Tatapan Problematik

242 11 8
                                    

Siang yang cukup terik di akhir tahun, tapi belum cukup untuk menyinari sekumpulan pemuda yang sedang berada di campground salah satu wilayah cakupan Taman Nasional di kaki Gunung dekat Kota Hujan.

Dua pasangan muda mudi baru saja mendirikan dua buah tenda.

"Mas Simo, 15 menit nanti kita mulai hunting ya" Ucap Seorang pemuda yang sedang menghampiri Simo.

"Oalah. Iya mas, langsung berempat aja kah?? Kan aku ndabawa kamera soalnya. " Jawab Simo sambil menyalakan kreteknya.

"Hahaha. Iya ndapapa, masnya ngawal kita-kita aja" Ucap si Pemuda tersebut.

"Hehe. Nanti samean ajari aku yo mas Rob. Aku amatir banget soalnya". Balas Simo.

" Kenapa kok kamu ga minta tolong aku aja, mo??? " Ucap Seorang pemudi yang baru saja keluar dari tenda bersama pemudi yang lain.

"Iya, bi. Ce pio ini jago lho motretnya" Ucap pemudi yang satunya.

"Waduh, mbak. Kok gapernah bilang ke aku. Tau gitu kemarin latihan dulu sebelum kesini, hehe" Celoteh Simo.

"Ya kamu nya gapernah nanya" Jawab Fiony datar.

"Hahaha" Tawa Roby dan Putri bersamaan.

Dua pasangan muda mudi ini akan menjadi sebuah tim dalam beberapa hari ini, untuk mengabadikan momen alam liar di taman nasional ini.

"Ehh, kalian berdua satu angkatan kan?? " Tanya Putri.

Simo dan Fiony pun menggeleng bersamaan.

"Ayo tebak, by. Pasti Simo yang lebih tua" Celetuk putri.

Mendengar hal tersebut, simo pun tersedak asap rokoknya.

"Tuhh, makanya kurang-kurangin rokokny" Ucap Fiony sambil menepuk-nepuk punggung Simo.

"Dia ini baru semester satu kok" lanjut fiony.

"Hahhh?? Boros juga mukamu mas" Ucap Roby tak percaya.

Simo pun hanya tersenyum kecut.

"Kalo kalian satu angkatan?? " Tanya Fiony.

"Iya, ce. Aku sama Roby satu kelas malahan" Ucap Putri.

"Ehh. Bentar ya, kita siapin alat-alatnya dulu, terus langsung hunting. Intinya nanti mecah jadi dua jalur aja. Terserah mau gimana, yang penting kita harus dah di tenda lagi sebelum maghrib. " Ucap Roby.

Ketiganya pun mengangguk pelan.

*POV Shani

Aku sedang berada di kosku untuk menikmati hari-hari liburku menjelang UAS. Awalnya aku hendak menemui Simo di kosannya, tapi kata Gracia adikku sedang berada di luar kota untuk acara fotografi. Jadi, aku menghabiskan waktuku dikamar untuk saat ini.

Hingga akhirnya suara telepon mengagetkanku, dan kulihat nama Pakde Roso tertera di layar handphoneku. Akupun mengangkatnya.

"Piye, nduk (gimana, nak) ??" Tanya suara di ujung sana.

"Sampun, pakde. Pun mboten wonten nopo-nopo maleh. (Sudah, pakde. Sudah tidak ada apa-apa lagi) "

"Hmm. Yawis. Awasi terus ya, nduk. Kalo ada apa-apa langsung bilang pakde"

"Nggih pakde. Memangnya samean apain mereka sampai gak muncul ke permukaan lagi?? " Tanyaku.

"Hahaha. Kan pakdemu iki wong sakti, nduk. Urusan gitu gampang lah"

"Hmm, iyadeh pakde. Yaudah, shani tutup ya?? "

"Sebentar-sebentar. Liburan ini gapulang ke Kota Pelajar kamu?? "

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang