Disebuah hutan disekitaran gunung yang berada di sebelah timur Kota Liwet terdapat seorang pria paruh baya yang sedang menyusuri hutan tersebut.
Ia datang dari arah barat tanpa membawa perlengkapan yang berarti, kecuali sebuah tongkat yang selalu ia bawa kemana-mana.
Matahari yang meninggi pun tak terlihat karena tertutup oleh rimbunnya pepohonan dalam hutan. Membuat pria tua yang memang sudah bukan umurnya untuk menyusuri gunung ini kelelahan.
Pria itu pun memutuskan untuk beristirahat di salah satu akar pohon untuk melepaskan lelahnya sejenak.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang bersamaan dengan kehadiran sosok gadis remaja berumur 17 hingga 18 tahunan di hadapan pria tersebut. Gadis tersebut memiliki wajah manis yang nyaman dipandang dengan rambut hitam yang terurai panjang
"Napa Sira kang naminipun Paranarasa (apakah kamu yang bernama Paranarasa)?? " Tanya gadis itu datar.
Pria tersebut hanya mengangguk pelan.
Sang gadis pun tersenyum lalu berkata,
"Sira sampun dientosi kaliyan Siddharsi (Anda sudah ditunggu Siddharsi) " Ucap gadis itu.
Tiba-tiba sebuah kabut tebal pun menyelimuti mereka berdua, dan saat kabut tersebut hilang, tiba-toba sudah ada gapura tua yang ada dihadapan mereka
"Monggo, pinarak (silahkan, masuk)" Ucap gadis itu meninggalkan Roso.
Roso yang masih terduduk sedari tadi pun bangun dan masuk ke dalam gapura tersebut dan melihat hamparan rerumputan sejauh matanya memandang. Ia terlihat familiar dengan pemandangan sekitar.
Ditengah padang rumput tersebut terdapat sebuah rumah joglo kuno yang terlihat sangat terawat.
Roso pun menghampiri rumah tersebut dengan sedikit berlari. Setibanya di teras rumah tersebut, Roso pun mengetuk pintu,
Tak ada jawaban yang terdengar. Roso pun kembali mengetuk pintu tersebut. Dan lagi-lagi tak ada jawaban. Saat roso hendak mengetuk lagi pintu tersebut tiba-tiba seorang pria tinggi dengan usia sekitar tigapuluh tahunan muncul di belakangnya.
Dengan geramnya, pria itu berucap.
"Gae opo, kewan koyo dapuranmu moro maneh rene, so (buat apa, binatang sepertimu kesini lagi, so) " Ucap pria itu dengan memicingkan matanya yang tajam namun terlihat indah.
Roso pun terkejut dan menoleh ke belakang. Mendapati seorang pria tinggi bermuka bulat telur dengan rambut ikal yang digulung dan diikat rapat keatas, membuat Roso pun semakin terkejut.
Roso pun mendekat kearah pria tersebut berniat memberikan pelukan hangat padanya, namun dengan sigap pria tersebut menghindarinya.
Dengan pupil matanya yang hitam legam tersebut, pria itu menatap tajam ke arah Roso.
"Koe rausah kakean model (kamu tidak usah kebanyakan gaya). Kita gak seakrab itu, so" Ucap pria itu.
"Ngapuntene to mas (mohon maaf). Masa lalu ada baiknya dimaafkan" Ucap Roso.
Pria itu pun semakin geram,
"Dilupakan ndasmu! Pertama Adikmu Mukti modyar, terus Bajradewi yo modyar. Kalo kamu bilang aku waktu itu, aku bisa bantu, so. Tapi memang keluargamu bajingan kabeh, aku dianggapnya sebagai orang sesat." Ucap pria
"Bahkan, buat ketemu anaknya Bajra saja kalian gak memberi izin kan?? " Ucap Pria itu menahan bulir yang ada di matanya.
"Bentar mas, dengerin tujuan saya kesini dulu to..." Ucap Roso.
Pria itu mengangkat tangannya sebagai tanda untuk Roso tetap diam.
"Ndukkk... Rene ndukk (nak kesini nak) " Teriak pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motif dan Seni dari Cinta
RomanceMerupakan kisah pemuda pemudi bernafaskan romantis dewasa dengan canda tawa, sedikit duka. Mengambil beberapa nama karakter dari member JKT48 tanpa memberikan label "Idol" dalam diri mereka. Sehingga memungkinkan untuk dinikmati baik oleh para Fans...