Nyai.. Ikut sama Shani ya. Dia gadis yang baik dan sopan. Nyai pasti seneng sama Shani" Ucap wanita itu pelan.
Shani pun hanya kebingungan dengan ucapan yang dituturkan Bunda Dyah.
"Cah ayu ndausah bingung. Nanti Bunda kenalin sama Nyai Sasikiranawati, ya" Ucap Dyah sambil menggenggam erat tangan Shani.
Shani pun bingung harus menjawab apa, jadi ia hanya memutuskan untuk mengangguk pelan.
Dyah pun tersenyum melihat anggukan dari Shani.
"Asmanipun Isun, Dyah Bajradewi, putranipun Watukura Daksotama ngutus kabeh sing ana nang jroning sukmanipun Isun, nyingkrih kabeh. Ajian, mustika, lan gegamanipun Isun wis tak culno kabeh (Saya Bernama Dyah Bajradewi, putra dari Watukura Daksotama memerintahkan semua yang ada di dalam jiwaku untuk keluar semua. Mustika, pusaka dan segala bentuk ajian yang ada sudah kulepas semua) " Ucap Dyah dengan tegas.
Tak lama kemudian, Dyah Bajradewi pun melemahkan genggaman tangannya pada Shani, dan tersenyum lalu menutup matanya.
Sebuah monitor diruangan tersebut pun berbunyi nyaring karena tak mendeteksi detak jantung yang tersisa.
Dyah Bajradewi pun menghembuskan nafas terakhirnya disamping Shani Indira sang Keponakan."Shann. Bangunn... " Ucap Gracia membangunkan Shani yang sedang tertidur di bangku kamar rawat.
Shani pun membuka mata, lalu meregangkan tubuhnya.
"Aku mau balik dulu, buat ke gereja, Shan. Nanti Fio sama Aldi kesini, kamu mau bareng nggak?? " Ucap Gracia.
Shani pun menggeleng pelan,
"Kamu duluan aja, ge. Nanti aku tunggu mereka. "
"Gapapa nih?? Kali aja kamu takut sendirian" Ucap Gracia.
"Pfff. Kamu kali itumah" Ucap Shani menahan tawanya.
"Ihh. Malah ngeledek. Yaudah, aku tinggal nih"
"Iya, ge.. Hati-hati yaa"
Gracia pun mengangguk dan keluar dari kamar rawat.
Shani pun melamun sambil menatap telapak tangannya. Ia samar-samar mengingat kejadian semalam, dimana ia yang sedang dirasuki oleh Nyai Sasikiranadewi membunuh dua orang penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa Simo dan kawan-kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
RomanceMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...