50. La desgracia de Sena.

2.3K 138 103
                                    

" aku lagi ga mau ketemu kamu, so, jangan
dulu cari aku, yang ada aku selalu makan
hati kalau ketemu kamu, walau kamu
bilang selalu ngerti apa yang aku rasain
atas hubungan kamu sama sena, kamu
salah lan, nyatanya kamu ga mengerti.."
prempuan itu berjalan keluar dari pintu
utama rumah alberto, rolan tidak sama
sekali mengindahkan tubuhnya untuk
melihat kepergian ferasa, pria itu malah
berdiri membelakangi gadis itu

otak rolan benar benar dalam keadaan
yang tidak stabil, bahkan rolan dapat
merasakan darahnya sendiri mengalir
hangat begitu deras didalam tubuh.
berdesir sedari ujung kepala sampai
dengan ujung kaki, kuku jari jemari
rolan mendingin dan kaku, disaat saat
situasi ini yang rolan benci, tubuh rolan
yang juga ikut merasakan jalan pikiran
dan rasa hati pria itu

rolan harus mencari sena, tidak akan rolan
biarkan wanita itu dengan seenaknya lari
dari masalah yang sedang mereka alami,
akan rolan sumpah serapahi sena

—————

hari ini hari dimana acara kelulusan resmi
sma barnaby, angkatan 2020–2023 yang
dimana ini hari terakhir rolan sekolah,
Sebenarnya Rolan berharap sena ada
di sini, tapi setelah berkeliling sekolah
dan mencari, nihil.

wanita itu, teramat kurang ajar.

akhirnya rolan memilih pulang setelah sesi
foto bersama, pria itu tiba dirumah pukul
18.34 petang, saat memasuki rumah
yang rolan dapati kesunyian dan gelap
melingkupi dalam rumah, saat rolan
menyalakan saklar lampu pria itu
berjalan sembari melepas baju jasnya

pria itu hari ini sungguh beribawa, pakaian
rolan sungguh rapi didominasi kemeja dan
di lapis jas, kemeja putih didalam nya pria
itu buka kancingnya sebanyak dua kancing
sehingga menampakkan dada bidang besar
rolan, lalu tidak lupa jam tangan silver yang
tersemat di pergelangan tangan kekarnya
sebenarnya rolan malas memakai ini
semua dan repot repot tetapi karna ini
acara formal di barnaby jadi mau tidak
mau rolan terpaksa hadir untuk terakhir
kali, dan saat rolan membuka kancing
kemeja dari atas satu persatu ponsel di
saku rolan bergetar

dosa calling you..

" lan, sena di prom malam ini. " seketika
jantung rolan berdebar, antara marah dan
terkejut mendengar berita bahwa sena akan
menampakkan diri di acara malam ini, acara
paling inti dari pada acara siang tadi, padahal
niat rolan tidak akan keluar rumah, namun
dengan terpaksa rolan akan keluar menemui
sena di malam ini yaitu di acara prom, akan
rolan cari di setiap sudut wanita sialan itu

di saat semua orang memakai pakaian yang
formal dan berpasangan bahkan memakai
pakaian unik lainnya, rolan malam datang
dengan jaket kulit dan celana jeans hitam
di lengkapi jam tangan yang belum sama
sekali berniat untuk rolan lepas, rolan
tiba pada pukul 19.20 dan terlebih dahulu
rolan menghubungi tian untuk menjumpai
rolan terlebih dahulu sebelum rolan
mencari sena di setiap sudut sekolah

" kenapa lan? " sapa tian begitu sampai,
rolan pun menatap tian " kerahin anak anak
buat nyari sena, dan lagi, halangi pak tokar
buat sampai ke sekolah. " pinta rolan yang
langsung tian angguki, teman rolan tidak
banyak, rolan ini bukan ketua di sebuah
geng, melainkan sosok yang sangat
mereka segani, entah mengapa, tapi
melihat aura yang rolan keluarkan
memang beda dan ngeri, seolah olah bisa
memakan manusia saat emosi rolan terbit

yang berteman dengan rolan kurang lebih
para adik kelas, dimulai dari kelas 10 dan 11
semua murid lelakinya mengenal rolan,
banyak yang ingin mengenal rolan lebih
jauh, mendengar rolan anak haram membuat
semua penasaran seperti apa hidup pria itu.
mereka tidak paham, rolan disaat punya
masalah dan tidak punya masalah tampang
nya selalu sama, santai, datar, dingin.

pria itu tidak suka banyak omong, tapi
lebih baik menyelesaikan masalah yang
membuat rolan kesal dengan cara
menumbuk apapun yang membuat rolan
mereda, emosi rolan sulit di kontrol
dan mulut pria itu sekalinya terbuka
membuat orang yang mendengar
bagai diiris silet, menyakitkan

tian pergi dari hadapan rolan, tidak lama
area acara setiap menitnya berangsur
ramai, rolan pun mengundurkan diri
untuk menyendiri, pria itu berjalan
kebelakang gedung sekolah barnaby

lagi dan lagi seharian penuh rolan
menginjak kakinya di tempat ini.

lelah, hari ini benar benar lelah, dan rolan
harap sena tidak membuat perlawanan
sama sekali, karena rolan malas berdebat
di situasi rolan yang tubuhnya tidak baik
dengan kata lain tidak bertenaga

rolan menyalakan rokoknya, tubuh rolan
bersandar pada dinding di belakang
punggung pria itu, musik dari acara
prom terdengar kecil dari jarak rolan
berada " disini aja dok.." samar samar
rolan mendengar ada suara lain di sekitar
rolan, kembali pria itu pertajam lagi
pendengaran rolan " panggil aresa aja "
protes suara lain yang dimana itu suara
laki laki " makasi resa, aku beneran sampe
sini aja gapapa.." rolan berjalan beberapa
langkah ke kiri dari posisi semula, berdiri
rolan di antara tembok, dapat pria itu
lihat bahwa itu sena dan seorang pria

saat sena hendak berjalan memasuki
lorong dengan terkejut sena mendapati
rolan berdiri menatap sena dengan kepala
miring mengintimidasi, bagai psikopat
memburu target, ekspresi rolan yang
menatap dingin semakin membuat sena
merasa bulu kuduknya meremang seakan
melihat hantu di tengah malam larut, rahang
rolan mengeras saat melihat dress panjang
yang terbelah dari paha ke mata kaki
dimana hal itu otomatis membuat paha
sena cukup terekspos nyata di mata
rolan dan siapapun

rolan berjalan mendekat, aresa masih
disana, di dalam mobil dimana tempat
sena keluar, aresa pun dengan was was
takut sena kenapa napa dengan cepat
keluar menemui rolan yang sudah ingin
sekali mencekik mati wanita di depannya
" jadi lo ga lari sendiri senala castila? "
berat nada bicara rolan, pria itu sentuh
wajah sena dengan cara membelai
sedari pipi ke dada yang tampak sekali
belahan dada wanita itu, bongkahan
favorit rolan kini wanita itu dengan
seenak hati memamerkannya? Cih.

jari jemari rolan menyusup masuk kedalam
belahan dada sena " no bra bebe? " pria itu
menyungging terkekeh saat mendapati
buah dada sena yang tersentuh langsung
tanpa lapisan penutup yaitu tanpa bra,
sena menengadah, cukup berat terlintas
bagaimana saat rolan memilih melecehkan
sena di malam itu, sena sakit hati, tidak
hanya hati, termasuk fisik

lalu dengan secepat kilat rolan mencekik
leher sena hingga sena tersentak sakit
" sialan, anak gue lo bilang mati, dan
apa, ternyata lo bawa lari.." gugah rolan
menggeram " nala! " teriak aresa risau,
rolan pun memindah tatapan nya menjadi
menatap aresa

dokter sialan.

continued—

L A M E R O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang