50 - Punishment

287 28 0
                                    

Mohon memberikan dukungannya.....






"Bangsat sial lo!!!"

Arvano mencengkeram kerah Theo saat tahu siapa sosok yang mau bertemu dengannya. Dia emosi bukan kepalang karena pengacara itu berhasil menjebloskannya kembali ke dalam penjara padahal Arvano yakin rencananya itu hebat. Arvano bahkan hampir sukses memperkosa Vero tapi nasib berkata lain. Mungkin saja kejahatannya memang tak bisa dimaafkan hingga lebih baik Arvano mendekam di penjara saja. Siapa suruh dia di masa lalu bersikap menjijikan dengan memperkosa gadis di bawah umur.

"Lebih baik lo lepasin baju gue sialan!! Jangan pernah mengotori baju gue dengan tangan lo yang hina itu" ucap Theo tenang namun menusuk.

"Setan lo ya awas aja gue gak bakal buat hidup lo tenang!!!" Balas Arvano meledak-ledak.

"Elo pikir gue bakal diem aja ngadepin hama macam lo? Anjir yang benar aja dong!!"

Theo melepaskan cengkeraman Arvano di kerahnya dengan kasar dan setelah itu dia duduk di kursi yang telah disediakan. Rencananya Theo memang ingin bertemu Arvano dulu sebelum membeberkan semua bukti pada polisi. Dia ingin Arvano dihukum seumur hidup karena jika berkeliaran Arvano bisa membahayakan nyawa Vero. Theo juga ingin membuat Arvano marah namun tak berdaya dari jeratan penjara.

"Nggak usah basa-basi lah bangsat!! Mau apa lo ketemu sama gue?" Arvano kembali memaki Theo.

"Gue cuma mau ketemu sama lo untuk yang terakhir kalinya dan gue pastiin lo bakal membusuk di penjara selamanya...."

Theo membetulkan kemeja dan jasnya yang kusut sebelum menatap Arvano dengan pandangan remeh. Setelah itu Theo memutuskan pergi dari ruang pertemuan tahanan namun tak lama Arvano memukul kepalanya. Theo jatuh tersungkur tak lama petugas datang mengamankan Arvano yang terlihat menggila.

"Lepasin gue!!! Lepasin gue!!! lo semua bangsat!!!!"

Arvano berteriak-teriak sampai petugas memaksanya untuk kembali ke sel. Sedangkan Theo berusaha bangun namun kepalanya pusing bukan main. Beruntung Arvano memukulnya tidak memakai benda tumpul karena kalau tidak tentu Theo bisa saja mengidap gegar otak.

"Bapak baik-baik saja kan? Mari saya antar bapak pulang...." tanya salah seorang polisi karena Theo jatuh tersungkur.

"Saya baik-baik saja dan saya bisa menyetir sendiri... tolong kamu amankan saja bedebah sinting macam Arvano itu" ucap Theo pada polisi yang menanyakan kabarnya.

Theo bergegas pergi dari penjara dan kembali ke firma hukumnya. Dia harus bekerja karena dokumen yang belum tersentuh semakin menggunung. Theo harus menyelesaikan semuanya satu per satu kalau tidak dia bisa kehilangan klien. Lagipula kini Vero sudah berada di tempat yang aman dan kini sedang menjalani masa perawatan di rumah sakit.




************



"Brian ada apa nak?"

Azka datang berkunjung ke kediaman Brian malam hari namun bocah itu malah menangis keras. Dengan segera Azka menenangkan bocah itu dengan menggendongnya. Tak biasanya Brian menangis seperti ini karena bocah itu merupakan sosok yang ceria. Azka cemas sekali karena putranya menangis seperti itu.

"Mama sakit dan gak bangun-bangun..." ucap Brian akhirnya.

Setelah itu Azka segera mengecek kondisi Emily, wanita itu terlihat pucat dan suhu tubuhnya tinggi. Tak heran Brian menghubunginya lewat telepon untuk segera datang kesana dan detik itu juga Azka menghubungi ambulan supaya segera membawa Emily ke rumah sakit. Brian yang masih menangis berada dalam gendongan Azka dan perlahan tangisannya mereda.

Ambulans datang dan segera membawa Emily ke rumah sakit. Azka juga menyusul kesana bersama Brian di mobil pribadinya, semoga saja kondisi Emily baik-baik saja karena dia tak mau wanita itu kenapa-napa meski Azka masih merasa kesal. Brian masih terlalu kecil dan jelas masih membutuhkan ibunya....

Tak lama dokter menyatakan Emily hanya stres dan kurang makan saja. Tanpa sadar Azka merasa bersalah dan yakin Emily stres karena dirinya. Azka memang tak sepatutnya menyalahkan Emily saat kisahnya bersama Vero harus kandas. Sudah diperkosa di masa lalu, Emily pun harus dibenci oleh Azka sang pelaku, sungguh Azka memang sangat menyebalkan sekali. Harusnya Azka menyesal sudah menghancurkan hidup Emily dan wanita itu berakhir harus menjadi ibu muda tanpa seorang suami selama bertahun-tahun lamanya....

Saat Emily terbaring di ranjang rumah sakit dan tak sadarkan diri, Azka menggenggam tangannya dan merasa prihatin dengan kondisi Emily. Dia jelas menyesal dan berjanji untuk kedepannya Azka takkan lagi marah kepada Emily yang sudah berjuang membesarkan putranya seorang diri. Emily hanyalah korban dan sudah sepantasnya dia tak mendapatkan kebencian dari Azka bukan?

"Brian ayo makan dulu ya sama papa soalnya mama masih tidur...."

Tak lama Azka memutuskan untuk mengajak Brian ke restoran mewah karena Brian pasti belum makan. Azka berjanji akan merawat Brian sepenuh hati karena bocah itu adalah putra kandungnya.




**********



Beberapa hari kemudian Vero pulang dari rumah sakit dan kondisinya sudah membaik. Wanita itu memutuskan pulang ke apartemennya bersama Theo. Setelah Nyonya Gunawan merestui hubungan mereka, tampaknya Theo semakin dekat bersama wanita itu. Memang jodoh takkan kemana, sekeras apapun Vero menolak Theo di masa lalu pada akhirnya dia luluh dan jatuh cinta pada pria itu juga.

Setibanya di apartemen, Theo segera membicarakan soal persiapan pernikahannya dengan Vero. Saat ini Theo setuju jika menikah dengan Vero adalah keputusan tepat supaya Vero ada yang menjaga. Theo takut ada lagi yang berbuat jahat pada wanita itu apalagi dia merupakan sosok yatim piatu.

"Mami meminta kita segera fitting baju pengantin dan rencananya mami ingin menyelenggarakan pesta pernikahan kita bulan depan, kamu gak apa-apa kalau semuanya serba cepat begini?" Tanya Theo tak lama setelah Vero duduk di sofa.

"Iya aku gak papa... kayaknya nikah juga gak seburuk itu kok dan aku siap jadi istri kamu..."

Theo merasa sangat gemas pada wanita didepannya ini. Hingga mereka pun kembali berciuman mesra, sudah lama Theo tak mencium wanitanya itu apalagi begitu banyak masalah yang datang. Beruntung semua masalah itu dapat terselesaikan dengan baik.

Theo menghentikan ciumannya karena sudah saatnya Vero istirahat. Meskipun kondisi wanita itu sudah sembuh, Theo tetap ingin Vero cuti dulu dari pekerjaannya. Apalagi dokter bilang trauma Vero bisa datang kapan saja meskipun saat ini sudah lebih baik.

"Why stop?" Tanya Vero heran.

"Karena kamu harus istirahat dan aku harus segera pergi untuk ketemu klien..." ucap Theo dengan terpaksa.

Vero terlihat sedikit kecewa dan Theo sadar akan hal itu. Tak lama Theo menyelimuti tubuh Vero dan mengecup tangannya, pria itu tentu saja ingin mencium Vero lebih dalam namun dia tak mau egois. Saat ini paling baik adalah Vero beristirahat sampai benar-benar sembuh.

"Kamu gak akan lama kan perginya?" Tanya Vero penuh harap.

"Iya... nanti sore aku pasti bakal pulang... oh ya aku udah ganti password apartemen kamu dan aku juga udah minta bantuan satpam supaya bisa sesekali patroli, kamu tahu aku benar-benar takut tinggalin kamu seorang diri..."

Hati Vero menghangat dengan perhatian dari Theo dan dia bangun untuk mengecup pipi pria itu. Sekarang Vero tak butuh apapun lagi, dia hanya membutuhkan Theo sebagai pusat dunianya.... akhirnya Vero merasa hidupnya di dunia ini tak sia-sia karena bisa bertemu pria yang dia cintai. Tak mengapa masa lalunya kelam asalkan di masa depan dia bisa bahagia....



Bersambung......

Mr Lawyer Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang