Air dan Wanita

500 18 0
                                    

Pada tengah malam di daerah Ibukota, dimana kendaraan mulai sepi berlalu lalang, hanya tersisa lampu-lampu jalanan dan keheningan tanpa sapaan klakson milik kuda-kuda besi yang ada. Malam ini sangatlah terang. Tentu bukan Sang Bulan penyebabnya, karena sedang mendung tentunya, apalagi karena lampu jalanan. Terangnya malam ini dikarenakan terdapat pancaran sinar dari dua insan yang sepertinya sedang menikmati malam yang dingin ini

*POV CYNTHIA

Hari ini kedua kalinya aku naik motor milik Penyair Urakan. Sebuah motor yang sangat unik dan penuh misteri, sama seperti pemiliknya. Suara khas mesin dan muffler nya pun seakan bersenandung di malam yang sepi dan dingin ini. Oh ya, malam ini sangat dingin, dan tak terlihat bulan maupun bintang. Aku harap tidak hujan saja sih. Aku tak membawa mantel atau apapun itu.

"Dingin ya, Cyn" Tanya Simo

"Nggak, gapapa kok"

"Sabar ya, sebentar lagi sampai kok" Balas simo

Aneh, tumben dia tak menggodaku. Atau jangan-jangan ini sifat asli Simo "sang cinderella" itu, hehehe.

Tak berlangsung lama, tiba-tiba hujan deras turun. Sial, kenapa harapanku tak terwujud.

"Cyn, kita neduh sebentar ya" Ucap Simo agak berteriak.

"Nanggung, mo. Kita langsung aja ya, aku takut dimarahin papa"

"Nanti aku yang bilang ya. Kita neduh sebentar aja, okay?? "

Akhirnya kami pun menepi di sebuah halte kosong. Aku dan simo pun turun dan meneduh.

"Kita bisa terus, asalkan kamu pakai ini" Ucap Simo sambil mengeluarkan mantel hujannya.

Aku pun heran, kenapa bukan dia aja yang pakai, apa dia mau sok-sok perhatian denganku.

"Kamu pakai ya, Cyn. Jangan berprasangka baik dulu, hehe. Mantel itu di aku sudah gamuat ternyata, hehehe" Ucap Simo cengengesan.

"Hmmmm, kamu yakin?? " Tanyaku.

"Yakin, Cyn. Bisa malu sama papamu aku, jika membawamu pulang dalam keadaan basah kuyup" Ucapnya

Entah kenapa aku ingin sekali main hujan, sudahlama rasanya tidak hujan-hujan, hehehe

"Hmmm, kita hujan-hujan aja deh. Nanti aku yang ngomong ke papa" Ucapku.

"Jangan, Cyn. Cukup aku aja yang bikin kamu kesal, jangan sampai hujan juga membuatmu kesal karena nanti dimarahi papamu" Ucap Simo.

"Udah, banyak omong kamu. Ayoo" Ucapku sambil menggandeng tangannya menuju motor.

Simo pun hanya pasrah karena perlakuanku, ia kembali menyalakan mesinnya dan melanjutkan perjalanan kami yang tinggal beberapa menit lagi.

Sesampainya didepan rumah, aku melihat kenapa lampu rumahku mati semua, mobil papa pun tidak ada. Apakah papa lagi keluar??. Akupun membuka pagar dan mengkode Simo untuk memarkirkan motornya.

"Jangan, Cyn. Aku langsung pulang saja. Rumahmu lagi sepi gitu, papamu juga sedang keluar kan?? " Ucapnya.

Akupun menarik kemudi motornya ke dalam rumah.

"Cerewet" Ucapku singkat.

Simopun hanya terdiam. Ia memarkirkan motornya dan menuju terasku. Akupun mengetuk pintu rumahku, tapi tak ada balasan. Akhirnya aku membukanya dengan kunci. Apa-apaan sih, dirumah gaada orang kok ga ngabarin. Aku pun sedikit kesal, lalu membuka handphoneku, kulihat terdapat chat dari papa, bahwa papa dan mama tidak pulang tiga hari kedepan dikarenakan menjenguk kakekku yang sedang sakit.

Akupun hanya menghela nafas. Dan berkata pada Simo

"Masuk ya, nunggu hujannya reda"

"Aku disini aja, Cyn. Nanti becek rumahmu. Lalu aku mau pamit juga sama mama. "

Motif dan Seni dari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang