34 - I can't tell you

315 22 6
                                    

Mohon memberikan dukungannya......





Vero telah sampai di kamarnya dan Azka membaringkan dia sambil menyelimutinya. Kening wanita itu berkerut saat terpejam dan Azka membelainya berharap sang wanita bisa rileks nan nyaman. Tak lama Vero tertidur pulas dan Azka menggenggam tangannya erat dan lembut. Ada begitu banyak rahasia yang belum terungkap mengenai wanita itu dan Azka sungguh sangat ingin tahu. Dibelainya rambut panjang sang wanita lalu Azka memutuskan duduk di sofa sambil membaca buku sembari menunggu Vero bangun.

Selama 2 jam Vero tertidur dan akhirnya ia terbangun. Dilihatnya Azka tertidur di sofa dan belum melepas kacamatanya. Pelan-pelan Vero memberikan selimut pada pria itu dan meletakan kacamata Azka di nakas lalu dia memutuskan pergi ke dapur untuk minum air karena haus.

Suasana hati Vero saat ini sangat beragam dan dia baru tahu kalau Arvano sudah bebas dari penjara. Wanita itu menutup wajahnya dengan tangan dan berharap Arvano tak lagi mengganggunya. Sungguh Vero sangat takut pada pria itu... dia takut kejadian memilukan di masa lalu akan terulang hingga tanpa sadar dirinya melukai tangannya sendiri dengan pisau dan menggores-goresnya sampai berdarah. Dia merasa jadi manusia kotor dan melampiaskannya dengan menyakiti diri sendiri.

"Hentikan! Apa yang kamu lakukan??".

Azka datang tiba-tiba dan segera membuang pisau yang berada di tangan Vero begitu saja. Pria itu terlihat sangat ketakutan melihat Vero yang tangannya penuh luka dan darah. Sedangkan Vero hendak mengambil kembali pisau yang jatuh itu namun langsung dicegat oleh Azka. Pria itu menggendong tubuh Vero untuk kembali ke kamar dan dia berteriak-teriak dalam gendongan Azka.

"Lepasin Mas Azka!!!! Aku mau ambil itu lepasin!!" Ucap Vero histeris.

"Tenangin dirimu baby.... kenapa kamu lukain dirimu kayak gini??"

"Aku butuh pisau sekarang aku butuh itu!!!"

Vero sangat histeris dan Azka segera memeluk wanita itu dengan erat sambil menangis. Vero masih belum bisa menangani emosi dalam dirinya dan emosinya terus meledak-ledak. Di saat dalam kondisi tertekan, Vero memang sering melukai tubuhnya. Ini adalah salah satu pelampiasan yang dilakukan Vero karena ada kepuasan sendiri saat dia melukai dirinya dengan pisau hingga akhirnya wanita itu tidak lagi melawan Azka karena kelelahan. Akhirnya dia terlihat pasrah dalam pelukan Azka dan dia tidak sadar darah di tangannya sudah mengenai baju Azka.

Azka segera mengobati lukanya dengan perban begitu telaten hingga perlahan-lahan kondisi wanita itu mulai tenang. Azka tidak bisa membiarkan kekasihnya terus begini dia harus membawanya ke psikiater cepat atau lambat. Dia takut kondisi Vero makin parah jika terus dibiarkan begitu saja.

"Baby apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu begini hm?" Tanya Azka dengan lemah lembut.

"Aku gak bisa... aku belum siap ngasih tau Mas Azka... aku aku...."

Vero berakhir menangis dan Azka memeluknya lagi serta menenangkannya. Vero bahkan tidak tahu apakah besok atau lusa bisa menghindari Arvano atau tidak. Vero takut... sangat takut terhadap pria dewasa itu.

"Kalau begitu hari ini juga kita segera pergi ke dokter...."

Vero hanya diam tidak melakukan perlawanan lagi pada Azka hingga mereka pun memutuskan segera pergi ke rumah sakit untuk menjalani sesi pengobatan. Tidak ada alasan lagi untuk menghindar dan Vero menuruti perintah Azka.




**********



"Disini makanannya enak banget..."

Esoknya Bianca dan Theo memutuskan makan siang bersama dan tentu saja yang mengajak duluan adalah Bianca. Mereka makan siang di restoran mewah dan makanannya memiliki cita rasa yang sangat nikmat. Rasanya tempat dan makanan disini sangat memuaskan.

Mr Lawyer Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang