26- I am not crazy

312 24 0
                                    

Mohon memberikan dukungannya....








Azka menghentikan ciumannya karena saat ini dia lebih mengkhawatirkan Vero daripada ingin menciumnya. Terlebih wanita itu terluka hingga Azka membawa tubuh Vero ke kamarnya dan mengobati luka di keningnya. Azka tidak tahu Vero seperti ini dan merasa menjadi kekasih yang tak berguna. Terlalu banyak yang Azka tidak ketahui padahal dia sudah mengenal Vero sejak 2 tahun yang lalu.

Vero meringis saat Azka mengobati luka di keningnya meskipun pria itu berusaha selembut mungkin. Tak biasanya Vero seberantakan ini biasanya wanita itu selalu mementingkan penampilan. Bahkan tanpa sadar Azka melihat kuku wanita itu banyak yang rusak dan patah hingga pria itu menghela nafas panjang. Masa lalu yang seperti apa yang membuat wanita itu jadi begini dan Azka tak tahu. Dia sungguh ingin tahu segalanya tapi saat ini bukan waktu yang tepat. Dia harus membuat Vero tenang dahulu...

"Kamu duduk aja disini biar aku yang bersihin makeup kamu...."

"Emang kamu bisa?" Tanya Vero tak yakin.

"Aku kan sering liatin kamu kalau bersihin makeup..."

Vero mulai tersenyum dengan perlakuan Azka, pria itu sangat lemah lembut dan memperlakukannya seperti barang berharga. Dia bahkan tidak pernah diperlakukan seperti ini di masa lalu hingga tanpa sadar air mata mulai mengalir lagi di wajahnya yang cantik. Dulu Vero hanyalah anak yang tidak diharapkan bahkan ibunya saja sering menyiksanya dan puncaknya dia harus mendapatkan pelecehan seksual dari seseorang.

"Mas Azka makasih udah cinta sama aku..." ucap Vero dengan tatapan sendu.

"Yuk kita istirahat kondisi kamu lagi gak baik-baik aja.."

Azka memotong ucapan Vero dan mulai menyelimuti kekasihnya dengan selimut yang tebal setelah membersihkan makeup yang menempel di wajah wanita itu. Dia yakin keputusan terbaik saat ini adalah membiarkan Vero tidur nyenyak dengan tenang. Tapi esok atau lusa Azka pasti bertanya apa yang terjadi pada Vero dan tak berniat untuk terus diam dalam waktu yang lama.

Vero memeluk Azka dan tak lama tertidur lelap berbeda dengan Azka yang terus memikirkan Vero. Apakah dunia wanita itu terlalu sulit di masa lalu hingga kondisi mentalnya menjadi seperti sekarang? Sedangkan Azka sejak kecil tinggal bersama keluarga yang harmonis dan kaya. Dia merasa bersalah tapi untuk apa karena Azka jelas tak mengenal Vero di masa lalunya.

Keesokan harinya Azka bangun pagi dan menyuruh anak buahnya untuk membeli sarapan karena dia tak bisa masak. Tapi untuk sekedar menyiapkan kopi atau teh dia bisa. Sebenarnya Azka memiliki maid yang biasa memasak di rumahnya namun para maid saat ini sedang bantu-bantu di rumah ibunya karena beberapa hari lagi ada acara besar.

Tak lama sarapan sudah datang dan Vero terbangun dari tidurnya. Dia menyusul Azka ke ruang makan dan disambut dengan senyuman yang cerah dari kekasihnya.

"Tidur nyenyak semalam?" Tanya Azka lembut.

"Yes bersama mas aku selalu nyenyak..." balas Vero memeluk Azka dengan manja.

"Good then.."

Akhirnya mereka sarapan dalam keheningan dan tak berniat untuk saling bertukar pikiran. Meski begitu sebenarnya Azka sedang memilih sebuah kata yang bijak dan akan dia lontarkan pada Vero. Azka terus berpikir hingga dia yakin ini adalah waktu yang tepat karena Vero sudah selesai makan. Lagi pula wajah wanita itu terlihat jauh lebih tenang daripada kemarin.

"Vero.... sepertinya kita harus pergi ke rumah sakit... kamu perlu ketemu psikiater" Azka berbicara dengan lembut.

Vero menatap Azka dengan tatapan tak percaya. Tiba-tiba wanita itu mulai emosi karena Azka menyuruhnya pergi ke psikiater.

Mr Lawyer Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang