9. inesperado

1.5K 18 0
                                    

Rolan memutar mutar baut di ban
mobil yang dirinya perbaiki, lelaki
berbadan kekar itu menghela nafas
lelah dengan keringat bercucuran di
dahi nya, sudah dua minggu lebih
sena tidak menemui rolan, bahkan
wanita yang terkesan memuja rolan
itu berlagak tidak mengenal rolan
di sekolah, sebenarnya mau wanita
berambut hitam lurus itu apa?

" eh bang, udah dari tadi? " rolan hanya
berdehem menanggapi, iris mata tajam
nya fokus walau sekarang pikiran nya
saat ini sedang berlalu lalang entah
kemana

" dil, fadil? " fadil lelaki yang lebih muda
dari rolan itu berbalik menuju rolan

" kenapa bang? " tanya fadil terdengar
akrab, fadilo wardana, anak yang hidup
nya bekerja untuk ibu nya yang sedang
sakit, hidup tanpa seorang ayah dan
jauh dari kata terdidik, nakal tapi cinta ibu.

" beli rokok gue, disebelah. " fadil meraih uang
yang rolan sodorkan " di bu tuti bang? " rolan
mengangguk, lelaki dingin itu berjalan menjauh
menuju meja kecil dengan dua bangku sebagai
pelengkap " iya, satu bungkus, Marlboro
merah " lelaki dengan baju kaos hitam dan
celana bahan panjang itu menyugar helaian
surai nya yang basah oleh keringat, berdehem
rolan menetralkan tenggorokan nya yang seret

rolan, rolan lamero, ciri khas lelaki tampan itu
unik, hidup nya miskin, namun gaya hidupnya
seperti seseorang yang tidak membutuhkan
uang sama sekali, punya uang sedikit langsung
habis dalam sekali erjapan mata, dan lagi
rolan lebih suka di sebut anak yatim piatu
dari pada di kenal sebagai anak alberto dan
windi, ibu nya yang memiliki sakit jiwa.

pekerjaan rolan berganti ganti di setiap hari
jika lelaki jangkung itu mau mencuci motor
rolan akan pergi ketempat pencucian, namun
jika rolan sedang mau pekerjaan sedikit berat
lelaki itu, rolan, akan pergi ke bengkel darso-
yaitu pria berumur 25 tahun yang sudah
berkeluarga

sejak kecil rolan di caci, di hina, dulu nya
perkataan itu menjadi makanan sehari hari
bagi rolan, namun sekarang beda cerita,
tumbuh sendiri tampa kasih sayang dan
kepedulian membuat rolan tidak suka
bersimpati kepada siapa pun, beda hal
saat rolan bertemu dengan pengemis
pinggir jalan trotoar, pasti lelaki itu seketika
rendah hati, nyatanya, ada yang lebih dari
semiskin nya kita

urat urat di tangan rolan menyembul tampak
saat lelaki berumur 18 tahun itu mengangkat
ban mobil yang diri nya copoti baut tadi, rolan
lempar sedikit menjauh dari posisi nya

" habis bang, mau gue beli di warnok gang
depan samarinda? " rolan menggeleng, bangkit
kembali lelaki berkulit cerah itu " gausah, gue
beli sekalian pulang aja. " tak lama seseorang
yang sedari tadi tidak tahu dimana keberadaan
nya telah terlihat

" eh lan, tumben, ga ke segarte door? " darso
melihat rolan menggeleng pun beroh " si fadil
mana? " mata rolan fokus, hingga alisnya pun
ikut menekuk tipis " ada, tuu di samping lagi
nempel ban motor, bocor " darso pamit
masuk, terlihat jalanan sore ini sepi, padahal
cuaca cerah, tidak reduk dan tidak ada tanda
tanda akan turun hujan, namun sepi

hari ini rolan mengambil cuti sekolah, senin
adalah hari yang melelahkan, terutama di
sekolah, banyak sekali drama nya, upacara,
razia handphone, razia rambut bagi laki-laki,
banyak lah pokok nya, oh ya rolan baru ingat
sena kan ketua osis, jadi sebagai momen
terakhir tahun ini wanita itu pasti banyak
sekali yang harus di urus sebelum waktu
nya turun jabatan, seperti mengrazia make
up anak anak prempuan, razia sendal, dasi.

" duluan bang " setelah gegas menyiapkan
mobil yang rolan perbaiki, tepat jam 18.23
sore lelaki yang tinggi nya 187 itu keluar
dari bengkel

" cepet banget lan, ga makan malam di
rumah gue aja, orang rumah gue masak
banyak tuh " rolan tetap pergi dengan
gelengan sedikit keras, penolakan nya
terlihat tegas

" lain kali. " darso yang memaklumi pun
hanya diam, biarlah, lajang mah enak.

------

" ka, tespeck nya lima.." penjaga apotik itu
sedikit terkejut, tidak kepo sih, tetapi kenapa
harus sampai lima biji segala, takut satunya
tidak akurat atau bagaimana

" makasih ya dek.. " sena hanya tersenyum
tipis, langkah wanita itu berjalan cepat, malam
ini rasa penasaran nya akan terjawab, haid
nya sudah tertunda lama, dapat sena pastikan
hal yang tidak di inginkan bagi siapapun itu
telah ada, hadir di bagian tubuh sena

sena memasuki rumah nya, akhir akhir ini
wanita muda itu tertutup, mendadak tidak
bersemangat, dera dan renna pun sudah
tidak akrab lagi dengan sena, tidak masalah.

" dari mana dek?.." tanya thea yang duduk
di ruang tamu " dari gang depan rumah bun "
thea akhirnya mendekat kearah sena

" ngapain? " sena berjalan, dengan langkah
pelan namun pasti wanita cantik itu tetap
menjawab pertanyaan yang sang bunda
lempar " liat sate mang ujang tutup aku
balik pulang, lagi kepingin sate tapi mang
ujang nya ga jualan bun, kesel. " tidak
bohong, memang sekarang sena sangat
ingin sate mang ujang

" ada ada aja na, yaudah sana, udah malem
juga kelayapan. " sena menatap thea " ih
gitu aja terus, jam 9 gini di bilang malem "
sena terus naik menuju kamar nya

thea hanya bisa terkekeh pelan, langkah
wanita beranak dua itu pun masuki kamar
tidur, tidak lupa mengunci seluruh rumah,
mematikan lampu yang tidak di perlukan.

sena berada di dalam kamarnya, setelah
menaruh air urine nya di dalam pluk aqua
gelas, sena berjalan mondar mandir dengan
perasaan tak tenang wanita itu gigit gigit
kuku jarinya, gugup.

setelah mendiaminya selama 3 menit, sena
angkat tespeck itu perlahan dengan jantung
yang memompa tidak beratur, sena mendadak
panas dingin di tempat, samar samar dapat
sena lihat, garis dua yang buram mendadak
menjelas terang, apa tidak jatuh jantungnya
melihat itu, sekujur tubuh sena gemetar, mata
cantik wanita itu berkaca kaca, gigitan di kuku
kuku jarinya berhenti digantikan dengan
genggaman kencang yang di mana kini
membuat telapak tangan nya terluka oleh
Kuku sena yang tajam, panjang

" aku ga akan bilang, aku ga akan bilang
sama rolan kalau aku hamil, i'm scared, pasti
rolan bakal suruh aku gugurin kandungan
aku, aku harus gimana? " sena menarik
kencang helaian rambut nya, air mata
sena berjatuhan, linglung.

--------

pagi telah menyambut, sena harus bangun
dari atas ranjang nya, wanita itu harus
terlihat baik baik saja, seperti sebelum
mengetahui hal ini, ini tidak bisa di sebut
gila, ini hasil dari kesadaran penuh sena

Tok

Tok

" masuk " sena mengambil ranselnya yang
berada di gantungan, wanita itu melihat
gala masuk dengan setelan rapi

" mau kemana bang? " sena bertanya " rapi
banget, biasa nya lusuh " gala menoyor
pelan kepala sena " eh, kalau bukan adik
udah gue cekik, mau lamar kerja, sambil
nunggu masuk kuliah, mayan. " sena
melewati gala untuk keluar kamar, abang
nya itu tidak bisa sehari saja tidak menoyor

" berangkat bun.. " sena berjalan cepat keluar
rumah setelah berpamitan dan salam, setiap
pagi sena harus cepat, kalau tidak menjadi
contoh tidak baik kepada murid lain, masa
ketua osis barnaby telat, jatuh image sena

sesampainya sena di kelas, kelas masih sepi.
sekolah juga masih sepi, seperti salah hari
saja, padahal kan ini hari selasa

" udah berani cuekin gue? " sena tersentak
pelan sudah berapa lama rolan berdiri dibalik
pintu kelasnya, apa apaan?

rolan menarik keras lengan sena untuk
lebih dekat lagi, namun sena diam dengan
wajah memaling, berusaha tidak peduli

" dungu lo? lo deketin gue mau jadiin gue
bahan ngentod kemarin dengan embel
embel lo udah lama suka gue? basi na! "
sena memberanikan diri menatap rolan

" kamu jahat. " rolan mendengus malas

" drama banget hidup lo, sena, senaa... "
rolan tolak wanita itu sedikit keras, oleng
tubuh sena namun sena tahan sekuat
mungkin, menyeimbangkan tubuh nya
agar tidak jatuh, tetapi sesuatu tidak
terduga keluar dari saku rok sekolah
nya, itu dia, tespeck.

L A M E R O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang